Berbagai jalur pulang ke Ponorogo dari Solo sudah saya coba, tetap yang paling nyaman lewat Tawangmangu.
Saya merantau dari sebuah kota kecil di Ponorogo ke Solo. Walau jarak dua daerah itu tidak terlalu jauh, pulang kampung selalu menjadi momen berkesan buat saya. Sesering apapun saya pulang, saya tetap saja merindukan momen berkumpul bersama keluarga di Ponorogo.
Saya terhitung cukup sering pulang kampung. Dengan mengendarai sepeda motor, saya pulang melewati rute yang disarankan Google Maps, Solo-Sukoharjo-Wonogiri-Ponorogo. Rute ini saya lewati sejak pertama kali mengikut tes masuk perguruan tinggi hingga di semester awal masuk kuliah. Setelahnya, saya lebih memilih rute Tawangmangu ketika pulang. Berikut beberapa alasannya:
Daftar Isi
Mulus sepanjang perjalanan
Inilah alasan utama saya berpaling dari rute Wonogiri ke rute Tawamangu: jalannya mulus. Jalan dari Solo, Karanganyar, Tawangmangu hingga Magetan dan Ponorogo semuanya aspal yang halus dan enak dilewati. Sangat berbeda dengan rute Wonogiri. Kalau sudah masuk Kota Wonogiri ke selatan, kalian banyak menemukan jalanan aspal yang nggak rata.
Memang, jalanan Tawangmangu tergolong curam dan berkelok-kelok. Namun, kondisi jalannya yang halus jauh lebih mending daripada jalanan di Wonogiri. Malah, menurut saya, jalanan Tawamangu yang berkelok itu bisa jadi ajang melatih ketangkasan ketika berkendara.
Tidak bersaing dengan truk
Jalanan di Wonogiri memang jalur utama lintas selatan yang jadi penghubung Jawa Tengah dan Jawa Timur. Nggak heran kalau banyak truk-truk dengan berbagai muatan mulai dari material bangunan hingga hasil panen melewati jalur ini.
Pernah suatu kali saya pulang ke Ponorogo dari Solo lewat Wonogiri di dini hari. Saya sengaja memilih waktu itu agar perjalanan lancar dan mulus tanpa hambatan. Eh ternyata, setelah memasuki Wonogiri, ada banyak sekali truk di jalanan.
Tentu saya langsung meningkatkan kewaspadaan. Berkendara di belakang truk memiliki tantangan tersendiri karena jarak pandangan terbatas. Apalagi ditambah jalan yang tidak rata. Mimpi buruknya, meningkatkan kewaspadaan di saat subuh ternyata tidak mudah. Ngantuk.
Saya pikir lebih baik melewati jalur Tawangmangu ketika pulang ke Ponorogo. Memang sih, jalur ini juga ramai, apalagi ketika weekend, Bus Wisata yang liburan ke daerah Telaga Sarangan. Namun itu lebih mending karena jalanan padat hanya di hari dan waktu tertentu. Saya masih bisa menghindari saat-saat itu.
Hawa dingin Tawangmangu menambah kenikmatan perjalanan
Sudah jadi rahasia umum kalau jalur Tawangmangu itu dingin karena melewati daerah-daerah di kaki Gunung Lawu seperti Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Untuk beberapa orang, mungkin hawa dingin akan menyiksa, tapi tidak bagi saya. Saya cukup senang karena panasnya matahari sepanjang perjalanan terselamurkan oleh hawa dingin.
Hal lain yang membuat saya senang lewat jalur ini adalah pemandangan yang memanjakan mata. Saya bisa melihat megahnya Gunung Lawu dan hijau pepohonan. Pemandangan yang sama sekali nggak akan saya pulang Ponorogo lewat Wonogiri.
Di atas beberapa hal yang membuat saya lebih memilih pulang ke Ponorogo lewat jalur Tawangmangu daripada Wonogiri. Jalannya lebih mulus, pemandangannya lebih ciamik, dan nggak perlu bersaing dengan banyak truk-truk besar.
Penulis: Dikky Yudi Pradana
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Repotnya Mahasiswa Asal Ponorogo yang Kuliah di Malang, Mudik jadi Barang Mahal
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.