Belum ada setahun sejak dokumenter bertajuk In the Name of God: A Holy Betrayal rilis di Netflix. Karya dokumenter tersebut menyajikan rekam jejak busuk lima sekte sesat di Korea Selatan. Penayangannya yang dimulai pada 3 Maret 2023 itu sempat membuat publik, khususnya penggemar musik dan drama Korea, geger hingga topik mengenai sekte-sekte ramai diperbincangkan selama berbulan-bulan.
Gara-gara dokumenter tersebut, public sempat dibikin parno dengan sosok Jeong Myeong Seok atau lebih dikenal dengan nama JMS. Pemimpin sekte sesat di Korea ini menggembar-gemborkan bahwa dirinya yang sebenarnya adalah Mesias. Popularitasnya yang nggak main-main membuatnya mudah untuk mendapatkan pengikut. Namun, para pengikut yang niatnya pengin memperoleh hidayah justru berakhir menjadi korban kekerasan seksual oleh JMS. Mereka pun nggak bisa sembarangan speak up karena pasukan dan simpatisan JMS terus mengawasi.
Sebelum adanya teror JMS, Netflix juga sempat membuat masyarakat gempar dengan rilisnya serial fiksi Hellbound. Walaupun fiksi, serial yang menggandeng eks-aktor yang kini jadi pesakitan, Yoo Ah In, itu juga menggambarkan bagaimana sekte sesat menguasai Korea Selatan.
In the Name of God: A Holy Betrayal dan Hellbound sukses membuka mata dunia soal sisi gelap Korea Selatan. Memang, sih, kenyataan ini serem banget. Korea Selatan dengan infrastrukturnya yang sudah maju, perekonomian melaju pesat, dan segala ingar bingarnya ternyata menyimpan borok yang nggak sembuh-sembuh.
To make it worse, saya harus menyampaikan kepada kalian semua untuk berhati-hati. Walaupun JMS sudah dipenjara, kejahatan sekte sesat Korea sudah di-spill ke publik, dan awareness masyarakat agak meningkat, nggak bisa dipastikan sekte sesat akan berhenti berulah.
Daftar Isi
Sekte sesat Korea mencari anggota orang Indonesia
Jangan dibayangkan sekte sesat Korea merekrut pengikut secara konvensional. Kalian mungkin pernah lihat di drama Korea yang memperlihatkan seseorang membagi-bagikan selebaran kepada orang-orang yang melintas. Di selebaran itu tertera nama rumah ibadah dan program-programnya. Sekarang sekte sesat Korea sudah melek teknologi. Dan parahnya, mereka tahu negara kita adalah sasaran empuk “program rohani” milik mereka.
Sekte sesat di Korea paham betul bahwa Indonesia punya basis fans K-Pop yang besar sekali. Memang kenyataannya, “nggak rame kalau nggak bawa-bawa K-Pop.” Orang Indonesia juga tergolong FOMO. Banyak orang yang kena pengaruh K-Pop atau K-Drama dikit langsung ngebet datang ke Korea, mimpi punya pacar orang sana, atau kerja sambil menikmati musim semi di Negeri Ginseng. Dan kultus Korea memanfaatkan hal itu.
Sejauh ini, saya sudah menemukan tiga pola perekrutan sekte sesat Korea dengan target orang Indonesia. Tiga sistem rekrutmen ini mulus banget. Saya saja sempat hampir termakan tipu dayanya meski sudah membentengi diri.
#1 Webinar pertukaran budaya
Saya pernah membahas soal ini secara singkat di sini. Perekrutan lewat seminar pertukaran budaya termasuk salah satu strategi yang terus dipakai oleh kultus sesat Korea. Bahkan setelah bertahun-tahun, sistem ini masih bisa saya temukan. Mereka akan menyebarkan poster di media sosial, terutama Facebook, dilengkapi dengan caption menarik yang mengajak kita untuk join webinarnya.
