Hayo, siapa yang di sini tidur setelah makan? Iya, memang enak sekali habis makan itu langsung tiduran karena makanan dan minuman yang kita konsumsi akan dicerna oleh lambung dan usus. Saat proses pencernaan ini berlangsung, tubuh akan melepaskan hormon tertentu, seperti serotonin dan melatonin. Peningkatan kedua hormon tersebut bisa menimbulkan rasa kantuk setelah kita makan.
Refleks mengantuk ini yang membuat kita enggan mengusut lebih lanjut terkait masalah yang dapat disebabkan apabila langsung tidur setelah makan. Banyak orang bilang kalau tidur sehabis makan dapat menyebabkan bertambahnya berat badan alias gendut. Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan karena jika kita tidur setelah makan, sistem pencernaan kita tidak berjalan sebagaimana mestinya ketika kita duduk atau berdiri. Hal tersebut menyebabkan makanan yang kita makan lambat untuk dicerna lambung dan usus. Jadi, orang-orang pikir lemak yang ada di perut kita selama ini adalah akumulasi dari makanan yang belum selesai dicerna tersebut yang menyebabkan berat badan kita naik alias gendut.
Namun, pikiran tersebut selama ini salah. Walaupun logis juga pemikiran bahwa makanan akan sulit tercerna dan terakumulasi menjadi lemak di dalam tubuh jika dibawa tiduran. Saya sendiri sempat berpikir seperti itu juga. Pun orang-orang di luar sana yang merasa gendut dengan pola tidur yang salah. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, hanya saja yang membuat mereka gendut lebih ke makanan yang mereka makan, kurangnya aktivitas fisik, seperti olahraga atau pola hidup yang kurang sehat dan teratur.
Sedangkan untuk kasus setelah makan langsung tidur ini memiliki risiko penyakit yang dalam istilah medis disebut dengan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). GERD sendiri adalah suatu penyakit kronik pada sistem pencernaan. GERD terjadi ketika asam lambung naik kembali ke esofagus (kerongkongan). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya iritasi esofagus.
Berbeda dengan maag yang berhubungan dengan iritasi yang terjadi pada dinding lambung, GERD dipicu oleh terganggunya fungsi suatu otot di kerongkongan yang dinamakan sfingter esophagus. Sfingter adalah otot katup yang berfungsi menutup jalur atau bukaan pada tubuh. Gejala dari GERD sendiri adalah sebagai berikut:
Rasa panas di dada
Hal ini disebabkan karena asam lambung naik sampai ke kerongkongan. Asam lambung tersebut dapat menyebabkan rasa panas yang merambat dari dada sampai terasa ke kerongkongan. Mekanisme dari makanan yang kita bawa bersama tidur tadi akan memicu asam lambung yang memproses makanan ikut naik sampai ke kerongkongan karena kita tidur atau tidak duduk sebagaimana mestinya setelah makan.
Mual dan muntah
Mual dan muntah disebabkan oleh pengaruh asam lambung yang naik tadi, sehingga memicu makanan ingin keluar melalui kerongkongan yang menyebabkan rasa mual dan ingin muntah. Hal ini sama seperti refleks pengocokan lambung yang disebabkan oleh mabuk perjalanan. Akan tetapi mual dan muntah pada mabuk perjalanan biasanya karena kebiasaan otak kita yang tidak bisa menerima mekanisme kendaraan yang selalu bergerak, sedangkan kita sehari-hari bergerak didasari oleh otak.
Susah menelan
Hal tersebut dikarenakan oleh katup pada kerongkongan yang rusak tadi menyebabkan kita untuk sulit menelan makanan yang masuk. Mekanisme ini terjadi karena makanan yang masuk ke dalam lambung dibawa bersama tiduran membuat isi lambung mendorong keluar, sehingga makanan yang akan kita telan selanjutnya menjadi sulit untuk masuk.
Bersendawa berlebihan
Hal ini terjadi karena setelah kita makan ada sedikit sisa udara yang berada dalam lambung atau usus kita. Udara ini akan menekan keluar melalui kerongkongan dan terjadilah sendawa. Apabila kita langsung tidur setelah makan, maka akan memperbesar risiko ini yang menyebabkan kita bersendawa secara berlebihan.
Rasa pahit atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas
Rasa pahit ini didapatkan dari asam lambung kita yang naik, sehingga memberikan rasa pahit pada lidah kita. Rasa tidak nyaman pada perut bagian atas karena asam lambung yang naik dan sama seperti rasa terbakar pada dada tadi.
Penyakit GERD ini bisa diatasi dengan obat yang dijual bebas di pasaran yang bergolongan antasida. Namun, jika dirasa gejala tidak kunjung membaik setelah minum antasida, direkomendasikan untuk merujukkan diri ke dokter agar diberikan obat golongan lain untuk mengurangi gejalanya.
BACA JUGA Sakit Maag Terdengar Keren Waktu Kecil, tapi Merepotkan Saat Dewasa dan tulisan Nisia Anindita Rinjani lainnya.