Temanggung tidak seperti daerah-daerah lain yang mulai terkikis identitas dan budaya. Hingga saat ini, kabupaten yang terletak di Jawa Tengah itu masih melestarikan budaya yang ada. Tidak heran, penggunaan bahasa Jawa Temanggungan atau dialek Temanggung masih kental dalam keseharian.
Saking kentalnya bahasa Jawa Temanggungan di sana, para pendatang sulit mencerna pembicaraan. Bahkan, pendatang yang sehari-hari berbahasa Jawa pun tidak familiar. Ada beberapa kosakata yang berbeda dan diucapkan dengan nada yang khas. Berikut ini beberapa dialek Temanggung yang membingungkan bagi pendatang dan paling sering didengar.
Daftar Isi
#1 Gandem
Kata ini mungkin pernah beberapa kali pernah kalian dengar karena jadi bagian dari semboyan Temanggung. Asal tahu saja, secara lengkap semboyan Temanggung itu “Tentrem, Marem, dan Gandem”. Bagi mereka yang bukan warga asli, pasti hanya tau slogan Temanggung yang ada di gapura selamat datang itu, yaitu Temanggung Bersenyum (Bersih, Elok, dan Nyaman, untuk masyarakat). Padahal, gandem ini juga jadi semboyan warga Temanggung yang artinya kurang lebih keren banget atau keren pol.
#2 Mayar
Kosakata kedua yang sulit dipahami adalah Mayar. Penggunaannya kurang lebih seperti ini, “Mayarmen lehmu ngomong.” Kata ini bermakna gampang atau mudah. Mayar biasanya dimaknai negatif karena dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk maido wong.
#3 Rempon
Di Semarang dan Jogja ada istilah ngerasani. Di Temanggung ada juga lho kata serupa ngrasani yakni rempon. Rempon bisa dimaknai sebagai rumpi atau nggosip. Jadi kalau ada ibu-ibu lagi ngerumpi di Temanggung namanya bukan ngerasani, tapi rempon.
#4 Samang
Bahasa Jawa memang selalu terkenal dengan unggah ungguhnya yang halus. Tak terkecuali dalam bahasa jawa Temanggungan. Di dalam bahasa Jawa pada umumnya dikenal istilah sampean atau panjenengan. Di Temanggung ada juga istilah lain, yaitu samang. Kata tersebut artinya kowe atau kamu. Jadi kalau memanggil orang yang lebih tua atau sepuh bisa menggunakan samang.
#5 Nono
Di Temanggung, untuk menyebut “tidak ada” seringkali menggunakan kata “nono”. Contohnya, “nang kene nono,” artinya di sini tidak ada. Lucu ya, kata ini terdengar seperti bahasa Inggris yaitu “no”. Namun, kata nono ini biasanya digunakan untuk orang yang lebih muda atau setara.
#6 Awalan ngomong pakai kata “Ha”
Setiap dialek punya ciri khas yang mudah sekali untuk dipahami. Nah, di Temanggung ini punya awalan yang selalu digunakan untuk dialog. Salah satunya adalah awalan “Ha”. Penggunan ha seringkali dilafalkan oleh teman-teman kita dari Temanggung. Sampai detik ini saya masih belum menemukan arti atau terjemahan yang tepat dari kata “ha” tadi. Sepetinya kata ini memang sekadar imbuhan ketika ngobrol saja.
#7 Umpatan sikak
Bahasa Jawa memang terkenal dengan bahasa yang santun dan halus. Namun, di sini juga ada umpatan. Umpatan yang terkenal adalah sikak. Sikak ini bermakna bulu yang berada di dekat kelamin. Dari maknanya saja sudah terdengar nggak sopan kan. Jadi umpatan ini digunakan ketika lagi emosi-emosinya. Kalian kalau sedang mampir ke Temanggung dan mendengar umpatan ini, jangan ditirukan ya
Itulah beberapa kata bahasa Jawa Temanggungan yang kerap bikin pusing pendatang atau orang-orang dari luar Temanggung. Bahasa yang beragam di tiap daerah ini bukan sebagai pembanding, melainkan anugerah kekayaan nusantara yang patut dilestarikan. Sebagai warga Temanggung pasti mereka bangga karena punya bahasa khas mereka sendiri. Temanggung pride, gandem!
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.