Sebelum Neck Deep dan The Story So Far muncul, pop punk isn’t a thing. Berendelan timah panas post-hardcore yang masuk dapur mainstream kala itu membuat gairah semua orang mengarah kepada mereka. Sleeping With Sirens, Pierce The Veil, dan dentuman nakal I See Stars dalam tajuk Electronic Hardcore Music menjadi penasbihan kebangkitan skena ini. Fenomena tersebut menenggelamkan musik pop punk dan menyeret senjakala jargon andalan, yakni pop punk is dead.
Kita tak pernah sepaham dengan istilah pop. Artinya, sebanyak apapun orang yang mencoba membedah makna pop, sebanyak itulah definisi pop muncul. Walau tidak banyak berandil besar dalam kematian pop punk, namun naiknya post-hardcore dan beberapa hal lainnya bisa menjadi catutan. Misalkan saja arah dapur rekaman besar seperti Fearless yang membuka ruang bagi skena ini.
Proyek mereka dalam tajuk “Punk Goes…”, memperlihatkan arah yang bergeser melalui deretan nama yang mengisi proyek mereka. Mulai dari “Punk Goes Pop vol. 1” yang benar-benar menampilkan punk rock, pop punk, hingga hardcore punk menjadi andalan utama dalam daftar seperti Yellowcard. Lantas, pada proyekan yang sama dalam volume dua, daftar ini berubah cukup drastis seperti Alesana, Silverstein, Chiodos, hingga A Day to Remember.
Post-hardocre saat itu mengokupasi telinga para pendengar dan juga segenap industri yang turut menyertai. Masa-masa muda penuh gairah dan patah hati remaja pinggiran dalam “Take Off Your Pants and Jacket”, digeser oleh sisi gelap sebuah romansa dalam balutan “Apology”.
Perubahan jaman, pola pikir pendengar, dan industri saat itu memang tak bisa dilepaskan dalam genggaman. Pop punk yang menarik pendengar lewat kehidupan masa remaja pada akhirnya rubuh. Persoalan hidup dan umur para pendengar yang bertambah adalah alasan. Dan post-hardcore, melingkupi perasaan tersebut.
Sunyi senyap pop punk terasa begitu getir ketika kita menengok beberapa tahun silam. Berbagai event, baik itu off-air ataupun melalui televisi, deretan nama hebat mengisi daftar tersebut. Pop punk mati, dan entah apa bisa bangkit kembali. Namun, tidak ada yang abadi, bahkan untuk kematian. The Story So Far muncul dan merebut hati dengan formula yang segar. Terutama, dalam penulisan lirik.
Kepenulisan menjadi dewasa, namun tak hilang dari pakem pop punk yang disampaikan secara menyenangkan. Melalui “Nerve” yang tajam dan “Proper Dose” yang dewasa, istilah pop punk is dead rasanya perlu kita kencingi bersama. Pop punk kini tidak hanya menjadi penanda kedewasaan sebagaimana masturbasi yang dilakukan tiap malam. Aliran ini, sejatinya lebih dari itu.
“Rain in July” barang tentu menjadi sebuah tonggak bahwa genre ini tidak pernah mati. Neck Deep adalah pelakunya. Diberi label sebagai peletak pondasi era kebangkitan pop punk yang sebelumnya telah tertelan oleh riak ludah kematian. “Wishful Thinking” di bawah arahan Hopeless Records adalah mulai menata jalan kebangkitan. Pop punk bukan hanya remaja selengekan, mereka bisa masuk dalam kesatuan padu bernama kedewasaan.
Sebenarnya gerakan dan formula yang sama lebih diusung Blink-182 melalui “Neighborhoods”. Mereka mengendus perubahan pola yang bisa membaptis ulang bahwa pop punk anak kandung pencerahan. Perubahan drastis dari album-album sebelumnya begitu terasa.
Para fans protes mengenai perubahan yang dialami oleh Blink-182 ini, tapi mau bagaimana lagi. Matinya blink-182 kala 2006 adalah penanda kematian pop punk itu sendiri. Comeback mengerikan mereka pada 2011, buktinya tidak menghasilkan apapun. Blink-182 harus menerima rodanya telah berhenti lantaran usia. Ketika mereka mencoba menyentuh pendengar mudanya melalui “Neighborhoods”, yang ada hanyalah sisi aneh bagi lintas generasi ini.
“Life’s Not out to Get You” karya Neck Deep menaruh pop punk di tempat seharusnya. Album ini bisa dibilang tidak ada cacatnya. Mereka menambah semarak bahwa pop punk telah tumbuh menjadi dewasa. Neck Deep berhasil melakukan apa yang blink-182 gagal lakukan, yaitu meraih remaja masa kini. “December” adalah single paling jenius yang pernah mereka buat. Mereka tetap memberikan corak 90’s pop punk dengan permasalahan masa kini. Begitu pun dengan “Lime St.” dan “Can’t Kick Up the Roots”.
Serupa namun tak sama, formula ini diikuti oleh “Proper Dose” oleh The Story So Far. Perubahan sangat terasa dari telf-titled mereka pada tahun 2015. Amarah di “Nerve” tak lagi terasa di “Upside Down”. Parker Cannon menyimpan amarahnya, bagai menyikapi persoalan hidup yang menyertai sisi lainnya. Anehnya, album ini diterima dengan porsi yang sebaik-baiknya.
Di sisi yang lain, Knuckle Puck muncul secara tiba-tiba. Knuckle Puck bagai anak-anak cupu yang marah-marah lewat musik. Ajaibnya, mereka mengolah kemarahan itu dengan bagus.
Amarah mereka dalam “Give Up” melalui EP Don’t Come Home, ditutup dengan perubahan yang luar biasa berbeda dalam tajuk single “Tune You Out”. Lirik-lirik mereka tajam dan tetap pada pakem pop punk pada umumnya. Lirik mereka begitu relate untuk anak muda, macam lirik di single “Gone”.
Kini, proyekan Fearless, yakni “Punk Goes Pop vol. 7” sudah didominasi oleh bang pop punk macam State Champs, Grayscale, hingga Boston Manor. Walau Warped Tour, sebagai festival musik yang memberikan sumbangsih kebangkitan pop punk dan panggung subur bagi The Story So Far dan Neck Deep, sudah menyatakan karam, rasanya tidak akan berpengaruh banyak kepada gerak laju pop punk ke depannya.
Menemukan pop punk bangkit lagi, rasanya sama seperti mendambakan sosok Audrey Hepburn terlahir kembali. Namun, pembedanya, bukan perkara masa-masa idiot ketika SMP lagi, namun kini dalam tajuk elegansi Parker Cannon, kemarahan Joe Taylor, dan betapa menyenangkannya Ben Barlow.
Kini, lagu pop punk macam “Copacetic” dan “Proper Dose” sudi untuk terus berputar dalam waktu yang lama. Neck Deep pun mengeluarkan album baru. Sepertinya, pop punk tidak akan mati dalam waktu dekat. Atau bahkan, tidak akan mati sama sekali. Lagi.
Sumber gambar: Twitter Neck Deep.
BACA JUGA Surat Terbuka untuk Mas Pur yang Ditinggal Nikah Mbak Novita dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.