Masalah Purwokerto: Terminal Bulupitu yang Berpotensi Menyusahkan Mahasiswa dan Warga

Masalah Purwokerto Terminal Bulupitu Menyusahkan Warga (Unsplash)

Masalah Purwokerto Terminal Bulupitu Menyusahkan Warga (Unsplash)

Suatu ketika, teman saya yang berasal dari Bekasi meminta untuk dijemput ke Terminal Bulupitu, Purwokerto. Dia pulang kampung ke Bekasi karena libur panjang. Waktu itu, 2019, saya masih mahasiswa baru semester satu. 

Kebetulan, waktu menjemput mepet dengan waktu Magrib. Lantaran merasa kasihan, saya menjemputnya ke terminal sekitar pukul 17.50. Hal ini saya lakukan karena mengira letak terminal nggak jauh dari pusat kota. Setelah mengeluarkan motor, saya mengecek Google Maps.

Ternyata, letak pesantren saya dengan Terminal Purwokerto lumayan jauh. Kurang lebih jaraknya sekitar 10 menit. Kalau bolak-balik sudah pasti kelewat Magrib. Namun, karena sudah menyanggupi, mau nggak mau, saya harus menjemputnya. 

Saya kasihan sama teman saya karena baru kali pertama ke Purwokerto. Jujur saja, sebagai orang sekitar, saya juga baru kali pertama menginjakkan kaki di Terminal Bulupitu.

Kenapa demikian? Ya karena Purbalingga dan Purwokerto masih tergolong satu rumpun. Bangsa Ngapak. Singkat cerita, saya pun menjemputnya dan langsung membawanya ke pesantren. Sesampainya di pesantren, masih ada sedikit waktu untuk melaksanakan salat Magrib.

Stasiun Bulupitu jauh dari pusat Kota Purwokerto

Lokasi pesantren saya terletak di Desa Kedungwringin, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas. Sementara itu, letak Terminal Bulupitu Purwokerto sendiri terletak di Kelurahan Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. 

Desa Kedungwringin sendiri merupakan salah satu desa yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Purwokerto Selatan. Itu saja masih memerlukan waktu tempuh sekitar 10 menit untuk sampai di terminal.

Kebanyakan pengguna moda transportasi umum adalah para mahasiswa yang masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Sedangkan rata-rata letak kampus di daerah Banyumas berlokasi di Purwokerto Utara. Di antara kampus yang terletak di Purwokerto Utara, yaitu Amikom, UIN Saizu, dan Unsoed. Sementara itu, kampus yang berdekatan dengan lokasi terminal hanyalah Universitas Harapan Bangsa.

Banyak teman-teman saya yang mengeluhkan jauhnya jarak Terminal Bulupitu dengan pusat Kota Purwokerto. Bagi mereka yang kuliah di UIN Saizu memerlukan waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke terminal.  

Mahasiswa Unsoed sendiri memakan waktu sekitar 13 menit untuk menjangkau terminal. Itu masih mending. Bagi mahasiswa Unwiku, mereka harus menempuh waktu hingga 18 menit ke Terminal Bulupitu Purwokerto. Pokoknya kalau saya simpulkan, terminal ini kurang ramah terhadap para mahasiswa lantaran jaraknya yang kelewat jauh.

Baca halaman selanjutnya

Sudah jauh dari pusat Kota Purwokerto, sepi pula…

Sudah jauh dari pusat Kota Purwokerto, sepi pula

Saya juga pernah menjemput saudara di Terminal Bulupitu yang kebetulan habis dari Yogyakarta. Waktu itu, saya diamanahi untuk menjemputnya pukul 24.00. Karena lokasinya yang jauh dari keramaian kota, membuat saya kurang bernyali jika menjemput menggunakan sepeda motor. 

Buka apa-apa, selain takut karena kejahatan jalanan, saya juga takut jika ada gangguan gaib. Jalan menuju terminal di kala siang hari saja nggak terlalu ramai, apalagi malam hari. Sudah pasti sepi sekali seperti hatimu ya, mblo!

Alhasil saya menggunakan mobil pondok untuk menjemput saudara saya dan mengajak dua orang teman untuk menemani.

Mengalami perpindahan lokasi sampai tiga kali

Sebenarnya, saat masih kecil, saya sering diajak bapak dan ibu ke Purwokerto. Seperti layaknya orang tua lain, mereka menceritakan beberapa lokasi ketika dalam perjalanan. Entah itu patung, terminal, alun-alun, dan tempat ikonik lain. 

Kebetulan, waktu itu, orang tua saya juga menunjukan bahwa letak terminal berada di sebuah perempatan. Ya, saat itu, Terminal Purwokerto masih berlokasi di Jalan Gerilya, Purwokerto Selatan. Namun, kini lokasi terminal sudah di pindah ke Kelurahan Teluk. Bekas terminal lama sudah menjadi taman dengan Taman Andhang Pangrenan. Sementara itu, segala aktivitas angkot dan bus dipindahkan ke terminal baru.

Berdasarkan penuturan beberapa teman saya yang asli sana, sebenarnya terminal tersebut sudah mengalami tiga kali pemindahan. Saat masih awal kemerdekaan, terminal berlokasi di Kebondalem, Kecamatan Purwokerto Timur. Setelah itu, pemerintah memindahkan terminal ke terminal lama yang sekarang menjadi Taman Andhang Pangrenan. Terakhir, boyongan ke Kelurahan Teluk.

Berdasarkan curahan hati banyak teman dari luar kota, mereka lebih baik menggunakan kereta api untuk pulang kampung. Hal ini karena letak stasiun yang hanya sekitar tiga menit dari Alun-Alun Purwokerto. 

Yah, walaupun tiket kereta api lebih mahal daripada tiket bus, mereka nggak masalah. Daripada harus jauh-jauh ke terminal, lebih baik ke stasiun yang lebih dekat dan efisien.

Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Saatnya Purwokerto Memisahkan Diri dari Kabupaten Banyumas

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version