Kenapa Toilet Sekolah Indonesia Kerap Dianggap Horor? Karena Kotor dan Menjijikkan, dan Sekolah Kerap Tidak Peduli

Kenapa Toilet Sekolah Indonesia Kerap Dianggap Horor? Karena Kotor dan Menjijikkan, dan Sekolah Kerap Tidak Peduli

Kenapa Toilet Sekolah Indonesia Kerap Dianggap Horor? Karena Kotor dan Menjijikkan, dan Sekolah Kerap Tidak Peduli (Pixabay.com)

Sabtu siang, teman saya, ibu-ibu beranak satu, mengirim gambar toilet. Dia cerita, para orangtua murid sekolah anaknya sedang ada kerja bakti menyikat toilet sekolah bersama murid. Lalu dikirimkan gambar toilet dengan komentar: “Apanya yang harus dibersihin ya?”

 

Ilustrasi toilet (Dokumentasi pribadi penulis)

Sungguh keanehan yang nyata. Ini seperti foto hasil akhir proses pembersihan toilet. Bukan toilet dengan kondisi kotor yang butuh disikat, dikarbol, atau diwipol. Tidak ada tanda-tanda sisa tinja yang nempel membandel, atau bercak pipis di tepi-tepinya. Juga tidak ada lumut-lumut hijau menghitam di dinding kanan kiri toilet. Begitupun juga lantainya bersih dari kerak-kerak. Toilet sekolah yang bersih.

Tidak usah iri hati, ini adalah toilet SD di Kota Gifu, Jepang. Bukan SD tengah kota, melainkan hanya SD biasa yang kanan-kirinya masih banyak sawah. Foto ini adalah kondisi normal untuk sebuah toilet di sekolah Jepang.

Horor toilet sekolah Indonesia

Kenapa toilet sekolah itu kerap diidentikkan dengan cerita horor? Sederhana sekali, karena kotor.

Toilet sekolah yang jamak kita ketahui di Indonesia adalah contoh dari kejorokan yang hakiki. Bau pesing yang menguar sampai luar toilet. Bau yang tercium puluhan langkah sebelum kita menginjakkan kaki di kamar mandi. Tidak hanya indera penciuman saja yang diuji. Indera pengelihatan juga kadang harus melihat tinja yang tidak terguyur sempurna. Atau bercak kerak kecoklatan di kanan kiri.

Terakhir, indera peraba kita akan diuji dengan menggenggam gayung berlumut dengan teknik seminimal mungkin memegangnya. Kebelet pipis di sekolah berarti horor akan terjadi. “Waduh, harus ke toilet sekolah yang kotor dan bau”. Jadi demi kenyamanan pembaca, saya tidak akan mencantumkan contoh foto toilet sekolah di Indonesia. Silahkan google atau melongok ke dalam sekolah terdekat di sekitar Anda.

Horor toilet sekolah ini belum selesai. Dari data UNICEF, 1 dari 3 sekolah SD tidak memiliki layanan sanitasi dasar. Layanan sanitasi dasar berarti toilet yang memadai, baik toilet jongkok maupun duduk. Lengkap dengan sistem pipa saluran pembuangan, tangki septik atau jamban. Toilet dengan ventilasi baik dan ditujukan untuk satu jenis kelamin. Hanya 1 dari 3 SD yang memilikinya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan ada 293.000 dari 436.000 sekolah di Indonesia yang tidak mempunyai akses terhadap air minum, sanitasi dan kebersihan dasar. Hal ini berarti 63% sekolah di Indonesia tidak memiliki layanan sanitasi dasar. 1 dari 1,6 sekolah tidak punya layanan sanitasi dasar. Angka ini lebih tinggi dari data UNICEF. Apa yang terjadi dengan anak sekolah yang ingin pipis? Apakah anak-anak yang kebelet pipis ini harus menahan pipisnya selama di sekolah? Atau harus lari ke rumah tetangga sekolah? Atau malah terpaksa pipis di semak-semak?

Akibat yang terjadi karena toilet sekolah kotor

Anak SD paling tidak menghabiskan waktu minimal 3-6 jam di sekolah. Semakin tinggi kelas SMP dan SMA, makin panjang pula waktu belajar di sekolah. Walaupun frekuensi orang untuk pipis berbeda-beda, tergantung tingkat kebeseran, minimal setiap 2-3 jam manusia akan mengeluarkan urine. Jadi, paling tidak anak SD harus menggunakan toilet sekolah 1x dalam sehari, sedangkan anak SMP-SMA 2x.

