Lebih cocok jadi Taman Bermain Celosia
Ketidakpuasan berikutnya muncul tak lama setelah keluar dari jembatan labirin. Menurut saya, daripada mempromosikan diri sebagai taman bunga, tempat rekreasi ini lebih pantas menyandang nama Taman Bermain Celosia. Soalnya porsi area hijau kalah jauh dibanding jatah yang digunakan untuk mendirikan wahana permainan.
Ditambah lagi, wahana permainan yang dibangun bersifat sebelas dua belas dengan sejumlah destinasi tamasya lainnya. Misalnya saja seperti bioskop mini virtual reality, bianglala, dan rumah hantu. Tidak ada yang sungguh-sungguh spesial. Bahkan perosotan raksasa warna-warni yang menjadi simbol kebanggan juga banyak ditemukan di tempat lain.
Tak hanya sampai di situ. Pengunjung perlu merogoh kocek lagi apabila ingin masuk atau menaiki wahana tertentu. Tiketnya mulai dari belasan ribu. Terdengar kecil, tetapi kalau diakumulasikan setiap menikmati wahana, totalnya ternyata lumayan bikin menangis.
Faktor lain yang mungkin bisa membuat pengunjung menghela napas adalah soal kandang kelinci. Di arena ini, anak-anak biasanya membeli tiket masuk berikut sepaket sayuran untuk diberikan kepada kelinci. Lucunya, wahana ini dibuat berundak dengan alas tanah. Bila gerimis sedikit saja, anak-anak rentan terpeleset karena licin dan desain tanah yang bertingkat. Ditambah lagi, kotoran kelinci bebas berserakan tanpa ada petugas yang membersihkan.
Cukup dikunjungi sekali
Sebagai info tambahan, keseluruhan lokasi Taman Bunga Celosia sangat luas. Akan tetapi, topografi tanahnya tidak rata. Oleh sebab itu, penggunaan stroller tidak disarankan demi mencegah tergelincir. Tak ayal, orang tua kudu bersiap menggendong buah hatinya sewaktu mereka merengek karena kelelahan.
Wahana terakhir mendekati pintu keluar adalah labirin cermin. Setali tiga uang dengan arena rumah kelinci, labirin cermin juga memiliki kesan tidak serius digarap. Salah satunya terbukti dengan fasilitas kaos kaki pengganti sepatu selama di dalam wahana yang ditumpuk asal dan molor karetnya. Namun, di sini saya tidak bisa protes lagi karena pengunjung dibebaskan biaya masuk.
Intinya, bagi saya, Taman Bunga Celosia Bandungan cukup dikunjungi sekali saja. Namun, bila misi pengunjung berupa mengoleksi foto cantik untuk mempermanis feed Instagram, destinasi Taman Bunga Celosia layak disambangi. Kalaupun bukan demikian, setidaknya upaya membakar kalori akan terkabulkan di sini.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Sisi Gelap Hidup di Bandungan Semarang, Tempat Wisata Indah yang Membawa Bencana.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















