The Last of Us adalah sebaik-baiknya adaptasi game, no debat!
Ada sebuah anggapan kalau film atau serial yang diadaptasi dari game akan berakhir dengan kegagalan. Sudah banyak buktinya, mulai dari Resident Evil yang jumlah filmnya sudah seperti sinetron, lalu ada Street Fighter (1995), Assassin’s Creed (2005) dan masih banyak lagi, terlampau banyak untuk disebutkan.
Tapi semakin ke sini, film atau serial yang diadaptasi game menunjukan perbaikan kualitas. Puncaknya, adaptasi video game terbaik jatuh pada The Last of Us yang diproduksi oleh HBO yang dirilis pada 15 Januari 2023 kemarin. Saat artikel ini saya tulis, The Last of Us baru dirilis satu episode, tapi sudah mendapatkan ulasan yang sangat positif dari fans dan memang serial ini begitu epik, beginilah seharusnya adaptasi game dibuat!
Bagi yang belum tahu, The Last of Us adalah video game yang dikembangkan oleh Naughty Dog dan dirilis pada 2013 untuk konsol Playstation 3. Game ini mampu menggemparkan kalangan gamer karena ceritanya yang keren. Munculnya kabar kalau The Last of Us akan diangkat menjadi serial oleh HBO pun disambut baik karena track record HBO selama ini nyaris tak pernah gagal.
The Last of Us sendiri mengisahkan dunia di masa depan yang dilanda wabah infeksi zombie yang diakibatkan oleh jamur Cordyceps yang menginfeksi otak manusia. Dalam serial buatan HBO ini, premisnya sangat setia dengan material aslinya dan inilah yang seharusnya dilakukan saat mengadaptasi game. Dibintangi oleh Pedro Pascal sebagai Joel dan Bella Ramsey sebagai Ellie, The Last of Us berhasil memuaskan dua pihak yaitu orang yang sudah dan belum memainkan game-nya sama sekali.
Dari awal sampai akhir, cerita mengalir secara intens dan semua pemain tidak ada yang gagal dalam memerankan karakternya masing-masing. Kunci keberhasilan HBO dalam menggarap The Last of Us adalah setia pada materi asli demi menghormati para gamer-nya, tidak banyak mengubah elemen yang ada, dan itulah yang tidak dilakukan oleh Netflix ketika membuat film adaptasi dari game maupun komik. Contohnya saja The Witcher yang yang musim keduanya jeleknya minta ampun karena melenceng dari game aslinya.
Memang ada beberapa perbedaan dengan game-nya seperti latar kejadian. Dalam game, wabah zombie terjadi pada 2013 lalu melompat ke 2033 sementara dalam serial ini, wabah terjadi di tahun 2003 dan cerita berlanjut ke 2023. Perbedaan lainnya hanyalah tampilan fisik karakter Sarah, anaknya Joel yang dalam game terlihat masih bocil sedangkan di sini Sarah sudah remaja dan diperankan oleh aktris kulit hitam. Perbedaan itu tidak terlalu mengganggu.
Sementara bagi yang belum pernah memainkan gamenya, The Last of Us justru akan lebih seru karena belum tahu ceritanya sama sekali dan tidak akan merasakan dejavu. Oh iya, dalam serial ini disebutkan secara tidak langsung kalau wabah zombie yang disebabkan oleh jamur Cordyceps berawal dari Jakarta, Indonesia. Mungkin ini strategi HBO sebagai teknik marketing agar serial ini banyak ditonton di Indonesia atau mungkin ada alasan lain kenapa Jakarta dipilih menjadi tempat pertama terjadi wabah zombie.
The Last of Us merupakan contoh live action terbaik dari game yang harusnya dibuat dan seperti inilah yang para penggemar inginkan. Netflix rupanya harus belajar pada HBO bagaimana membuat serial adaptasi dari media lain menjadi keren dan epik. Bukannya malah mengubah elemen asli seenak jidat.
Ke depannya, akan ada lagi game Playstation yang diadaptasi ke dalam live action yaitu God of War. Semoga saja bisa seperti The Last of Us yang kini sudah menjadi patokan standar adaptasi game terbaik yang pernah ada.
Sumber gambar: Akun Instagram @thelastofus
Penulis: Hilman Azis
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Menonton Film Adaptasi Novel yang Pernah Dibaca di Mana Menariknya?