Toilet kotor yang horror atau malah tidak tersedia, akan mengakibatkan beberapa hal. Pertama, anak tidak akan konsentrasi sekolah. Bayangkan harus mendengarkan penjelasan guru, mengerjakan soal dan bermain dengan kondisi menahan pipis. Betapa menderitanya. Kedua, berbagai penyakit akan muncul. Seperti gangguan kandung kemih, TCD (tifoid, collera, disentri) dan gangguan pencernaan lain.

Terlebih lagi, yang ketiga, bagi anak perempuan akan terganggu organ reproduksinya karena mereka tidak dapat mengganti pembalut di sekolah ketika datang bulan dengan kondisi toilet kotor. Betapa panjang rantai horor ini. Toilet kotor dan kualitas generasi penerus bangsa.

Toilet sekolah adalah cermin

Mengharapkan semua toilet sekolah menjadi toilet bersih dan layak bagaikan mengharap anak SD untuk memecahkan teori celah massa kuantum. Alias, mengharapkan hal yang sulit terjadi karena hambatan awal yang belum terselesaikan

 Data Kemendikbud tahun 2021 menyebutkan dari total 1.413.523 ruang kelas di Indonesia, hanya sekitar 14% ruang yang dalam kondisi baik. Hanya 197.000-an kelas saja yang layak dari hampir 1,5 juta ruang kelas. Ruang kelas yang menjadi tempat anak didik mendapat pengajaran saja, belum terjamin keamanan dan kelayakannya. Apalah lagi mengharap toilet yang hanya bagian kecil saja dari bangunan sekolah untuk dapat berfungsi layak dan bersih.

Mengatasi hal tersebut, tahun 2021 sebenarnya pemerintah menyediakan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik sebesar Rp17,7 triliun. Di lapangan, terdapat pendekatan pembiayaan pendidikan di mana DAK ini juga disokong oleh Pemerintah Daerah dengan proporsi Provinsi dan Kabupaten sesuai MOU. Misalnya: Program rehabilitasi SD disokong 50%, 30% dan 20% antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten. Dengan demikian pembiayaan Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama yang sinergis.

Harus sebersih apa sih?

Dibandingkan dengan gambar toilet pertama di atas, berikut juga adalah foto toilet di sebuah TK yang masih berasosiasi dengan Jepang. Indah sekali. Bukan hanya bersih, tapi juga estetik dan terlihat sangat nyaman digunakan. Tidak ada tanda-tanda hidung terusik bau. Mata juga nyaman dan terhibur ketika ingin pipis. Apakah semua toilet sekolah kita harus sebersih dan seindah ini?

Toilet sekolah di Jepang (dokumentasi pribadi penulis)

 

Di Indonesia, ada sebuah perkumpulan bernama Asosiasi Toilet Indonesia (ATI). Toilet ternyata ada perkumpulannya. Menarik sekali ucapan dari Ketua ATI yang bernama Ibu Naning Adiwoso. “Sarana toilet umum tentunya sangat dibutuhkan oleh siapa saja yang bepergian agar dapat merasa nyaman berada di luar tanpa menurunkan martabat manusia dalam membuang hajat.” Saya setuju sekali. Toilet umum termasuk toilet sekolah seharusnya nyaman digunakan oleh anak-anak sekolah dan tidak menurunkan martabat anak.

Diskursus tentang standar kebersihan dan toilet sekolah seperti apa yang layak digunakan oleh murid sekolah, sejatinya adalah pertanyaan yang mengukur martabat. Seberapa penting menjaga martabat para siswa bagi Kepala Sekolah dan pengurus sekolah? Apakah toilet kotor dan bau itu sudah setara dengan martabat para siswa? Apakah toilet guru yang bersih dan terpisah dengan toilet siswa yang kotor sudah sesuai dengan martabat manusia yang setara?

Toilet bersih adalah salah satu ukuran martabat manusia. Toilet sekolah adalah tempat anak belajar menjadi manusia bermartabat. Dan Indonesia, sayangnya, masih perlu belajar banyak perkara ini.

Penulis: Aniesa Norma Dantie
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Toilet Sekolah, Tempat Paling Menjijikkan di Sekolah dan Bikin Trauma

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version