Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Takhayul yang Masih Banyak Dipercaya: Sukanya Kok Membatasi Ruang Gerak

Meita Eryanti oleh Meita Eryanti
16 Oktober 2019
A A
takhayul

takhayul

Share on FacebookShare on Twitter

Aku baru saja membaca status Facebook Puthut EA, yang ditulis 15 Oktober pukul 17.59, ketika aku teringat pada buku Manusia Indonesia yang sedang berusaha aku baca hingga selesai. Status tersebut diberi judul ‘PKI dan Islam Radikal’. Katanya, setelah Soeharto menggenggam kencang kekuasaannya, puluhan bahkan mungkin ratusan ribu orang yang dituduh PKI maupun yang betul-betul PKI telah meninggal. Puluhan ribu orang lainnya dibuang dan dibui. Mestinya PKI sudah selesai. Tapi nyatanya tidak. PKI mendadak selalu ada.

Masyarakat yang menolak lahannya dipakai waduk dituduh PKI. Orang yang tidak mau ikut KB, dituduh PKI. Orang yang tidak mau ikut transmigrasi, dituduh PKI. Seharusnya, di era itu PKI sudah tutup buku. Namun mendadak PKI seperti muncul lagi. Tapi tidak pernah benar-benar ada. Beliau khawatir, kata-kata ‘Islam radikal’ akan menggantikan kata-kata ‘PKI’ yang selalu didengung-dengungkan oleh orang-orang masa lalu itu.

Mochtar Lubis, pada tanggal 6 April 1977, memberi ceramah di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Naskah ceramah tersebut yang kemudian dibukukan dengan judul “Manusia Indonesia” dan kini sedang kubaca melalui aplikasi iPusnas. Dalam ceramah tersebut, disebutkan 6 sifat negatif manusia Indonesia. Salah satunya adalah percaya takhayul.

Jaman dahulu, ketika masyarakat kita belum mengenal agama, manusia Indonesia percaya bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan gaib sehingga manusia harus mengatur hubungan khusus dengan benda-benda tersebut. Jangan sampai kekuatan dalam benda tersebut memusuhi manusia. Manusia Indonesia menghitung hari baik dan hari naas. Macam-macam tanda alam dipercaya. Manusia Indonesia juga percaya pada segala rupa hantu. Kepercayaan-kepercayaan tersebut membawa manusia Indonesia jadi tukang bikin lambang atau jimat.

Pada tahun1977, ketika Mochtar Lubis berpidato, manusia Indonesia yang telah bersekolah pun masih terus membuat jimat atau lambang. Menurut Mochtar Lubis, jimat yang banyak digunakan orang pada masanya adalah orde baru, the rule of law, teknologi, modernisasi, industrialisasi, ilmu modern, kemakmuran yang adil dan merata, serta semboyan-semboyan semacamnya.

Dengan jimat-jimat modern tersebut, manusia pada masa Mochtar Lubis pidato itu berkeyakinan bahwa negara Indonesia yang maju telah tercipta tanpa mereka harus berbuat sesuatu. Cukup didengung-dengungkan dan dikatakan saja terus menerus. Seperti jimat yang bisa mengusir nasib sial tanpa orang melakukan apa-apa.

Aku jadi teringat sebuah komik menari yang diterbitkan oleh Cendana Art Media yang berjudul ‘9 Ciri Negatif Manusia Indonesia’. Komik tersebut diadaptasi dari buku 9 Ciri Negatif Manusia Indonesia karya Ali Akbar. Di komik itu digambarkan seorang calon pemimpin yang tengah berpidato menyampaikan visi dan misinya. Seorang pendengarnya kemudian berkata, “sudah ah, hari gini masih percaya takhayul.”

Menurut KBBI, takhayul adalah sesuatu yang hanya ada dalam khayal belaka. Rasaku, takhayul tidak harus berupa benda-benda yang berkekuatan gaib atau hewan jadi-jadian. Takhayul, bisa berupa sesuatu yang berasal dari kehidupan modern. Ingat saja kata kuncinya: khayal.

Baca Juga:

Desa Nglopang Magetan, Desa yang Menyimpan Sejarah Kelam Indonesia

Saya Yakin Nggak Akan Ada Razia Mi Ayam Wonogiri, sebab Kami Cinta Damai dan Memilih Fokus Mengejar Rezeki

Kini, setelah 42 tahun berlalu, apakah manusia Indonesia sudah bisa lepas dari takhayul dan jimat? Diri kita masing-masing yang punya jawabannya.

Masih ingat heboh-heboh tentang Dimas Kanjeng yang katanya bisa menggandakan uang? Ada saja kan yang percaya padanya? Kemudian ketika di suatu daerah terjadi bencana alam, apakah semua orang sepakat tentang kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktifitas ekonomi? Kayaknya enggak juga deh.

Rasanya sih, ada takhayul-takhayul yang memang masih dijaga keberadaannya untuk membatasi ruang gerak. Seperti seorang anak kecil yang ditakut-takuti oleh orang dewasa: ayo cepat makannya, kalau enggak nanti dimakan setan. Ya, semacam itulah. Belum lupa kan dengan razia buku kiri yang terjadi di beberapa daerah? Atau diskusi-diskusi yang tidak diijinkan dan dibubarkan secara paksa?

Pada penutup pidatonya tentang takhayul ini, Mochtar Lubis bertanya, “apakah manusia Indonesia akan terus jadi manusia mantera, semboyan, dan lambang, atau manusia yang bisa berbuat, melaksanakan, menciptakan, dan bukan manusia yang hanya bermain dengan kata-kata?”

Sebenarnya, bingung juga menjawabnya. Habis gimana yah? Hidupku sendiri, sebenarnya juga masih diliputi dengan ketakutan-ketakutan pada khayalanku. Terutama khayalan yang bersumber dari omongan orang. (*)

BACA JUGA: Cerita Diusir dari Masjid dan Misteri Skenario Allah Swtatau tulisan Meita Eryanti lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Oktober 2019 oleh

Tags: islam radikalkekuatan gaibkhayalanpkiraziatakhayul
Meita Eryanti

Meita Eryanti

ArtikelTerkait

Desa Nglopang Magetan Menyimpan Sejarah Kelam Indonesia (Unsplash)

Desa Nglopang Magetan, Desa yang Menyimpan Sejarah Kelam Indonesia

20 Desember 2024
anti-kapitalisme buku kiri komunis oktober PKI Orba Lenin mojok

Nyatanya, Kita Tidak Lebih Baik daripada PKI

2 Oktober 2020
Menanti Jogja Tanpa Knalpot Brong, Sampah yang Bikin Telinga Tersiksa bukit bintang jogja

Menanti Jogja Tanpa Knalpot Brong, Sampah yang Bikin Telinga Tersiksa

2 Januari 2024
Komunisme Berubah Jadi Kapitalisme kalau Soal Mengiklankan Partai terminal mojok.co

Komunisme Berubah Jadi Kapitalisme kalau Soal Mengiklankan Partai

23 Oktober 2020
Menonton Film Eksil sebagai Cucu Jenderal Jaman Orde Baru Bikin Hati Saya Remuk Tak Berbentuk

Menonton Film Eksil sebagai Cucu Jenderal Zaman Orde Baru Bikin Hati Saya Remuk Tak Berbentuk

13 Februari 2024
anti-kapitalisme buku kiri komunis oktober PKI Orba Lenin mojok

5 Alasan untuk Benci PKI dan Komunis Selain Pakai Isu-isu Ala Orba

29 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.