TOEFL atau Test of English as a Foreign English merupakan salah satu tes standar bahasa Inggris yang diperuntukkan bagi seseorang yang bahasa kesehariannya tidak menggunakan bahasa Inggris. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tren internasionalisasi di berbagai aspek kehidupan, menuntut kita untuk mau tidak mau harus bisa menggunakan bahasa global tersebut. Jadilah TOEFL dijadikan sebagai salah satu tolok ukur untuk menilai kemampuan seseorang dalam menguasai bahasa Inggris.
Banyak yang bilang jika TOEFL itu sulit, memang benar, saya sendiri akan mengakuinya jika tes itu bagaikan momok bagi kita yang jarang pakai bahasa Inggris, apalagi bukan anak Sastra Inggris, lha wong anak Sastra Inggris saja juga masih banyak yang megap-megap kok ngerjain TOEFL. Dan orang yang mahir bercakap bahasa Inggris-pun juga belum tentu skornya bagus.
Meskipun sulit, nyatanya skor TOEFL kini menjadi salah satu kualifikasi dalam berbagai hal, mulai dari lulus kuliah harus punya bekal skor TOEFL yang mumpuni, daftar kuliah di dalam maupun luar negeri, daftar beasiswa, CPNS, melamar kerja, hingga promosi atau naik jabatan pun kini harus punya skor TOEFL yang nggak boleh sembarangan.
Di balik banyaknya keluhan dan kegagalan atas sulitnya TOEFL ada beberapa hal yang sebenarnya harus dipahami terlebih dahulu sebelum benar-benar nyemplung untuk mengikuti tes ini. Sebab, jika tidak paham betul apa yang harus dipersiapkan, tes puluhan bahkan ratusan kali pun tidak akan menaikkan skor-mu ke tingkat yang lebih tinggi. TOEFL itu berbeda dengan ujian-ujian lain, berbeda pula dengan ujian akhir semester maupun ujian nasional meskipun sama-sama mengerjakan soal bahasa Inggris.
Kenali dulu seberapa jauh kemampuanmu dalam menguasai Bahasa Inggris
Ini penting sekali untuk diperhatikan karena dalam belajar bahasa Inggris terdapat empat tahapan belajar mulai dari pemula hingga benar-benar mahir. Empat tahapan tersebut yaitu beginner (pemula) yang biasanya lebih ke belajar vocab dan percakapan-percakapan sehari-hari, yang kedua adalah intermediate (mempelajari grammar dan merangkai kata-kata), yang ketiga advanced (mahir membaca dan menulis), dan yang terakhir adalah native (merupakan orang-orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kesehariannya).
Tes TOEFL sendiri berisi soal-soal yang tidak mungkin bisa dikerjakan oleh seorang beginner karena di dalam TOEFL berisi soal-soal yang kompleks berupa listening comprehension, structure and written expression, reading comprehension, dan writing. Bisa sih dikerjakan, tapi ya gitu, hasilnya tidak akan maksimal.
Jika kalian masih di posisi ini, sebaiknya jangan terburu-buru untuk ikut TOEFL, karena kemungkinan berhasil di skor yang kalian inginkan sangatlah kecil, sayang kan duitnya. Lebih baik belajar dulu dasar-dasar yang dibutuhkan. Ibarat naik tangga, kita pasti kesulitan jika langsung melangkah ke banyak anak tangga sekaligus, salah-salah malah jatuh. Sama juga dengan TOEFL, kita tak bisa langsung belajar di step yang lebih tinggi, alih-alih paham, kita malah jadi gelagapan.
Beda lagi jika kalian ada di posisi intermediate yang kemungkinan besar sudah mahir merangkai kata, menempatkan grammar yang tepat, dan mampu menganalisis persoalan yang ada. Meskipun TOEFL tetaplah sulit, di level ini kemungkinan besar sudah bisa menganalisis soal dan mencari pemecahan masalahnya. Jadi, persoalan tidak tahu arti atau tidak paham apa yang dipertanyakan sudah bukan menjadi permasalahan lagi.
Jika kalian ada di posisi advanced yang seharusnya bisa membaca, menulis, dan berbicara dengan cukup lancar, yang dibutuhkan hanyalah lebih banyak berlatih mengerjakan soal. Bukan lagi belajar bagaimana menempatkan kata kerja, kata sifat, kata ganti, kata keterangan, kata depan, dan per-grammar-an lainnya.
Jangan langsung berlatih soal
Salah satu kesalahan yang paling sering dilakukan oleh seorang yang akan mengikuti TOEFL adalah langsung hajar soal latihan. Ini enggak salah sih kalo kalian ada di posisi advanced atau paling tidak ada di posisi upper intermediate. Lah kalau tidak? Jangan sampai kalian coba-coba melakukan ini, seperti pengalaman yang pernah saya alami.
Saya ujug-ujug beli buku latihan TOEFL, milih yang paling tebal dan harganya minta ampun, berharap isinya lengkap serta klaimnya yang nggak main-main macam “dijamin tembus skor 600”, dan lain-lain. Sampai rumah langsung eksekusi soal-soal, selesai jawab liat kunci, selesai jawab liat kunci lagi, gitu terus sampe Upin-Ipin naik kelas. Tidak salah sih cara belajarnya, tapi kurang tepat. TOEFL tidak bisa diperlakukan seperti itu, Gaes.
Sebenarnya boleh mengerjakan soal-soal dulu untuk mengenali soal jenis apa yang kemungkinan keluar. Tapi, lebih baik lagi jika mendalami materi-materi yang disuguhkan, jangan asal baca soal dan baca jawaban, kemudian mencari kecocokan keduanya jika dilafalkan secara oral. Saya tekankan, mendalami materi juga sama pentingnya dengan berlatih soal.
Jangan sok bisa belajar sendiri
Dulu saya mengira belajar TOEFL mudah saja, tinggal beli buku, baca materi, latihan soal, latihan soal, dan latihan soal. Ternyata rumus itu tidak sepenuhnya bisa diaplikasikan ke semua orang. Beberapa orang mungkin akan lebih paham dengan suatu materi ketika belajar dengan orang yang lebih berpengalaman, saya sendiri juga begitu. Sebab, TOEFL bukan melulu tentang mengerjakan soal, butuh trik dan strategi yang tepat agar pengerjaannya efisien, dan hal itu kemungkinan tidak akan kita dapatkan jika belajar sendiri.
Jadi tidak ada salahnya bertanya pada yang lebih berpengalaman, mengajak teman untuk belajar bersama, dan jika punya uang lebih sangat disarankan untuk mengikuti kursus TOEFL. Kursus TOEFL itu penting sekali jika kalian merasa pemahaman bahasa Inggris yang kalian miliki kurang mumpuni. Karena di dalam kursus kalian akan diajari satu persatu materi sampai paham, trik mengerjakan soal, serta ada try out yang bisa digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan TOEFL yang kalian miliki.
BACA JUGA Mengungkap Mitos Menyembuhkan Gondongan dengan Memakai Kalung Mengkudu dan artikel Elisa Erni lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.