Tips Gunakan Tas ala Marie Kondo: Ia Alat untuk Membawa, Bukan Menyimpan

Tips Gunakan Tas ala Marie Kondo: Ia Alat untuk Membawa, Bukan Menyimpan terminal mojok.co

Tips Gunakan Tas ala Marie Kondo: Ia Alat untuk Membawa, Bukan Menyimpan terminal mojok.co

Ketika kita sedang mempelajari sesuatu, lumrah jika kita menginginkan efek yang bisa kita rasakan secara langsung. Saya juga mengalaminya ketika ingin sekali melihat kamar saya menjadi rapi sesegera mungkin setelah mulai mendalami minimalisme. Maka dari itu, ketika saya melihat ada buku tips beberes ala Marie Kondo yang berjudul The Life-Changing Magic of Tidying Up, saya langsung tertarik dan tidak berpikir dua kali untuk membelinya.

Setelah selesai membacanya, kamar saya memang terlihat jauh lebih rapi dari sebelumnya. Namun, tanpa saya duga, saya menemukan hal lain yang unik dan juga tak kalah menarik, yakni tips menggunakan tas ala Marie Kondo.

Kita semua tahu bahwa tas adalah barang yang sangat umum dan dimiliki hampir oleh semua orang. Ada berbagai jenis tas yang kita kenal, mulai dari tas punggung, tas selempang, tas serut, totebag, dan lain-lainnya. Kita pasti memiliki salah satu dari jenis tas tersebut dan kita pastilah pernah menggunakannya.

Mungkin ada yang berpikir seperti ini, “Lebay amat. Masak pakai tas aja ada ala-ala-nya. Memang apa bedanya? Kelihatannya pakai tas, ya, begitu-begitu saja.”

Eits, tunggu dulu. Ini bukan soal membawanya ketika di luar rumah. Kalau itu mah kita semua tahu kalau tas punggung itu, ya lumrahnya dipakai di punggung. Kalau tas selempang, ya diselempangkan menyilang badan. Dan kalau totebag, ya tinggal dicantolkan di pundak. Kalau itu kita semua tahu, tapi yang satu ini beda.

Mari saya mulai dengan kalimat yang digunakan oleh Marie Kondo sebagai judul sub-bab-nya, kosongkan isi tas setiap hari. Hal ini terdengar aneh bagi saya yang sejak masuk SD hingga lulus kuliah tidak pernah melakukannya.

Dulu, saya selalu meninggalkan barang bawaan di dalam tas, sebelum malamnya saya tukar dengan barang bawaan untuk keesokan harinya. Artinya, selalu ada barang di dalam tas saya sepanjang waktu, 24 jam. Namun, sebagaimana tertulis di judul, Marie Kondo berpendapat bahwa tas adalah alat untuk membawa. Maka, ketika tiba di rumah, tugasnya sudah selesai dan barang-barang harus dikembalikan ke tempat semula.

Awalnya, saya berpikir bahwa ini adalah hal yang merepotkan. Buat apa dikeluarkan kalau besok akan dibawa lagi? Toh, ada barang-barang yang pasti akan selalu dibawa, tempat pensil, misalnya. Atau dalam kasus lain, buku catatan saat saya kuliah yang memang hanya ada satu untuk semua mata kuliah. Bukankah kegiatan tersebut hanya membuang-buang energi? Sebagai mahasiswa teknik, saya tentu saja konsen sekali dengan penggunaan energi.

Namun, setelah membaca dan mencoba metode tersebut, saya jadi berpikir bahwa itu mungkin memang ada manfaatnya. Saya jadi lebih aware dengan barang bawaan di tas saya. Dengan tas yang kosong di awal, saya akan mengisi tas hanya dengan barang-barang yang benar-benar akan saya gunakan hari itu.

Hal itu berdampak pada, satu, saya menjadi lebih jarang ketinggalan barang karena dipaksa memikirkan barang bawaan dari awal. Dua, berat tas saya tidak menjadi berlebih dengan keberadaan barang tidak penting yang terbawa.

Dua hal tersebut sangat bermanfaat bagi saya yang cukup mobile dan yang dulu saat kuliah sering kaget, “Loh, kok kertas tugas ini nggak ada? Padahal kayaknya dari kemarin di sini terus, deh.”

Ya begitulah. Kedengarannya sepele, sih, tapi ternyata perubahan perilaku bisa memberikan perubahan pada sifat juga. Walaupun dalam konteks yang sangat sempit. Lagipula, kalau kita adalah orang yang berperi-ke-barang-an, kita harusnya memberikan barang-barang waktu untuk istirahat.

Kalau dalam kasus tas, ya membuatnya kosong walau hanya sesaat bisa jadi salah satu opsi. Kan nggak lucu kalau tas bisa ngomong terus sambat ke kita, “Wah, kalian ini membebani saya terus. Kalian mau menyengsarakan saya, ya?!”

BACA JUGA Merapikan Kenangan Mantan dengan Metode Marie Kondo dan tulisan Muhammad Ramadhani Suryolaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version