Sebelum membaca tulisan ini, tolong jangan salah paham sampai menuduh yang tidak-tidak. Tulisan ini hanya respons saya terhadap fenomena joget velocity yang ramai dilakukan saat agenda berbuka bersama, mulai dari kantor sampai dengan teman-teman terdekat. Tolong sekali. Jangan jadikan velocity sebagai agenda utama atau agenda wajib.
Saya nggak masalah sama sekali dengan velocity, bahkan nggak mau melarang. Hanya saja, keresahan saya adalah untuk orang-orang yang memaksa joget velocity ini. Untuk kamu orang-orang yang sejenis juga, tolong baca tulisan ini sampai selesai. Mohon pakai banget, tolong dibaca!
Bukber buat silaturahmi, bukan buat joget velocity
Saya yakin, kebanyakan yang mau datang bukber itu rata-rata memang mau silaturahmi saja. Karena di bulan biasa, di waktu biasa, jadwalnya banyak yang bentrok dan tidak bisa bertemu sesukanya. Makanya, ada buka bersama, yang saat bulan puasa jadwalnya lebih longgar dibandingkan dengan bulan lain.
Namanya silaturahmi, nggak ada di dalamnya harus joget. Nggak ada. Joget bukan termasuk rukun silaturahmi. Kayaknya ya, kalau joget velocity dijadikan alasan buat bukber, pasti ada orang yang malah setengah hati buat datang. Datang sih tetap, tapi hatinya ogah-ogahan karena malas disuruh joget.
Nggak semua orang badannya lentur untuk joget velocity
Tolonglah, nggak semua orang badannya lentur untuk diajak goyang-goyang jogetan trending itu. Ada yang sama sekali nggak pernah menyentuh joget loh, eh pas bukber malah disuruh joget. Ibarat pohon disuruh berenang, nggak bakal ada gayanya. Terbujur kaku dan mengambang saja di atas air. Nanti kalau nggak sesuai ekspektasi, malah diceng-cengin. Bikin malas banget kan kalau begitu.
Lagian, nggak ada waktu buat belajarnya juga. Lagi lemas-lemasnya berpuasa, malah diajak joget. Mending energinya dipakai buat hal lain nggak, sih?
Baca halaman selanjutnya: Makanan keburu dingin coy…