Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Tidak Percaya dengan Harga Diskon Bukanlah Suatu Dosa

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
6 Agustus 2019
A A
harga diskon

harga diskon

Share on FacebookShare on Twitter

Sejak dulu, ada anggapan wanita gemar sekali berbelanja. Tujuannya beragam, karena memang menyukai sekaligus membutuhkan barang yang dibeli, sekadar koleksi dan ingin, melampiaskan atau menyalurkan rasa kesal agar mood kembali positif, bahkan ada yang membeli sesuatu hanya karena “lucu”. Sampai saat ini, ungkapan “lucu” ini masih misteri—sebab apa dan bagaimana gambarannya.

Namun, narasi wanita gemar berbelanja sepertinya sudah so yesterday alias basi. Kini, yang gemar berbelanja tidak hanya kaum wanita, tapi juga para pria. Perlu bukti? Sudah banyak kok videonya di YouTube, coba saja ketik “berapa harga outfit lo?” pasti akan ada banyak video terkait para pria yang sedang memamerkan berapa harga yang dikenakan dari atas kepala hingga ujung kaki.

Secara keseluruhan, harganya pun terbilang mahal dari mulai jutaan hingga miliaran. Jelas bagi saya yang seorang karyawan swasta harga tersebut dirasa tidak masuk akal untuk sebuah outfit. Bagi saya lho, ya. Untuk mereka yang memang mampu membeli, saya tidak pernah mempermasalahkan. Namun jika penasaran dan ingin tahu kira-kira apa rasanya mengenakan pakaian semahal itu, boleh dan sah saja, dong?

Sebetulnya saya juga menyadari, bergaya itu yang penting menyesuaikan budget. Jika mampu, ya sah saja beli yang bermerk—original. Jika tidak, masih banyak kok brand dalam negeri yang kualitasnya bagus tapi harga tetap terjangkau, yang penting pandai dalam memilih mana yang cocok dan bukan karena gengsi semata. Sebab, biasanya gengsi akan lebih mahal dibanding daya beli.

Soal harga, kini selalu ada promo menarik di setiap outlet, distro, atau pun toko konvensial seperti Matahari. Biasanya, pada momen tertentu banyak orang beramai-ramai pergi ke sebuah outlet hanya untuk mengincar diskon sampai dengan berpuluh-puluh persen, dapat berupa cashback atau voucher belanja untuk digunakan di kemudian hari.

Soal diskon atau potongan harga yang tertera di setiap item atau barang, biasanya akan mengundang daya tarik banyak orang. Apalagi jika sampai diskon yang diberikan dobel seperti di beberapa departement store dengan harga yang dicoret sebelumnya terbilang besar atau mahal.

Namun, salahkah jika saya tidak percaya dengan harga diskon untuk banyak pakaian termasuk juga sepatu—outfit?

Sebab, beberapa kali saya mengakui hal itu ke teman saya kemudian mereka menganggap saya aneh. Pikir mereka, sudah bagus barang mahal langsung diberi murah jadi kita-kita yang gajinya UMR lebih sedikit ini bisa beli seperti orang (ke)banyak(an) duit lainnya.

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Dapat Diskon Saat Belanja Lewat Live Streaming, Yakin Lebih Hemat?

Misalnya saja, sebuah tas harganya 1 juta, karena ada diskon 70%, harganya menjadi 300 ribu. Teman saya selalu tidak ragu untuk membeli dan berakhir dengan pamer, “ih, ini tas harusnya seharga 1 juta, loh. Karena ada diskon, jadi 300 ribu. Bagus, kaaaan?”. Begitu kira-kira yang dikatakannya. Sebentar, ini yang mau dipamerkan tasnya bagus atau diskonnya, sih?

Setelah memasuki masa dewasa awal, entah kenapa saya tidak percaya dengan diskon seperti itu. Menurut saya khusus untuk barang diskonan, harga sebenarnya suatu barang adalah harga akhir yang biasanya kita bayar—setelah diskon. Kalau pun ada perbedaan, paling-paling hanya sedikit. Juga saya selalu berpikir, diskon itu hanya akal-akalan saja agar suatu barang terlihat lebih menarik dari sisi harga.

Hal itu juga dipertegas oleh pernyataan guru ekonomi saya ketika SMA. Sebagai penegasan, teman kuliah saya yang berasal dari jurusan ekonomi pun mengiyakan pernyataan tersebut. Meskipun begitu, masih banyak diantara teman saya yang tetap percaya bahwa diskon adalah anugeran dan salah satu hal yang dinanti dalam dunia perbelanjaan dengan budget yang terbatas.

Soal diskon ya memang suka-suka setiap orang, sih. Saya boleh jadi tidak percaya tetapi tidak dengan yang lain. Bagi mereka yang percaya dan selalu mengincar harga diskon tentu akan menjadi kebahagiaan sendiri saat berhasil mendapatkan barang yang diinginkan. Lalu, apa siapa saya berani-beraninya merenggut dan mengatur kebagiaan orang lain?

Sampai dengan saat ini pun saya masih tidak percaya dengan harga diskonan, karena saya masih berpendapat itu hanya salah satu strategi marketing agar dapat menarik lebih banyak pembeli, akhirnya penjualan pun meningkat. Dan di sisi yang lain, itu tidak salah selama dilakukan dengan baik.

Saya sih tidak mungkin termakan tipu daya diskonan. Tapi kok ya promo cashback dan promo-promo lainnya melalui dompet digital atau cashless itu susah banget ditolak. Dan seringkali saya gunakan promonya untuk makan siang di kantor.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2022 oleh

Tags: Curhatharga diskonHidup Hematkonsumerismeperilaku konsumtif
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
pemalu

Jangan Salah Paham dengan Pertemanan Kami, Para Pemalu

20 Agustus 2019
angkutan umum

Kasta Penumpang dalam Angkutan Umum

14 Agustus 2019
diajak susah

Logika Terbalik Lelaki: Ingin Dapat Pasangan yang Bisa Diajak Susah

8 Agustus 2019
modus pdkt

Modus PDKT Ala Senior Kampus yang Harus Diperhatikan Mahasiswa Baru Ketika Ospek

15 Agustus 2019
pejuang 3,5 tahun

Tidak Perlu Menjatuhkan Mimpi Para Mahasiswa Pejuang 3,5 Tahun

27 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.