Akhirnya saya merasakan sendiri istilah “cari rumah itu kayak cari jodoh”. Saya kira, itu bualan belaka yang terlalu melebih-lebihkan. Masak, sih, beli rumah yang cocok di kantong dan hati sesusah itu? Bukannya rumah itu benda mati yang lebih bisa dikontrol dan dikondisikan, nggak kayak manusia, ya?
Namun, nyatanya memang seperti. Selain ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, rumah katanya juga pulung. Sebelum memutuskan apakah rumah tersebut pulung untukmu, ada beberapa tips untuk beli rumah.
Satu, supaya proses pencarian rumah ini lebih mudah, ada beberapa aplikasi standar yang bisa kamu gunakan, seperti OLX dan marketplace Facebook. Di sini kamu bisa dengan lebih mudah melihat-lihat “katalog” rumah sesuai dengan lokasi dan budget yang kamu inginkan. Ya, dua hal ini adalah penentu pertama dalam proses pencarian rumah idamanmu.
Kecuali kamu memang nggak peduli sama lokasinya. Pasalnya kamu adalah manusia dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Jadi bisa sat set sat set ke mana aja. Atau, kamu adalah anak sultan yang nggak peduli soal harga. Harga berapa pun oke saja, asalkan memberikan kenyamanan yang diharapkan. Jadi, soal ini bisa kamu skip. Kamu cukup lihat rumah yang fotonya tampak kece saja.
Dua, setelah menemukan rumah yang “tampaknya” ideal. Pastikan dulu akses jalan depan rumahnyanya. Pasalnya, banyak rumah-rumah yang luas, murah, dan tampak nyaman, tapi akses jalannya cuma bisa buat motor atau bahkan jalan kaki.
Namun, ya nggak apa-apa, sih, kalau kamu malah punya prinsip pengin punya rumah dengan taste hidden gems gitu. Toh, sekarang lagi ngetren kan yang kayak gini? Apalagi kalau rumah itu nantinya sekalian mau kamu bikin kafe. Wah, semakin mblusuk akan semakin terasa hidden gems-nya
Tiga, pastikan juga bahwa rumah tersebut jauh dari makam atau sutet. Soal makam, awalnya saya kira hanya perkara mistis. Ternyata, ini ada kajian ilmiahnya. Bahwa air tanah dekat makam itu nggak baik karena mengandung zat-zat kimia dan cairan yang keluar dari mayat yang telah membusuk. Jadi, katanya sih, nggak disarankan. Akan tetapi, beda ceritanya kalau rumah tersebut berada di hulunya makam, bukan hilirnya.
Sementara soal sutet, ia adalah saluran udara dengan tegangan ekstra tinggi. Jadi, jelas ini terkait radiasi yang nggak baik untuk kesehatan kita. Apalagi kita tinggal di lingkungan semacam ini dalam waktu yang cukup lama.
Empat, setelah tiga hal di atas sudah cocok, kini saatnya mengerahkan energi kita untuk survei langsung ke lokasi. Di sini kamu bisa melihat langsung bagaimana kondisi rumah dan kondisi sekitar. Apakah keduanya cocok denganmu?
Namun, kalau saya sendiri lebih mendahulukan kondisi lingkungan sekitar dibandingkan kondisi rumah itu sendiri. Pasalnya, rumah bisa direnovasi, tapi tidak dengan lingkungan. Oleh karena itu, saat kita membeli rumah pastikan kita juga “membeli” lingkungannya. Mau nggak mau, kondisi sekitar juga berperan dalam kenyamanan dan kedamaian kita.
Oh iya, jangan lupa cek juga kondisi geografis rumah tersebut. Apakah ia lahan yang rawan longsor? Rawan banjir? Atau sungai terdekatnya jadi aliran lahar dingin Merapi?
Informasi ini bisa kamu selidiki diam-diam dengan bertanya orang dari kampung sebelah, misalnya. Soalnya, kalau tanya ke makelar atau yang jual rumahnya, khawatir nggak dijawab dengan apa adanya. Meski nggak sedikit, sih, para penjual yang bisa cerita fafifu wasweswos dengan amat sangat terbuka.
Itulah beberapa hal yang menurut saya penting dalam menentukan sebuah hunian. Memilih rumah itu kayak jodoh. Jadi, nggak perlu terlalu maksa dan tergesa-tega. Kalau udah berhasil nemu, selamat memulai hidup baru dengan tagihan baru…
…kalau kamu membelinya dengan mencicil. Iya, kalau mencicil loh, ya.
BACA JUGA Pentingnya Ilmu Geografi untuk Tentukan Lokasi Rumah Saat Akan Membelinya dan tulisan Audian Laili lainnya.