Selain kecemasan psikis bernama quarter life crisis, masalah lain yang barangkali juga banyak dialami oleh muda-mudi usia 20 tahunan adalah boyokan. Atau bahasa kerennya, back pain. Iya betul, itu, lho, grup penyanyi korea yang, “Tut tururut turut turut turut… Back Pain! Aye Aye…” Eh, apaan, sih.
Bagi saya, back pain atau boyokan ini bukan penyakit yang sepele. Kalau ada orang lain yang bilang boyokan ini sepele, barangkali orang ini belum pernah merasakan betapa menyiksanya rasa nyeri di bagian tulang belakang dan boyok yang mendadak muncul tanpa permisi. Lantas bikin semua produktifitas jadi terganggu. Nyeri betul rasanya~
Untungnya, di tengah kenyerian akibat boyokan, masih ada hal yang patut disyukuri: kita tinggal di Indonesia. Betul, di negara yang virus corona saja bisa dilawan dengan kalung eucalyptus, ada beragam obat yang bisa dipilih untuk mengatasi, atau setidaknya mengurangi rasa nyeri akibat boyokan ini.
Koyo adalah salah satu pilihan yang paling banyak dipercaya oleh masyarakat Indonesia. Ya, walaupun koyo ini bukan asli dari Indonesia, sih. Namun, khasiatnya sudah diakui oleh seluruh kalangan masyarakat.
Dari sekian banyak pilihan koyo yang ada di Indonesia, bagi saya, Salonpas biru adalah juaranya. Tentu saja, tidak serta merta saya berani mendapuk Salonpas biru sebagai pemuncak klasemen jagat per-koyo-an Indonesia. Ada pengalaman empiris yang membuat saya, tetap setia pada produk koyo yang satu ini.
Beberapa kali mencoba varian dan merek koyo lain, pada akhirnya saya tetap saja kembali pada salah satu produk andalan Hisamitsu ini. Ada beberapa alasan yang membuat saya bakal tetap menjadikan Salonpas biru sebagai koyo kesayangan, pereda kenyerian, dan pertolongan pertama pada pinggang yang boyokan.
Pertama, tentu saja karena alasan harga dan aksesibilitas. Harga Salonpas biru ini boleh dibilang sangat UMR-friendly. Sudah begitu bisa dijual dalam beberapa macam ukuran paket pula. Ada yang menjualnya per satu boks, ada yang per sachet, bahkan ada yang menjualnya per lembar. Pokoknya bisa banget, lah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi dompet Mylov sekalian.
Selain itu, soal aksesibiltas, Salonpas biru ini adalah salah satu (atau mungkin satu-satunya) koyo yang paling mudah ditemukan. Ia nyaris selalu bisa ditemukan di tiap toko kelontong, Indomaret, Alfamart, apotek, bahkan mal besar.
Pokoknya, gampang banget, lah, buat nyari si Salonpas biru ini. Sudah harganya yang terjangkau, keberadaannya pun juga mudah dijangkau. Nggak kayak mas atau mbak crush-mu itu, lho. Ups.
Kedua, di antara banyak varian dan merek koyo, bagi saya Salonpas biru adalah entitas koyo yang panasnya paling pas. Hangatnya sesuai porsi, bisa ditoleransi, dan nggak bikin kulit kaya dibakar. Terus, rasa hangatnya itu, lho, semacam ada sensasi dipijat pelan, nikmat, dan khidmat gitu.
Beda dengan saudara se-merek-nya yang punya embel-embel cabe. Kalau yang itu mah, panasnya minta ampun. Saya kapok pakai varian cabe yang satu itu. Kulit yang tebalnya medioker macam kulit saya ini, nggak kuat nahan panasnya. Terus bukannya anget, yang dirasakan malah kulit kayak habis kena ulekan cabe.
Ya memang, sih, lantaran panasnya yang radikal itu, si Salonpas cabe cenderung lebih cepat dalam menghilangkan nyeri. Tapi, ya risikonya, sensasi hangat koyo tidak bisa betul-betul dinikmati. Bahkan, cenderung sedikit menyiksa kulit. Kalau sudah nggak kuat sama panasnya, baru beberapa menit nempel, langsung, deh, dilepas lagi itu koyo cabe.
Sementara itu, untuk koyo label tanpa cabe milik merek lain, saya pernah beberapa kali mencobanya. Dan yang saya rasakan, sensasi hangatnya malah kurang untuk ukuran kulit saya. Ya, tetep ada sedikit sensasi hangat, tapi nggak sehangat pelukan mantan Salonpas biru. Sudah, deh, setuju saja sama saya, memang yang panasnya paling pas itu, ya Salonpas biru.
Ketiga, selain soal harga, aksesibiltas, dan kadar panas, hal lain yang bikin saya tetep sayang sama si Salonpas biru ini adalah aromanya. Aroma Salonpas biru ini enak, semriwing, bikin tentram, dan so nostalgic. Apalagi buat saya yang memang sudah pakai Salonpas biru sejak kecil.
Tiap kali memakai Salonpas, selain rasa hangat di kulit dan rasa nyaman di boyok yang saya dapatkan, saya seolah sedang dibawa bernostalgia sama si Salonpas biru ini, KSBB—kelingan sing biyen biyen. Mangkanya, mau ada varian koyo dengan aroma se-inovatif apa pun, ya aroma Salonpas biru yang paling cocok di hidung saya.
Kiranya, itulah beberapa alasan yang membuat saya dan barangkali banyak sobat boyokan di Indonesia, berani mendapuk Salonpas biru sebagai koyo andalan, favorit, kesayangan, tercinta, atau apa pun, lah predikat lain yang bagus-bagus. Akhirul naskah, saya ucapkan terpujilah wahai Salonpas biru~
BACA JUGA 3 Jenis Koyo Berdasarkan Kepribadian Sobat Boyok dan tulisan Nauvan Lathif lainnya.