Skripsi, skripsi, skripsi. Entah kenapa seberat ini menjalani hari-hari dengan follow up skripsi. Padahal kalau dipikir-pikir bukan juga masalah hidup yang berat, ya. Tapi maaf, bagi saya ini adalah salah satu ujian hidup terberat sebagai beban keluarga mahasiswa akhir. Padahal tinggal selangkah lagi menuju kelulusan alias sidang skripsi. Hadeh, justru itu yang bikin saya deg-degan bukan main. Skripsi saya saja belum selesai. Hahaha. Tapi nggak apa-apa, deh. Orang bilang jangan suka membandingkan diri dengan orang lain. Namun sulit juga kalau nggak membanding-bandingkan diri ini dengan orang lain.
Skripsi yang belum beres memang banyak, sih, faktor penghambatnya. Saya saja sampai bingung mau menyalahkan siapa lantaran memang ada saja faktor yang menghambat skripsi ini cepat rampung. Seolah nggak rela gitu kalau saya ingin cepat meninggalkan kampus dan jadi alumni. Padahal jiwa dan raga saya sudah merasa lelah dalam kondisi sekarang ini.
Saya kadang suka membayangkan pengin cepat-cepat lulus supaya bisa cepat kerja juga. Memang, sih, dunia kerja nanti pasti lebih keras, tapi saya sudah nggak tahan juga dengan kerasnya perskripsian ini. Memenuhi ekspektasi orang-orang itu berat, Cuy.
Ketika nanti akhirnya menghadapi sidang skripsi, tentu akan banyak orang yang mengucapkan selamat karena dianggap telah melewati satu tahap menuju dunia kerja yang lebih keras lagi. Ya, berharap saja dulu banyak teman yang akan memberikan ucapan selamat lulus sembari memberikan seikat bunga dan selempang yang tercantum nama dan gelar kita di sana. Wah, senang sekali, kan?
Eh, tapi maaf, sepertinya saya nggak terlalu butuh seikat bunga dan selempang nama itu. Saya lebih butuh lowongan pekerjaan. Yup, lowongan pekerjaan adalah hal yang paling penting dan paling saya butuhkan setelah lulus kuliah. Tentu saja siapa juga yang nggak butuh. Bahkan bagi saya lebih penting dari hadiah-hadiah lain saat lulus. Diberikan ucapan selamat dan setidaknya satu lowongan pekerjaan saja saya sudah sangat berterima kasih, kok. Hehehe.
Sebagai fresh graduate, tentu saja lowongan pekerjaan yang paling pertama dicari karena sangat dibutuhkan. Apalagi mengingat kita ini beban keluarga yang harus cepat-cepat menjadi produktif biar nggak disindir-sindir anggota keluarga dan tetangga. Betul nggak? Tentu saja betul.
Setidaknya dengan bekerja, kita nggak disangka numpang makan dan tidur saja di rumah. Ada kegiatan yang menghasilkan uang gitu, lho. Kalau hadiah bunga, balon, makanan, dan selempang mah sebentar juga layu, habis, atau mungkin hilang entah ke mana. Bukannya nggak bersyukur, sih, hanya dalam kondisi seperti itu lowongan pekerjaan adalah yang paling utama. Valid, no debat.
Memang rasanya senang diberi ucapan selamat oleh keluarga dan teman dengan berbagai tetek bengek hadiah yang sudah disiapkan. Tapi, kalau setelah itu pusing mikirin lowongan pekerjaan ya buat apa, kan? Maaf saja, ya, saya berusaha realistis dengan masa depan. Jadi, rasanya lebih enak kalau hadiah sidang akhir itu informasi lowongan pekerjaan yang setidaknya sudah siap untuk saya kirimkan CV dan portofolionya.
Nah, mungkin hadiah lowongan pekerjaan ini bisa jadi alternatif lain untuk membahagiakan si mahasiswa yang baru lulus sidang skripsi. Kalau nggak punya budget untuk beli segala hadiah-hadiah itu, bisa banget memberikan hadiah informasi lowongan pekerjaan. Setidaknya satu orang menyiapkan satu informasi lowongan pekerjaan lah. Lumayan, kan, menghemat pengeluaran.
Bayangkan saja kalau lima teman merayakan kelulusan sidang skripsi dan membawakan hadiah satu orang satu lowongan pekerjaan, sudah lima lowongan pekerjaan yang bisa dicoba! Kalau nggak diterima satu, masih ada empat lowongan yang menunggu. Perasaan khawatir nggak dapat kerja jadi berkurang sedikit.
Selain bisa mengurangi pengeluaran teman-teman, beban saya sebagai fresh graduate juga tentu akan sedikit berkurang. Ini namanya simbiosis mutualisme, kan, Mylov? Jadi, daripada memberi saya seikat bunga atau selempang, hadiahkan saja saya beberapa informasi lowongan pekerjaan ya, teman-temanku yang budiman~
BACA JUGA Alasan Sebenarnya Mahasiswa Mengerjakan Skripsi Ratusan Halaman dan tulisan Ayu Octavi Anjani lainnya.