Meningkatnya kesadaran pemerintah akan pentingnya ruang terbuka yang bisa diakses warga, bikin banyak taman muncul. Tak terkecuali Malang. Ya, Kota Pendidikan ini punya taman-taman yang bisa dijadikan opsi healing, salah satunya Taman Singha Merjosari.
Saya sendiri adalah salah satu orang yang kerap mampir di Taman Singha Merjosari untuk healing tipis-tipis. Selain dekat dengan kos, fasilitas taman ini memang lumayan lengkap. Apalagi jika berkunjung di pagi hari, kala kemacetan Malang belum menggigit jalanan, taman ini jadi lebih indah.
Taman tersebut, dari deskripsi saya, terlihat sempurna. Padahal, kenyataannya amat berbeda.
Daftar Isi
Taman hijau, tapi bau sampah
Belum genap 2 semester saya jadi mengunjungi Taman ini, tapi saya sudah tak tahan dengan sampah di Taman ini. Para pengguna jalan dan taman mungkin sependapat dengan saya. Bau sampah yang menyengat amat mengganggu pengunjung. Ini amat paradoks, bagaimana bisa taman terbuka hijau tapi bau sampah?
Taman Singha Merjosari jadi tempat mesum di malam hari
Ini menurut saya jadi puncak komedi. Ruang terbuka hijau jadi tempat mesum. Kok bisaaa.
Kelakuan mesum pasangan yang pacaran di Taman Singha Merjosari Malang ini memang meresahkan. Sudah sering digerebek, sudah ada banner larangan, tetep aja nggak ada efeknya. Kudu gimana lagi?
Sumpah, mbok ya kalian itu tahan birahi kalian dulu. Lakukan di tempat privat. Get a room, you bastard.
Nyaman sih, tapi…
Saya mengakui bahwa Taman Singha Merjosari tempat yang nyaman dan worth untuk dikunjungi. Pelayanan dan fasilitasnya memadai. Tapi ya, masalah sampah ini segera harus dibenahi. Nggak lucu kalau tempat terbuka hijau malah banyak sampah. Apalagi puncak komedinya malah dipake mesum, hadaaah.
Pemerintah Kota Malang harus segera ambil tindakan. Serius, Taman Singha Merjosari, bagi saya adalah tempat yang menyenangkan. Nggak lucu kalau taman seindah ini harus ternodai masalah sepele yang sebenarnya bisa diselesaikan.
Nah, ini tinggal Pemerintah Kotanya mau gerak nggak. Kalau nggak ya, ya sulit. Taman seindah ini akan jadi medioker, dan makin medioker.
Penulis: Muhammad Asadullah Al Fakhry
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Taman Seribu Janji, Saksi Bisu Kisah Asmara Mahasiswa UIN Malang