Toyota Calya, Mobil Berbodi (Terlihat) Gede, tapi Tenaga Memble

Toyota Calya, Mobil Berbodi (Terlihat) Gede, tapi Tenaga Memble

Toyota Calya, Mobil Berbodi (Terlihat) Gede, tapi Tenaga Memble (Pixabay.com)

Toyota Calya saya kira meyakinkan setelah melihat bodinya yang mantap. Ternyata, tarikannya nggak segahar tampilannya.

Pada lebaran kemarin, saya diajak oleh teman-teman untuk silaturahmi ke tempat KKN di Desa Blandongan, Banjarharjo, Brebes. Seminggu sebelum berangkat, saya sudah janjian dengan seorang kenalan yang membuka jasa rental mobil. Kebetulan, saya sudah dua kali menyewa mobil di sana. Pertama kali saat mengantar barang-barang KKN. Sedangkan yang kedua kalinya saat pulang dari tempat KKN. Karena armada yang bagus serta mulus, saya berencana untuk menyewa mobil lagi untuk silaturahmi ke Brebes. Selain itu, hal yang paling penting adalah karena harga yang bersahabat.

Mobil yang hendak saya sewa adalah mobil Grandmax. Namun, semua rencana yang sudah diatur kandas seketika. Setelah sampai di lokasi pada hari pemberangkatan, ternyata mobil yang hendak saya sewa masih belum ngandang (masih di jalan). Mobil baru sampai Purwokerto pada pukul 22.00. Padahal, kami berencana untuk berangkat pagi hari.

Akhirnya mau nggak mau, kami harus mencari rental mobil lain yang armadanya ready maksimal siang hari. Setelah menunggu hingga pukul 13.00, kami berhasil menemukan armada juga. Seorang kawan saya menawarkan mobil dengan biaya yang relatif murah. Mobil yang ditawarkan adalah Toyota Calya warna hitam. Kami serombongan pun berangkat pada pukul 13.30 dari Purwokerto. Setelah menyewa Toyota Calya tersebut, ada beberapa penyesalan yang masih membekas di pikiran saya hingga sekarang.

Toyota Calya nggak cocok untuk jalanan Pantura

Saat perjalanan pulang, kami mampir terlebih dahulu ke Alun-alun Tegal. Untuk ke sana, kami harus membelah jalanan pantura dari Kecamatan Ketanggungan di Brebes hingga Kabupaten Tegal. Ketika memasuki jalan di pantai utara Jawa, saya berencana gas poll untuk mengetahui seberapa besar tenaga mobil ini yang sesungguhnya.

Kami pun memasuki area pantura dengan jalan yang mulus. Rasanya kaki saya gatal jika tidak menginjak gas dengan kecepatan maksimal. Akhirnya saya memerintahkan seorang teman yang duduk di samping saya untuk menjadi kernet dadakan selama melintasi jalur ini. Saya menyalip berapa mobil pribadi hingga truk bermuatan ringan dengan mudahnya. Namun saat berhadapan dengan bus Sinar Jaya dan truk gandeng, saya merasa cemas. Kenapa? Karena saya harus mempertimbangkan akurasi yang matang saat menyalip.

Baca halaman selanjutnya

Kukira suhu, ternyata cupu

Saya kira Toyota Calya ini akan cekatan saat digas mendadak dan proses ngangkat gasnya enteng. Ternyata, untuk menyalip sebuah kendaraan dengan badan yang panjang seperti Sinar Jaya, perlu ancang-ancang yang panjang. Kalau nggak sudah pasti upaya menyalip truk gandeng atau bus akan gagal. Bahkan, saya harus menyalip dengan menggunakan gigi dua terlebih dahulu. Setelah sudah setengah menyalip, saya baru menaikan ke gigi tiga hingga empat. Sebenarnya bisa-bisa saja untuk nyalip dengan gigi tiga. Tapi harus pakai ancang-ancang yang jauh. Persis kalau Ronaldo mau nendang penalti. Ya kira-kira sejauh itu, lah.

Kelihatannya aja luas, mobil ini ternyata sempit

Dilihat dari luar, Toyota Calya ini kelihatan panjang dan bisa muat banyak penumpang. Ternyata setelah dicoba, mobil ini hanya mampu menampung 7 orang dewasa. Kok cuman 7? Kenapa nggak 8 orang? Ya karena jok belakang hanya mampu menampung dua orang saja. Untung waktu itu teman saya tubuhnya kecil semua. Jadi mobil ini saya paksa untuk mengangkut 8 orang. Hahaha.

Posisi jok mobil yang nggak masuk nurul

Bukan hanya tempat duduk yang sempit, posisi jok mobil juga terasa kurang nyaman. Adapun penyebabnya head rest mobil ini menyatu dengan jok sehingga kurang suportif. Posisi duduknya pun tidak bisa diatur naik turun. Ini yang membuat pinggang saya terasa pegal setelah menyetir jarak jauh.

Memang mobil ini nggak cocok buat kalian yang suka bepergian jarak jauh. Mobil ini lebih cocok untuk bepergian di dalam kota saja. Sebenarnya bisa buat area luar kota, sih. Yang penting jarak tempuhnya maksimal tiga jam. Kalau lebih dari itu, saya rekomendasikan supaya kalian pergi ke tukang pijat setelah bepergian. Awake pada lara, Lur!

Segitu dulu pendapat saya mengenai mobil Toyota Calya. Semoga Toyota segera mengupgrade mobil ini supaya lebih responsif dan menyediakan interior yang nyaman bagi pengendara. Kalau begini-begini saja, saya rasa mobil ini akan menghilang ditelan kabut.

Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Mobil Toyota yang Remuk Redam di Pasaran

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version