Apakah benar kalau jualan di media sosial bakal mengalahkan toko online terbaik yang sudah akrab dengan kehidupan kita?
Sebelum TikTok Shop mulai ramai, media sosial lainnya seperti Instagram, Twitter, sampai YouTube sudah menyediakan ruang bagi users untuk jualan. Persaingannya semakin riuh setelah TikTok Shop dilirik banyak seller. Bahkan perlahan, ruang jualan di media sosial lainnya mulai ditinggalkan, terutama Facebook.
Salah satu yang (kayaknya) terancam oleh perkembangan ruang jualan di media sosial adalah toko online terbaik yang sudah akrab bagi kita semua. Persaingan untuk menyediakan katalog digital, live streaming, sampai kemudahan pembayaran menjadi ruang pertarungan tersendiri.
Namun, buat saya, toko online terbaik yang ada belum akan kalah, bahkan sulit dikalahkan. Salah satu kekurangan yang cukup fatal dari ruang jualan di media sosial adalah banyaknya penipuan. Sementara itu, di toko online terbaik yang ada, aksi penipuan akan mendapatkan hukuman yang cukup berat.
Selain itu, berikut tiga alasan lainnya. Tentu saja ini berdasarkan pengalaman saya, ya
#1 Semua yang berlebihan itu tidak baik, termasuk jualan di media sosial
Belum lama, TikTok meluncurkan fitur yang bisa melayani jual-beli online. Secara resmi, mereka membuka kesempatan bagi para pebisnis untuk memasarkan produknya hingga bertransaksi melalui platform mereka. Dengan adanya ikon tab belanja di profil pengguna, memungkinkan para pebisnis untuk menampilkan produknya dalam satu daftar katalog digital.
Tren e-commerce dalam media sosial ini sebenarnya sudah lama dilakukan oleh Instagram sejak 2020. Menyusul kemudian YouTube Shop melalui fitur YouTube Shorts. Terakhir, TikTok Shop datang menggebrak. Perkembangannya cukup masif sampai katanya mengancam eksistensi toko online terbaik yang ada seperti Shopee, Tokopedia, dan teman-temannya.
Namun, seiring berjalannya waktu, media sosial yang tadinya sebagai media untuk mencari hiburan, wawasan, berinteraksi dengan pengguna lainnya menjadi kehilangan jati diri berkat kemunculan fitur shop ini.
Media sosial akan lebih cocok untuk memasarkan konten produk atau layanan jasa, ketimbang ikut andil dalam proses transaksi yang dirasa masih kurang terpercaya dibandingkan e-commerce.
#2 Lebih mudah membandingkan harga di toko online
Seiring menguatnya gempuran media sosial shop, menurut saya, platform toko online terbaik yang sudah kadung dekat dengan kehidupan kita tetap akan sulit tergantikan. Asiknya kemudahan yang diberikan e-commerce terkadang bikin pelanggan terlenakan.
Misalnya fitur Paylater, games koin, dan live koin. Jika berhasil mengumpulkan koin sebanyak mungkin, tagihan belanjamu bakal berkurang.
Selain itu, tampilan yang user friendly menjadikan toko online terbaik memudahkan users untuk membandingkan harga dari toko online lain yang menjual produk yang sama. Tinggal search di kolom pencarian, ribuan produk bermunculan. Mulai dari harga yang termurah hingga termahal bisa disesuaikan dengan budget kalian.
#3 Aman dari Penipuan dan kemudahan return
Salah satu ancaman dari toko di media sosial adalah penipuan. Salah satu unsur pembeda antara toko online dan toko di media sosial adalah kelonggaran aturan. Masih banyak oknum di media sosial yang kabur begitu saja setelah menerima transferan.
Sementara itu, di toko online yang dekat dengan dirimu, aturannya sudah sangat ketat. Bahkan Tokopedia dan Shopee sudah memperkuat aturan terkait penjualan barang palsu. Ini adalah bentuk komitmen toko online terbaik yang masih sulit untuk dikejar toko di media sosial.
Selain itu, proses pengembalian barang di toko online juga terbilang responsif. Asalkan kamu teliti dan tidak gegabah ketika barang sampai di rumah. Pertama-tama, bikin video ketika unboxing. Kedua, jangan langsung klik “Pesanan Diterima” jikalau barangmu ada kesalahan atau ada kerusakan. Bila sudah terlanjur klik, proses return akan semakin rumit.
Yah, intinya, semua kembali ke diri sendiri. Kalau saya, lebih baik bertransaksi di platform yang sudah terpercaya. Baik dari sisi keamanan maupun komitmen platform itu sendiri. Mau gimana, kamu sudah meluangkan waktu dan uang untuk menggunakan platform tersebut, kan….
Penulis: Amirudin Kasami
Editor: Yamadipati Seno