Suporter sepak bola adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari hiruk pikuk dunia sepak bola yang senewen dan menggairahkan. Pemain ke-12 ini merupakan nyawa vital dari dunia sepak bola yang menjadi pemasok utama klub dari mulai segi moril hingga materil.
Kehadiran suporter sepak bola sangatlah penting di suatu pertandingan, ia bisa merusak mental lawan dan mendukung mental pemain-pemain yang didukungnya.
Di Indonesia, suporter sepak bola bak ormas-ormas yang siap mati demi agama. Mereka siap melakukan apapun demi membuat klub kesayangannya menang. Mulai dari menyanyikan yel-yel ejekan, sampai-sampai melempar cilok ke lapangan adalah beberapa hal dari sekian banyak hal aneh dan nekat yang kadang dilakukan suporter sepak bola Indonesia untuk mengintimidasi pemain lawan.
Sebagai seorang penonton sepak bola yang pernah merasakan atmosfer di stadion, saya mengamati ternyata tipe-tipe dan kelakuan suporter sepak bola Indonesia itu bisa ditentukan melalui tribun mana yang mereka pilih. Berikut amatan saya.
Tribun selatan
Suporter yang suka berada di tribun selatan biasanya tipe-tipe suporter yang sangat kompak dan kreatif mendukung klubnya. Terkadang pula merekalah yang sering menggunakan koreografi menarik untuk mengintimidasi lawannya.
Mereka bahkan jarang sekali menggunakan tempat kursi untuk duduk, dan lebih sering berdiri untuk mendukung tim kesayangannya. Di tribun ini pula kita akan melihat cosplay-cosplay menarik dari mulai Syekh Puji hingga hantu-hantu Indonesia, yang entah tujuannya untuk apa.
Ideologi yang dianut oleh suporter tribun selatan ini diadaptasi dari ideologi suporter di Serie A Italia yaitu ultras atau biasa disebut Curva Sud. Tak jarang banyak suporter sepak bola Indonesia yang menyandingkan sebutan Curva Sud dengan nama klub kesayangan mereka. Semisal Curva Sud Persija hingga BCS (Brigata Curva Sud) Sleman yang terkenal dengan koreografi ciamiknya.
Tribun utara
Penghuni tribun utara memiliki jiwa korsa yang kuat dan militan. Mereka adalah definisi dari diam-diam menghanyutkan. Jika ada kerusuhan, merekalah yang berada di garis paling depan.
Cara mendukung mereka bukan hanya sekedar teriak-teriak di dalam stadion, tetapi kadang menggunakan cara kekerasan sebagai bentuk cinta terhadap klub yang menurut saya agak aneh.
Tribun ini biasanya dipenuhi suporter yang menamakan dirinya hooligan atau Curva Nord. Mereka menganut ajaran dari hooligan Inggris yang juga sarat dengan kekerasan.
Tribun timur
Penonton yang berada di tribun timur adalah suporter yang mendukung klub sepak bola secara wajar. Penonton di tribun ini sebagian besar sebenarnya ingin menonton di tribun VIP, namun karena keterbatasan uang mereka terpaksa menonton di tribun timur.
Para suporter yang berada di timur biasanya bernyanyi dan melakukan koreografi secara cuma-cuma. Kalau capek ya berhenti, kalau bosen ya nyanyi, tergantung mood permainan di lapangan dan panglima yang berdiri di pagar tribun.
Karena kondisi yang cenderung kondusif itu saya bisanya lebih memilih tribun ini untuk menonton sepak bola, tidak terlalu fanatik juga tidak terlalu membosankan. Walaupun sering diolok-olok oleh tribun selatan dan utara melalui yel-yel yang menganggap tribun timur dan barat tidak mendukung total terhadap klub, yang terpenting; aman dan nyaman. Dan bisa melihat pemain kesayangan bermain dengan si kulit bundar tanpa takut terhalang koreografi.
Tribun barat VIP
Tribun ini dihuni oleh orang-orang kaya yang gabut menonton sepak bola di rumah. Mereka-mereka adalah suporter yang menonton pertandingan sepak bola dengan duduk manis selama awal hingga akhir pertandingan. Meskipun sesekali ada yang berdiri dan berteriak, itu nggak bertahan lama, sebab kepalang malu berdiri dan teriak sendiri di tribun. Tribun ini juga suka disuraki sebagai pemutus koreografi ombak yang sering dibuat di sela-sela pertandaingan jika membosankan.
Selain itu, tribun ini juga suka dipake untuk ajang tokoh-tokoh politik mencitrakan dirinya mendukung suatu klub dan menyukai olahraga yang seringkali dijadikan alat politik ini. Dikarenakan pendukung sepak bola biasanya militan dan fanatik, ketika ada janji kampanye yang dianggap akan menguntungkan klub mereka, otomatis suatu tokoh politik itu akan mendulang suara yang cukup besar dari suatu suporter sepak bola.
Padahal saya yakin, mereka nggak sepenuhnya mendukung tim tersebut. Contohnya waktu Jokowi maju jadi Gubernur DKI, saya yakin darah blio tetap Persis Solo dan sebenarnya terpaksa menggenakan loreng macan kemayoran itu ya untuk menang pilkada lah, apalagi?
Ya tapi mau gimana lagi, sebagai olahraga yang sangat populer dan digemari banyak masyarakat Indonesia, sepak bola menjadi komoditas politik yang menggiurkan. Karena fanatisme buta yang suka dihadirkan dalam tubuh suporter, membuat mereka mudah ditipu oleh politisi. Walaupun saya yakin masih banyak juga yang tidak seperti itu di dalam tubuh suporter-suporter sepak bola Indonesia.
Begitulah kira-kira tipe-tipe suporter sepak bola Indonesia berdasarkan amatan saya. Meskipun tidak sepenuhnya mereka seperti itu, pada hakekatnya segala yang berlebihan itu tidak baik. Biasa-biasa saja, tidak usah mati-matian membela klub sepak bola apalagi di Indonesia yang masih nganu persepakbolaanya. Emang kalian mau mati konyol cuman gara-gara mendukung klub sepak bola Indonesia yang sebenernya begitu banyak kongkalikong di belakang lapangan? Saya mah ogah sih…
BACA JUGA Yang Bisa Kamu Lakukan biar Nggak Bosan Setengah Mati di Rumah atau tulisan Ananda Bintang lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.