Tips Jitu agar Tidak Di-kick dari Grup WhatsApp Kantor

Tips Jitu agar Tidak Di-kick dari Grup WhatsApp Kantor Terminal mojok

Ketika bekerja di dalam suatu perusahaan, sudah sewajarnya kita dimasukkan dalam grup WhatsApp perusahaan atau kantor. Selain lebih efisien untuk berkoordinasi dalam hal operasional, menurut saya keberadaan grup Whatsapp kantor juga lebih efektif untuk mempersingkat waktu. Daripada pimpinan harus memberikan informasi tentang kerjaan dan broadcast atau mengirim pesan massal kepada seluruh karyawan, lebih baik informasi disampaikan lewat chat grup saja.

Di dalam sebuah grup WhatsApp kantor, sering kali kita menemui rekan kerja yang bisa dibilang nyleneh. Nyleneh dalam artian sering caper, merasa sok pintar, dan bahkan menyinggung kinerja atasan. Ya kalau diminta untuk memberikan pendapat, menurut saya nggak masalah. Lha ini langsung bras-bres tiba-tiba muncul memberikan komentar tentang kinerja atasan. Pantas saja atasan saya sering sambat pengin kick orang itu dari grup. Blio sering bilang, “Lebih nggatheli dan nggapleki ketimbang kamu, Ngget.” Yasudah, saya cuma bisa mantuk-mantuk saja.

Dari sambatan atasan saya tentang anak buah yang nggatheli tersebut, saya akan memberikan tips jitu supaya teman-teman nggak ikut dikatakan nggatheli sampai pengin di-kick atasan dari grup WhatsApp kantor.

#1 Jangan terlalu menggurui

Sudah sepantasnya dan sewajarnya kita tahu diri. Jika memang sama-sama di dalam lingkup bawahan, setidaknya kita memberikan saran dan masukan dengan sopan. Tidak lebih menggurui. Lha, wong sama-sama karyawan kok malah menggurui? Jika ada karyawan lain yang melakukan kesalahan, biarkan atasan dulu yang memberikan saran. Jangan langsung nimbrung bras-bres menyalahkan, lalu jadi sok menggurui.

#2 Jangan merasa sok pintar dengan menggunakan kata-kata intelek

Ada kalanya kita harus memberikan saran dan masukan kepada karyawan lain. Dalam hal ini pun, kita harus menjaga diri biar nggak keluar kata-kata yang sok intelek dan sulit dipahami. Beberapa dari kita yang hanya lulusan SMA, bapak-bapak kantoran yang hampir pensiun, dan masih banyak lagi, sulit untuk mencerna kata-kata yang intelek.

Memberi saran dengan kata intelek, menurut saya kurang efektif. Lha, wong grup WhatsApp dibuat untuk menjadikan SOP perusahaan lebih efektif, tapi kok penyampaian saran menggunakan kata yang nggak efektif? Sok intelek lagi. Nggatehli, Mas!

#3 Tidak berkomentar tentang tugas atasan

Poin ketiga ini sebenarnya adalah kunci agar nggak di-kick atau mungkin bisa saja terjadi PHK sepihak jika atasan sudah mulai mangkel. Tapi kecil kemungkinan kalau sampai kena PHK, sih. Intinya adalah kita bekerja sesuai bidang masing-masing. Nggak perlu sampai berkomentar tentang tugas atasan yang nggak becus lah, nggak jelas lah, atau sebagainya. Jangan! Kalau kata orang Jawa saling tepo sliro. Saling memahami bahwa atasan itu kerjaannya lebih berat dan jam kerjanya sudah tinggi. Yakinlah bahwa mereka itu sudah profesional.

Begini saja, saat kita sudah mulai pusing dan muak dengan kerjaan yang sesuai sama jobdesk kita sendiri, atasan pasti punya masalah yang lebih. Entah masalah internal atau eksternal, saya nggak peduli. Yang jelas, atasan pun mendapat tekanan kerja juga entah itu dari owner, HRD, atau manajemen lain. Jadi, nggak usah ikut campur masalah atasan bahkan sampai mengomentari kinerja atasan di grup WhatsApp kantor, deh.

#4 Menghormati atasan yang sedang memberi saran

Ketika ada atasan yang berkomentar dan komplain dengan kerjaan yang sedikit melenceng, biasanya kita langsung kena teguran. Teguran yang didapat, nggak jarang dibarengi saran. Itu pun saat kita sedang beruntung, ada teman yang berada dalam posisi dan jabatan yang sama, malah ikut melindungi agar kita nggak jatuh. Tapi, ada juga karyawan yang nggapleki. Bukannya membela, malah tiba-tiba ikut nimbrung memberikan saran kepada karyawan lain.

Untuk menghormati atasan, sebaiknya kita mendengarkan blio dulu. Letak kesalahan kita ada di bagian mana. Jangan membantah dan langsung menyalahkan sepihak, atau karyawan lain. Jujur saja dengan masalah dan kerjaan yang diberikan oleh atasan. Kalau nggak sanggup menerima, lebih baik katakan saja. Tentunya dengan nada yang sopan, dan emotikon yang wajar.

#5 Nggak usah caper

Hal yang nggatheli dan wajar jika atasan ingin mengeluarkan kita dari grup WhatsApp kantor. Sedikit cerita, ada salah satu karyawan di perusahaan saya yang sering caper dan apabila capernya ditanggapi, blio akan semakin nggatheli. Maka sebaiknya, jika grup sedang sepi, kita nggak usah memberikan pernyataan yang nggak penting dan nggak usah caper bikin keramaian di grup. Orang-orang di dalam grup WhatsApp kantor juga punya kehidupan yang lain. Jadi, nggak usah sok-sokan cari perhatian.

Itulah beberapa tips agar kita nggak di-kick dari grup WhatsApp kantor. Pentingnya informasi di dalam suatu kerjaan adalah poin tambahan agar kita lebih mengetahui tentang apa yang diinginkan oleh kantor.

Walaupun saya sering dibilang nggatheli sama atasan, saya tetap mencoba untuk berteman baik di luar. Iya, saya pun dibilang nggatheli sama atasan yang rambutnya semiran kuning dan pakai kacamata itu. Pokoknya kalau dilihat-lihat, blio nggak pantas untuk jadi atasan. Tapi bagaimana pun, saya tetap berteman baik dan mencoba untuk lebih menghormati blio.

BACA JUGA Dilema Privasi Saat Ingin Keluar dari Grup Whatsapp dan tulisan Grantino Gangga Ananda Lukmana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version