Taman Kyai Langgeng Magelang Memang Nggak Bikin Kantong Jebol, tapi Sukses Bikin Dongkol

Taman Kyai Langgeng Magelang Memang Nggak Bikin Kantong Jebol, tapi Sukses Bikin Dongkol

Taman Kyai Langgeng Magelang Memang Nggak Bikin Kantong Jebol, tapi Sukses Bikin Dongkol (Deprilsalucky via Wikimedia Commons)

Bagi mayoritas orang, salah satu faktor terpenting saat merencanakan liburan adalah soal anggaran. Jujur saja, destinasi wisata Taman Kyai Langgeng Magelang sangat memenuhi syarat tersebut. Tiket masuknya ramah di kantong, yakni Rp25 ribu per orang untuk hari biasa dan Rp30 ribu per kepala pada hari libur atau akhir pekan.

Tak hanya itu, jajanan di dalamnya pun relatif murah untuk ukuran lokasi wisata. Ditambah lagi, beberapa wahana dapat dinikmati secara gratis tanpa harus membeli tiket. Namun sebelum bergegas membayangkan liburan hemat yang menyenangkan, sejumlah pengalaman kurang menyenangkan yang saya alami dapat dijadikan pertimbangan. Alih-alih membawa pulang kenangan indah, saya justru kapok untuk kembali berkunjung.

Parkiran mobil Taman Kyai Langgeng Magelang berlokasi di kantong jalan menanjak

Salah satu pengalaman yang cukup membekas dan membuat saya berpikir ulang untuk kembali mengunjungi Taman Kyai Langgeng adalah urusan parkir mobil. Area parkir yang tersedia ternyata bertempat di kantong jalan yang cukup menanjak. Tepatnya di sebuah tanah kosong yang berada di tengah pemukiman penduduk.

Situasi memarkir mobil melalui jalan sempit yang naik tentu menjadi tantangan tersendiri. Terutama saat hendak memarkirkan kendaraan atau bahkan saat akan keluar dari area parkir. Pengalaman memainkan manuver di area parkir tersebut jelas mengurangi potensi relaksasi dan kegembiraan bahkan sebelum memasuki arena wisata.

Area sangat luas tetapi pengunjung tidak diberi peta penunjuk jalan

Bentangan area Taman Kyai Langgeng Magelang memang mengesankan dan menawarkan ruang terbuka yang luas untuk ditelusuri. Namun luasnya lahan ini justru menjadi sumber frustrasi. Sebab, pengunjung tidak dibekali peta penunjuk jalan. Praktis, yang terjadi adalah kebingungan arah, menebak-nebak jalan setapak mana yang akan membawa ke atraksi yang diinginkan.

Kondisi ini diperparah dengan minimnya papan penunjuk jalan dan seringkali ambigu. Tak ayal, hal ini membuat navigasi di dalam taman terasa seperti labirin tanpa panduan yang jelas. Ironisnya, pintu keluar yang seharusnya menjadi oase setelah lelah berkeliling, justru terletak tak jauh dari gerbang masuk.

Fakta tersebut seakan seperti lelucon yang mempermainkan pengunjung setelah terlanjur memutar jauh akibat minimnya informasi. Belum lagi kontur tanah yang naik turun sukses menambah rintangan fisik dalam berjelajah tanpa arah. Ketimbang tersenyum sumringah, saat itu saya justru sibuk terengah-engah.

Kebersihan lokasi melihat satwa tidak terjaga

Pengalaman mengunjungi lokasi melihat satwa di Taman Kyai Langgeng Magelang turut menyisakan catatan kelam bagi saya. Pertama, pengunjung diwajibkan membayar uang masuk demi menonton hewan dan tidak bisa dilakukan melalui transaksi digital. Tidak banyak, hanya Rp5 ribu per orang, namun cukup merepotkan bila tidak membawa uang tunai pecahan.

Kedua, pintu masuk area satwa sekaligus menjadi pintu keluarnya. Padahal jalur masuknya terbilang sempit sehingga agak repot jika harus berpapasan dengan pengunjung lain.

Yang paling parah, aroma kurang sedap yang menguar dari kandang hewan. Upaya untuk mengamati satwa pun terhambat oleh kondisi kaca kandang yang buram dan kotor. Tentu, kenyataan ini mengurangi visibilitas dan esensi dari kegiatan melihat hewan itu sendiri.

Pemandangan domba dengan bulu dekil dan kandang yang terkesan kurang terawat menambah kesan ketidakpedulian terhadap kesejahteraan hewan. Keberadaan ayam yang dibiarkan berkeliaran bebas di area pengunjung, menimbulkan pertanyaan tentang pengawasan dan potensi interaksi yang tidak terkontrol daripada menyiratkan kesan alami. Kombinasi antara kebersihan yang kurang terjaga, fasilitas yang memprihatinkan, dan ketidaknyamanan memadamkan keinginan untuk kembali ke sana.

Pada akhirnya, Taman Kyai Langgeng Magelang memang menawarkan alternatif wisata yang ramah di kantong. Unsur ini menjadi sebuah daya tarik yang sulit diabaikan di tengah berbagai pilihan rekreasi yang semakin mahal. Namun, jika kenyamanan dan kebersihan merupakan tolok ukur utama ketika melancong, ada baiknya memikirkan opsi lain meski dengan konsekuensi anggaran yang sedikit lebih tinggi.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pengalaman Pertama Berkunjung ke Bukit Rhema “Gereja Ayam” Magelang: Hampir Mati Kelelahan Naik Tangga, Diganjar Pemandangan Super Indah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version