Di era ini, bagi masyarakat perkotaan terlebih para kelas menengah ke atas agaknya sudah menjadi gaya hidup bahkan menjurus kebutuhan untuk senantiasa menyisihkan waktu luangnya ke warung kopi maupun kafe. Baik sekadar untuk minum serta menjadikannya tempat tongkrongan, baik ia kalangan tua maupun muda.
Oleh karenanya, sebagai sebuah bisnis yang prospek dan pangsanya jelas, tak heran bila kemudian usaha warung kopi maupun kafe begitu menjamur didirikan. Dan hal yang lumrah juga para pelaku usaha ini berlomba-lomba berkreasi mendesain tempat usaha warung kopi dan kafenya semenarik mungkin.
Terlebih saat ini fasilitas wifi bukan lagi sesuatu yang mewah. Ia sudah menjadi “kewajiban” bagi setiap pelaku usaha warung kopi atau kafe untuk menyertakan akses free wifi. Tak ayal, item kenyamanan dan kekhasan adalah dua hal yang digenjot dan dikreasi untuk menawarkan kebedaan.
Iya, guna menuntun kehadiran dan memberi kenyamanan maksimal bagi para pengunjungnya.
Meski secara nomenklatur pendirian dan prinsip warung kopi maupun kafe ini pada dasarnya terbuka dengan pengunjung dari berbagai kalangan, tapi dalam aktivitas dan pengaplikasiannya, secara kasat mata warung kopi maupun kafe ini memiliki dan menyasar segmentasi pengunjung tertentu, lho.
Polarisasi pengunjung ini sebenarnya bukan diciptakan oleh pemilik usaha itu sendiri, tapi hal tersebut tercitra dari jenis pengunjung mana yang paling sering mampir atau nongkrong. Oleh karenanya, berdasarkan pengamatan saya, ada beberapa tipe warung atau kafe ditinjau dari peruntukannya ini. Berikut klasifikasi tipenya berdasarkan peruntukannya tersebut.
#Warung kopi atau kafe sebagai tempat diskusi
Ini adalah tipe warung atau kafe yang diisi oleh pengunjung yang kesohor dalam hal berbicara dan berdebat. Secara demografi umur, umumnya pengunjungnya adalah para pria paruh baya dan mahasiswa, khususnya kalangan aktivis.
Di warung atau kafe tipe ini, akan jamak kita temukan perbincangan dan debat berbagai tema, dari sosial, politik, ekonomi, agama, baik dalam lanskap lokal maupun nasional (atau bahkan, global!). Dengan wadah meja yang minimal diisi 4 orang, maka nikmatnya mendengar celotehan dari para orang tua ini begitu mewarnai khazanah kita.
Bila Anda adalah mahasiswa yang ingin mengasah skill debat dan menggali potensi di kancah politik, warung kopi jenis ini adalah wadah yang pas. Dengan bermodal memesan minuman yang harganya relatif bersahabat di kantong, atau bila beruntung bisa ditraktir, maka Anda sudah dapat seharian memboboti diri di bidang sosial dan politik dari celoteh dan diskusi yang dibangun oleh mereka.
Belum lagi kita bila kita dapat menjadi saksi dari serunya permainan catur dari mereka, di mana dalam satu sesi permainan saja (yang diwarnai saling ledek antar pemain dan menimbulkan gelak tawa) bisa memakan waktu 1-2 jam. Benar-benar menghibur!
#Warung kopi atau kafe sebagai tempat mengasah kemampuan game dan memadu kasih
Ini adalah tipe warung kopi atau kafe yang diisi oleh kalangan yang relatif homogen, yakni anak-anak muda, baik pelajar maupun mahasiswa. Ia menjadi tempat untuk mengasah kemampuan game dan bertemu dengan teman sejawat yang memiliki frekuensi hobi yang sama dalam game tertentu. Agaknya kebisingan khas anak muda di warung kopi atau kafe jenis ini adalah sebuah kelumrahan, terlebih kala bermain game format gerombolan.
Ia juga menjadi tempat untuk bertemu dan memadu kasih bagi pasangan muda yang sedang dimabuk tanpa terlalu memikirkan kantong yang akan cekak, menimbang harga yang ditawarkan pada minuman di tempat ini relatif masih terjangkau bagi anak muda.
#Warung kopi atau kafe sebagai tempat bersantai
Tipe warung kopi atau kafe ini sudah barang tentu menawarkan kenyamanan dan keheningan, dengan fasilitas AC, sofa, atau ruangan yang senantiasa wangi. Ia tempat yang berasosiasi dengan eksklusivitas. Pengunjungnya cenderung dari kalangan elite, yang bisa dari berbagai segmen umur dan mengidamkan suasana nikmatnya minum kopi yang jauh dari hiruk-pikuk keributan.
Dengan ditemani secangkir-dua cangkir minuman, memang acap kali ia efektif menjadi sarana bersantai dan melepaskan sejenak kepenatan pikiran. Ia juga kerap menjadi tempat untuk menyelesaikan tugas kerja di tempat kerja yang baru pas diselesaikan saat suasana kesendirian. Dalam waktu tertentu, saya amati, kerap juga dijadikan sebagai tempat kumpul keluarga yang eksklusif.
Sudah barang tentu, menu harga minuman (dan makanan) yang ditawarkan cukup mahal dan membuat kantong orang seperti saya cekak. Praktis, bila bukan karena ditraktir, saya tidak akan mau ke sini.
Nah, demikian tipe warung kopi atau kafe berdasarkan peruntukannya dari amatan saya. Saya pribadi lebih menyukai habitat tempat tongkrongan yang pertama. Kalian sendiri yang mana?
BACA JUGA Nongkrong Ke Kedai Kopi tapi Nggak Pesan Kopi dan tulisan Hendra Sinurat lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.