KKN memang nggak ada habis ceritanya. Mulai dari cerita yang biasa-biasa, cerita “skandal”, sampai cerita horor. Baru-baru ini, cerita soal KKN mendadak naik lagi. Ada salah satu warganet yang mengunggah cerita tentang KKN, yang diberi judul “KKN di Desa Penari.” Meskipun katanya cerita ini sudah lama, tetap saja orang-orang masih saja tertarik dan mengikuti cerita ini. Ya namanya orang Indonesia, diberi cerita seperti ini pasti tertarik. Padahal nggak tentu benar juga ceritanya.
Saya sendiri nggak terlalu mengikuti cerita KKN desa penari. Selain saya nggak percaya ceritanya, saya juga nggak percaya dengan konsep KKN saat ini. Soal nggak percaya ceritanya, saya memang nggak percaya dengan hal-hal yang mistis-mistis seperti itu. Apalagi dari ceritanya yang mbulet banget, yang semakin membuat saya nggak tertarik dan memilih untuk nggak percaya. Ditambah lagi saya juga nggak percaya dengan hal-hal yang ngga bisa dinalar seperti ini. Udah horror, nggak logis lagi.
Soal nggak percaya KKN, saya berpikir KKN sudah nggak relevan dilakukan sekarang. Katanya sih KKN itu pengabdian masyarakat, tapi kok nggak banyak yang benar-benar mengabdi, dan berbuat untuk desa yang ditempati. Malah banyak yang memanfaatkan momen KKN untuk melakukan sesuau yang nggak seharusnya dilakukan. Apalagi banyak anak-anak KKN yang malah sok pintar di tempat KKN, merasa dirinya paling educated. Ya sudah nggak relevan lah KKN sekarang itu.
Kembali lagi soal cerita horror KKN, sepertinya kita disuguhi cerita-cerita semacam ini tiap tahun. Coba deh cari, berapa cerita-cerita horror yang muncul setiap tahun. Hampir bisa dipastikan muncul tiap tahun. Entah itu cerita lama, entah itu cerita baru, nggak peduli juga, yang penting viral aja dulu. Bahkan untuk cerita KKN di Desa Penari, muncul juga beberapa versi cerita. Udah kayak kejadian kriminal aja, banyak versi. Cerita menurut si A, cerita menurut si B, bahkan nggak menutup kemungkinan ada juga cerita menurut Lucifer yang bakal muncul.
Dari banyaknya ceria-cerita seperti ini, saya bisa menyimpulkan bahwa KKN sebenarnya bisa dijadikan konten yang menarik. Untuk cerita KKN di Desa Penari, mungkin saja beberapa bulan lagi bakal dijadikan buku atau film. Ya mengingat antusiasmenya yang tinggi, nggak salah dong kalau dibikin buku atau film. Lumayan, lho. Bisa untung banyak. Eh tapi kabarnya sudah mau dibuat bukunya, ya? Oleh karena itu, saya coba untuk bagi tips, buat teman-teman yang akan melakukan KKN. Tips ini adalah tips dalam memilih tempat KKN yang konten-able.
- Pilih Tempat KKN yang Punya Cerita Mistis
Ini penting sekali, mengingat masyarakat Indonesia doyan banget sama hal-hal yang berbau mistik. Nggak menutup kemungkinan juga, anak-anak yang KKN di desa penari sudah riset sebelumnya tentang desa yang tersebut. Mereka mungkin juga sudah mempersiapkan tentang apa yang harus dilakukan di sana, dan apa yang akan terjadi nanti. Lumayan kan buat konten.
Urusan memilih tempat ini memang vital banget. Kalau bisa, pilih tempat yang punya cerita-cerita mistis, yang belum banyak orang tahu. Jangan juga pilih tempat yang sudah punya track records yang bagus dalam urusan mistis. Maksudnya, jangan pilih tempat yang cerita mistisnya sudah umum, atau sudah pernah diangkat. Pokoknya harus yang nggak banyak orang tahu, lah. Ya kalau banyak orang yang tahu, ya nanti kontennya kurang greget aja. Nggak fresh.
Ceritanya juga jangan yang terlalu mainstream. Jangan cerita yang hanya soal kuntilanak, pocong, genderuwo saja. Cerita KKN Desa Penari bisa jadi contoh yang bagus, bagaimana mereka memilih tempat. Kan nggak banyak yang tahu soal setan-setan yang ada di cerita tersebut. Jadi, pilih tempat yang punya cerita mistis, dan yang nggak banyak orang tahu.
- Pilih Tempat KKN yang Namanya Unik dan Nggak Pasaran
Ini juga penting banget. Teman-teman juga harus memilih nama desa tempat KKN yang kalau bisa unik dan nggak pasaran. Supaya apa? Supaya orang-orang semakin percaya dengan cerita-cerita atau konten-konten yang akan dibua nanti. Kalau menurut cerita KKN Desa Penari, nama tempatnya kan di Desa Wonorejo (spekulasinya sih begitu) di Kota Banyuwangi. Dari nama desanya saja sudah ada bau-bau mistis dan unik. Orang jadi banyak yang percaya.
Jangan memilih desa atau kota yang terlalu pasaran. Nggak mungkin dong ada cerita seperti itu kalau KKN di Desa Rawa Bebek, atau di Desa Ciraos, kan nggak mungkin. Jadi, nama desa juga harus dipertimbangkan agar KKN-nya bisa konten-able.
Itu tadi tips-tips dari saya dalam memilih tempat KKN. Harapannya sih biar KKN teman-teman nanti nggak hanya sebagai agenda perkuliahan saja, syukur-syukur bisa jadi konten yang menjanjikan. Semoga menfaat, ya. (*)
BACA JUGA KKN Desa Penari: Cerita Menakutkan Bikin Kecanduan atau tulisan Iqbal AR lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.