Orang-orang yang pengin exchange ke luar negeri atau tertarik dengan budaya Korea sekaligus pengin memperkenalkan bahasa Indonesia pasti akan langsung terjerat sekte sesat. Pasalnya, webinar ini secara gratis menawarkan program cultural exchange, jalan-jalan virtual ke landmark Korea, pertunjukan dance, dan yang terakhir baru pemaparan program “pertukaran budaya”. Acara yang terakhir itu sebenarnya pengenalan sekte mereka, sih.
Setelah mendaftar dengan mengisi nama, nomor telepon, dan nama akun Facebook, kita akan diminta join grup WhatsApp untuk “koordinasi”. Sebelum sempat ada aktivitas di grup tersebut, sebenarnya saya sudah left karena banyak K-Popers yang memperingatkan bahwa acara tersebut adalah perekrutan kultus sesat.
#2 Menyebar anggota sekte sesat Korea di jalan-jalan yang dilalui wisatawan internasional dan bersikap SKSD
Tipe rekrutmen yang ini termasuk konvensional tapi dengan pendekatan baru. Anggota sekte sesat Korea akan disebar di jalan-jalan yang sering dilalui wisatawan internasional. Kan kelihatan banget, ya, mana warga lokal, mana pelancong. Mereka akan mendekati para wisatawan dan ngajak ngobrol dengan wajah sangat ramah. Pokoknya beda banget sama warga Korea yang distereotipkan sengak sama wisatawan Asia Tenggara itu.
Orang-orang yang mau latihan ngomong bahasa Korealah yang menjadi target mereka. Kemampuan belum sefasih itu, ditambah lagi kita bukan penutur asli pasti menyebabkan adanya beberapa kosakata bahasa Korea yang belum kita ketahui. Dari celah itulah mereka masuk dan mengajak kita melakukan kegiatan yang diklaim bermanfaat untuk kita, seperti kelas bahasa.
Di akhir, mereka akan meminta kita menulis data diri, seperti nama dan nomor HP. Dan dari situlah mereka mulai mendatangi dan meneror kita untuk segera join grupnya.
#3 Mencari teman orang Indonesia
Nah, ini cara mencari anggota terbaru yang dilakukan sekte sesat Korea. Saya baru menemukannya beberapa hari yang lalu ketika mengaktifkan kembali akun InterPals. InterPals adalah website yang memudahkan kita untuk cari teman dari seluruh dunia. Sebagai pengguna kita bisa chat sama teman internasional. Biasanya orang yang mau sekolah atau menetap di suatu negara akan cari dulu warlok negara tujuannya untuk ditanya-tanya atau dimintai bantuan.
Waktu lagi scroll untuk mencari teman baru, saya menjumpai sebuah profil berbendera Korea Selatan. Di deskripsi singkatnya, dia bilang sedang mencari teman karena akan mulai tinggal di Tangerang sebagai profesor atau dosen. Saya yang tertarik langsung mengeklik profilnya.
Di sinilah saya sadar bahwa baru masuk ke perangkapnya. Sebab, tiap kita mengeklik profil pengguna lain di InterPals, user tersebut akan langsung dapat notifikasi bahwa kita baru saja mengunjungi profilnya. Tinggal soal waktu orang ini bakal mencari profil saya dan nge-chat.
Setelah saya baca wall-nya sampai akhir, rupanya dia adalah misionaris sekte sesat Korea dengan kedok “dosen”. Dia memang nggak bilang secara eksplisit. Tapi dari beberapa kosakatanya, seperti pencerahan rohani, mengajarkan agama, dan berteman secara religius, saya bisa tahu bahwa dia ingin menyusup di antara orang-orang Indonesia yang suka Korea dan mengajak mereka login ke sektenya.
Memang nggak bisa dimungkiri bahwa setiap hal punya sisi baik dan buruk. Beriringan dengan asyiknya musik K-Pop dan serunya drakor, ada sekte sesat yang membayang-bayangi dan siap merekrut kita saat lengah. Asal kita waspada dan nggak gampang termakan bujuk rayu orang lain, kita pasti bisa terhindar dari tipu daya sekte sesat Korea.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Sisi Gelap Korea Selatan: Ketika Makeup Tebal Tak Mampu Menutupi Kebusukan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.