Di suatu hari yang biasa saja, seperti yang sudah kamu dengar desas-desusnya, teman dekatmu akan menikah. Ia akan menikah dengan seseorang yang juga dekat denganmu. Alias mereka adalah pasangan yang masih satu circle begitulah. Tentu saja kamu menyambut gembira kabar tersebut.
Akan tetapi, kabar gembira itu jadi bikin perasaanmu deg-degan, ketika mereka memintamu untuk memberikan sedikit pidato pernikahan di acara mereka.
Gilak! Apa yang harus kamu katakan di depan banyak orang? Bahkan di depan keluarga besar dua orang yang selama ini cara ngobrolnya denganmu nggak ada sopan-sopannya sama sekali. Jangankan menyiapkan materi yang mantap sebagai bahan untuk dibicarakan, mensugesti pikiran dan mulut agar nggak melontarkan kata-kata kasar saja, sulitnya nauzubillah.
Kalau kamu sekarang ndilalah sedang berada dalam kondisi ini, tenang saja. Pasalnya, Mojok Institute punya beberapa kisi-kisi untuk kamu yang kini berada di situasi bangs*t tersebut. Sebuah situasi di mana mau maju, nyali rasanya ciut. Mau mundur, lah kok dihubungi dan dipastikan sama WO-nya terus. Jan, mumet, tenan!
Pertama, kenakan pakaian yang sopan dan secukupnya saja. Nggak perlu mengenakan sandangan yang terlalu berlebihan. Pasalnya, ini berpotensi jadi bahan gibah keluarga besar mereka.
Kedua, tenangkan diri dan jangan lupa cukup makan sebelumnya. Ini penting, supaya kamu nggak pingsan tiba-tiba dan malah bikin ruwet yang lainnya. Ya, meskipun kamu di acara pernikahan temanmu ini juga akan cukup makan, sih.
Ketiga, perkenalkan dirimu: kamu ini sebenarnya siapa, sih? Kok bisa-bisanya dipercaya sama kedua mempelai untuk ngomong di acara penting mereka? Ingat, perkenalan diri ini singkat dan secukupnya saja. Nggak perlu banyak-banyak kayak lagi wawancara kerja. Apalagi sampai kamu nyebutin penghargaan selama 12 tahun sekolah. Kamu memang cukup penting bagi kedua mempelai, tapi nggak sepenting itu untuk hadirin atau keluarga besarnya.
Keempat, ceritakan tentang bagaimana kalian bisa saling mengenal hingga dekat sampai sekarang. Memberikan sedikit kisah lucu di awal, bisa jadi solusi supaya suasana lebih segar, nggak kaku, dan menyenangkan. Namun, pastikan bahwa kisah lucu yang kamu ceritakan nggak menyinggung siapa pun. Ya, daripada ceritamu berpotensi bikin suasana penuh tawa malah jadi huru-hara.
Kelima, ceritakan kenangan kalian selama ini. Bagaimana kalian saling berbagi kisah dan keluh kesah. Bagaimana tentang kalian yang saling mendukung bukan menikung. Tentang bagaimana kalian saling menghormati dan mengasihi. Ataupun tentang bagaimana mereka bisa saling mengenal hingga melangsungkan pernikahan. Tak lupa, sampaikan pula tentang keputusan kedua mempelai untuk menikah adalah sesuatu yang indah dan sudah sepatutnya untuk dirayakan dengan suka cita.
Keenam, sebagai kesimpulan pidato pernikahan ini, nggak perlu sok ngasih nasihat yang ndakik-ndakik. Pasalnya, sebuah saran bukannya menampakkan kepedulian tentang perjalanan cinta mereka, justru jadi kelihatan sok menggurui. Cukup sampaikan harapan baikmu atas hubungan mereka ke depannya. Kalau kamu pengin ngasih quote, nggak apa-apa. Tapi, ingat, jangan ngawur dan cari quote yang relevan, ya!
Bagaimana, Beb? Dengan kisi-kisi di atas, apakah itu sudah cukup untuk membuatmu siap memberikan pidato pernikahan di acara penting teman dekatmu? Kalau kamu masih ragu-ragu, nggak ada salahnya untuk berlatih terlebih dahulu. Sulit dimungkiri bahwa berlatih kamu akan membantumu untuk lebih percaya diri. Yok, bisa, yok!
BACA JUGA Pernikahan Saat Pandemi Mengatasi Malu dan Gengsi dan tulisan Audian Laili lainnya.