Tiada yang Lebih Layak Lapor Polisi dari Fans MU yang Sering Di-bully

Tiada yang Lebih Layak Lapor Polisi ketimbang Fans MU yang Sering Di-bully Terminal Mojok

Tiada yang Lebih Layak Lapor Polisi ketimbang Fans MU yang Sering Di-bully (Eggi Kurniawan/Shutterstock.com)

Fans MU yang sering di-bully itu lebih kasihan, lho!

Entah saya yang tidak bisa mengikuti perkembangan kiwari, atau zaman sekarang memang sedang sakit dan kian medeni? Ada sosok artis yang dihina, lantas ada orang yang melindungi artis tersebut dengan membabi-buta. Kalau ada kumpulan esai Gus Dur judulnya Tuhan Tidak Perlu Dibela, besok saya bikin ah, judulnya Idolamu Tidak Perlu Dibela Ngasi Ndlogok.

Kalau melindunginya dengan membela artis tersebut secara sederhana atau mengingatkan bahwa ngenyek orang itu tidak baik, mungkin masih bisa diterima akal sehat. Lha, ini sampai bawa-bawa silsilah keluarga. Mulai dari adik seorang polisi, dosennya kader partai, bahkan keluarganya aparat. Sekalian saja bilang nenek moyangnya seorang pelaut. Pasti lawan diskusi langsung ciut!

Berawal dari twitwar (Koshiro K/Shutterstock.com)

Maksud saya, apa hubungannya dosennya kader partai sama artis kesukaannya diejek dan dinyek? Tidak ada sejarahnya kader partai yang mengurusi orang gabut twitwar. Partai manapun itu wes, saya bisa jamin. Karena ya kader partai, sekeren apa pun partainya, pasti bakalan bingung juga kalau ngurusin orang gabut twitwar.

Menyelesaikan masalah dengan cara bikin Space di Twitter saja sudah aneh, apalagi bawa-bawa silsilah keluarganya yang super wangun itu. Jangankan menyelesaikan masalah di Space itu aneh, lha wong yang jadi permasalahan itu sudah aneh tenan.

Kalau ada yang bilang wibu itu freak, mari saya perkenalkan, ada orang yang menyelesaikan masalah di Space, padahal masalahnya itu adalah artis kesukaannya diejek orang lain. Duh, Gusti, paringono premis komedi.

Sudah lihat video di atas? Saya penasaran, semisal artis kesukaan kalian dinyek, memang sebegitu sakitnya kah? Saya jujur bertanya, lho, soalnya belakangan ini tidak ada siksaan yang lebih berat ketimbang jadi fans Manchester United.

Weh, meragukan nestapa yang dirasa fans MU? Nih, ya, kalau Malin Kundang bisa memilih dikutuk jadi batu atau jadi fans MU, sudah pasti ia tidak meminta ibunya merevisi kutukan. Mungkin dalam cerita tersebut ada dialog tambahan dan Malin Kundang bilang begini, “Sepertinya jadi batu tidak buruk-buruk amat ketimbang jadi fans MU.”

Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis Padang (Shutterstock.com)

Jujur saja saya fans Persiba Bantul, jadi tidak betul-betul merasakan apa yang dirasakan oleh fans MU. Tapi coba kalian bayangkan, fans MU tiap minggu pasti kena bully satu tongkrongan. Mulai dari dibilang tim lawak, beknya seperti kulkas, sampai pelatihnya yang katanya sih sesepuh gegenpressing, eh, malah gagalmaning.

Siksaan bukan hanya penampilan buruk tim tersebut ditambah oleh bacot admin official MU Indonesia. Official lho ini, dari pihak MU langsung yang mengutus admin laknat mengisi media sosial Twitter MU. Ya bikin psywar sebelum laga itu tidak salah, tapi mbok ya sadar kalian itu belakangnya “United” yang belum pasti bakalan menang, bukan City yang sudah pasti mendominasi.

Lihat saja tweet di atas, dengan jemawanya bilang, “Gini doang nih grup neraka?” Padahal di akhir, lolos saja belum. Nah, yang menderita itu bukan hanya pihak official, melainkan fansnya. Berkat tweet tersebut, tidak habis ejekan melayang kepada fans MU.

Bukan maksud sabung nasib, ya. Tapi begini, apa pernah fanbase artis idola sampai jotos-jotosan secara langsung? Tidak hanya duel secara lucu di media sosial? Nah, kawan saya yang fans MU pernah ada yang berantem. Padahal masalahnya sepele; ada yang bilang Ole stay, ada yang bilang Ole out. Masalah menderita, kayaknya fans MU lebih fasih, deh.

Diejek habis-habisan, tidak ada tuh fans MU yang melaporkan orang-orang yang mengejek. Walau saya yakin, orang tua mereka ada yang anggota DPRD Manchester, Gubernur Manchester, bahkan sampai pejabat-pejabat Manchester. Terbukti, fans MU itu tabah sekali.

Sapardi bilang tidak ada yang lebih tabah dari hujan di bulan Juni itu boleh-boleh saja. Tingkat ketabahan nomor satu itu bulan Juni, lantas fans MU itu peringkat dua. Lumayan lah peringkat dua, bisa lolos UCL via klasmen ketabahan.

Penulis: Gusti Aditya
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Mau Tak Mau, Fans MU Harus Bersabar dengan Erik ten Hag.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version