Trans Jatim Surabaya-Mojokerto Ternyata Nggak Sebagus Itu, Ekspektasi Saya Saja yang Ketinggian

Trans Jatim Surabaya-Mojokerto Ternyata Nggak Sebagus Itu, Ekspektasi Saya Saja yang Ketinggian

Trans Jatim Surabaya-Mojokerto Ternyata Nggak Sebagus Itu, Ekspektasi Saya Saja yang Ketinggian (Pixabay.com)

Saya punya banyak penyesalan dalam hidup. Salah satunya adalah penyesalan saya pernah mengapresiasi pengadaan bus Trans Jatim Surabaya-Mojokerto di Terminal Mojok. Saat itu, saya kira pengadaan transportasi umum ini akan menjadi solusi bagi saya, warga Sidoarjo pinggiran, yang nggak punya transportasi umum memadai.

Meskipun harus diakui kalau hanya transportasi umum ini yang paling niat karena membangun halte baru di sepanjang jalan Terminal Bungurasih sampai Terminal Krian. Tapi, saya tetap merasa dibuat kecewa dengan layanan yang digagas oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur ini.

Memutus layanan integrasi dan menghapus postingan, blunder paling parah yang dilakukan manajemen Trans Jatim

Sebenarnya, alasan saya mengapresiasi bus Trans Jatim sederhana, sebab fasilitas ini terintegrasi dengan layanan Suroboyo Bus yang menjadi kunci integrasi untuk layanan transportasi umum lain seperti Wirawiri Suroboyo dan Trans Semanggi. Tentu dalam hal ini Trans Jatim sangat membantu saya yang sering riwa-riwi Surabaya-Sidoarjo.

Tapi, itu dulu, saat Trans Jatim Rute Surabaya-Mojokerto masih melayani pemberhentian di Terminal Bungurasih.

Terhitung mulai 18 November 2023, Trans Jatim Koridor II Surabaya-Mojokerto tidak lagi melayani pemberhentian di Terminal Bungurasih. Melainkan berhenti di Halte Medaeng yang jaraknya hampir 2 KM. Awalnya, saya nggak terlalu khawatir, sebab masih bisa diakali dengan oper di Trans Jatim Koridor I Surabaya-Gresik yang juga melewati Halte Medaeng.

Baca halaman selanjutnya: Akan tetapi, pada 25 November 2023…
Akan tetapi, pada 25 November 2023, akun instagram @officialtransjatim mengunggah postingan yang mengumumkan bahwa bus Trans Jatim Koridor I tidak lagi melayani Halte Medaeng. Sehingga pengguna bus Trans Jatim Koridor II harus menggunakan ojek online atau naik angkot dari Halte Medaeng untuk menuju ke Terminal Bungurasih.

Mengetahui berita tersebut jelas membuat saya kecewa. Bayangkan, ada transportasi umum yang awalnya sudah terintegrasi dengan layanan lain, tapi malah membuat kebijakan aneh yang menyulitkan pengguna dan merugikan layanan itu sendiri.

Lebih parahnya, postingan tersebut dihapus setelah kolom komentarnya dibanjiri kritik dari netizen. Saya jadi bingung, ini pengurus Trans Jatim yang anti-kritik atau mereka memang nggak ngerti cara menangani keluhan pengguna dengan baik. Apa pun itu yang jelas mereka lagi-lagi membuat banyak orang kecewa. Mengecewakan banyak orang, apalagi sampai dua kali, itu risikonya nggak main-main lho.

Pembangunan halte baru yang nggak maksimal

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, bahwa Trans Jatim paling niat soal pembangunan halte baru di sepanjang rute yang dilewatinya. Wajar saja, mengingat bus ini hanya melayani pemberhentian di halte atau terminal. Tapi, saya merasa bahwa pembangunan halte baru, terutama di rute Surabaya-Mojokerto masih belum maksimal.

Di sepanjang jalan Terminal Bungurasih sampai Terminal Krian misalnya, dibangun dua halte baru di masing-masing titik, yaitu Halte Kemendung, Halte Trosobo Pos, dan Halte Bypass Timur. Masalahnya adalah jarak antar-halte baru ini masih lebih dari 2 KM.

Padahal jarak ideal antar tempat pemberhentian bus di lokasi dengan tingkat mobilitas masyarakat tinggi setidaknya kurang dari 400 M. Sedangkan di lokasi yang minim mobilitas berada di rentang jarak 600 M-1 KM. Pertanyaan selanjutnya adalah kok bisa Trans Jatim membangun halte baru dengan jarak sejauh itu?

Selain itu, berdasarkan pengamatan saya selama ini, jarang sekali masyarakat sekitar yang menggunakan layanan Trans Jatim untuk kegiatan sehari-hari. Sekalipun ada, tujuan mereka hanya untuk jalan-jalan dan mencoba fasilitas dari moda transportasi ini. Bayangkan, fasilitas yang seharusnya bisa mengakomodir kegiatan masyarakat sehari-hari malah hanya dimanfaatkan sebagai sarana hiburan.

Meskipun nggak salah, tapi, ini menjadi tanda kalau transportasi umum masih belum bisa menggantikan kendaraan pribadi untuk bepergian. Menurut saya juga gitu kok, tetap lebih praktis menggunakan kendaraan pribadi. Wle.

Mau pakai kendaraan umum biar mengurangi macet kok dibikin sulit. Pusing pala Godzilla.

Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Trans Jatim, Transportasi Umum Terbaik di Jawa Timur Saat Ini

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version