Tempat Tinggal Terbaik di Kabupaten Temanggung Adalah Kecamatan Ngadirejo, Bukan Kedu

Tempat Tinggal Terbaik di Kabupaten Temanggung Adalah Kecamatan Ngadirejo Bukan Kedu

Tempat Tinggal Terbaik di Kabupaten Temanggung Adalah Kecamatan Ngadirejo, Bukan Kedu (Unsplash.com)

Saya menulis tulisan ini untuk membalas artikel Mas Khoirul Atfifudin yang terbit di Terminal Mojok sekitar dua minggu lalu. Beliau mengatakan bahwa Kedu adalah kecamatan paling strategis sekaligus jadi tempat tinggal terbaik se-Kabupaten Temanggung. Sebagai warga Ngadirejo Temanggung, saya jelas kurang setuju jika Kedu dinobatkan sebagai kecamatan terbaik.

Dalam tulisannya, Mas Atfi mengatakan bahwa Kedu strategis. Letaknya sekitar 6 kilometer dari pusat Kota Temanggung. Akan tetapi hal itu saya anggap biasa saja kalau alasan dekat pusat kota lalu dibilang strategis. Padahal warga Kedu kalau liburan nggak ke pusat kota Temanggung, melainkan ke Jogja. Ya, kan?

Kalau bicara soal tempat tinggal terbaik di Kabupaten Temanggung, Ngadirejo adalah jawabannya. Kecamatan ini terletak di kaki Gunung Sindoro sebagai ikon Kabupaten Temanggung.

Letaknya di kaki gunung, pemandangannya indah, cuacanya pas

Seperti yang sudah saya katakan di atas, Ngadirejo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Temanggung yang terletak di lereng Gunung Sindoro. Sebagai warga Ngadirejo, saya jelas merasa bangga karena tempat tinggal saya ini berada di tengah-tengah dua gunung kembar yang dikenal oleh banyak orang, yakni Sindoro dan Sumbing. Meski begitu, letak Ngadirejo lebih condong ke Gunung Sindoro. Nggak masalah, sih, setidaknya kecamatan ini letaknya dekat dengan ikon Kabupaten Temanggung, nggak seperti Kedu yang justru jauh dari gunung.

Cuaca di Ngadirejo juga pas, nggak dingin banget seperti Wonosobo meskipun letaknya di lereng gunung. Kalau Kedu masih kepanasan jika matahari menyengat di siang hari, di Ngadirejo nggak gitu. Udaranya masih cukup adem.

Selain itu, kecamatan ini juga menjadi jalur alternatif wisatawan yang ingin berlibur ke Dieng. Wisatawan yang lewat sini bakal disuguhi pemandangan indah yang tentu saja nggak ada di Kedu. Walau cuma jalur alternatif setidaknya kecamatan ini bisa memanjakan mata wisatawan, tak seperti Kedu.

Baca halaman selanjutnya: Kisah kera putih Jumprit…

Ada kisah kera putih dan air suci umat Buddha di Jumprit

Kecamatan Kedu memang punya ayam cemani yang menjadi fauna khas daerahnya. Ngadirejo Temanggung tentu nggak mau kalah. Di sini ada kera yang sampai saat ini masih hidup di alam liar, khususnya di daerah Jumprit.

Jumprit merupakan hutan pinus yang letaknya di Ngadirejo bagian atas. Kalau wisatawan yang mau liburan ke Dieng lewat Ngadirejo, pasti akan melalui hutan Jumprit ini. Hutan Jumprit ini juga menjadi tempat singgah wisatawan yang ingin menikmati kopi khas Temanggung sekaligus pemandangan alam indah.

Meskipun hutan Jumprit adalah habitat kera, wisatawan yang datang nggak perlu takut karena kera-kera di sana nggak akan mengganggu. Kebanyakan sudah biasa berinteraksi dengan warga sekitar jadi nggak akan berbuat onar. Jika sudah mulai larut malam, kera-kera akan kembali ke sarang mereka.

Istilah kera putih merupakan sebuah cerita turun temurun di Ngadirejo Temanggung. Konon, kera tersebut bernama Anoman. Anoman adalah pemimpin kera di wilayah Jumprit.

Menurut saya cerita tentang Anoman ini merupakan upaya warga sekitar untuk menjaga alam sekaligus hewan liar yang berada di wilayah Jumprit agar nggak dirusak oleh manusia. Makanya warga lokal maupun wisatawan yang melintas dilarang merusak alam apalagi memburu fauna di wilayah hutan Jumprit ini secara liar.

Selain menjadi habitat kera, di daerah Jumprit ini juga ada umbul yang menjadi tempat pengambilan air suci umat Buddha. Setiap perayaan Waisak, para biksu lokal bahkan mancanegara mengambil air suci di Jumprit sebelum melakukan ritual terakhir di Candi Borobudur.

Peninggalan Kerajaan Mataram Jawa Kuno ada di Ngadirejo Temanggung

Hal lain yang bisa dibanggakan dari Ngadirejo adalah peninggalan Kerajaan Mataram Jawa Kuno. Adalah Situs Liyangan yang terletak di Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggng.

Situs Liyangan ini ditemkan secara tak sengaja saat seorang pekerja tambang menggali tanah. Rupanya terdapat bangunan terkubur dalam tanah yang digali tersebut. Letusan Gunung Sindoro yang sangat dahsyat konon menjadi penyebab bangunan Mataram Kuno tersebut rata dengan tanah.

Menurut penelitian dan penggalian lebih lanjut yang dilakukan olehn Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2010 dan 2011 disimpulkan bahwa situs tersebut bukan sebuah candi besar, melainkan sebuah dusun di masa Mataram Kuno.

Sebenarnya masih banyak yang bisa saya tuliskan mengenai Kecamatan Ngadirejo. Setidaknya dari berbagai argumen di atas, Ngadirejo layak dinobatkan menjadi kecamatan terbaik di Kabupaten Temanggung dibandingkan Kecamatan Kedu. Tertarik untuk tinggal di sini?

Penulis: Raychan Assabiq
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jalan Sukorejo-Parakan, Jalan Paling Berbahaya di Temanggung yang Mengancam Pengendara.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version