Film Taiwan mungkin tidak seakrab film-film dari Asia Timur lainnya buat orang Indonesia, seperti Korea Selatan, Jepang, atau Hong Kong. Meskipun Taiwan tidak seasing itu juga buat Indonesia karena wajah-wajah seperti Jerry Yan atau Wallace Huo sempat menghiasi televisi kita lewat drama Taiwan macam Meteor Garden atau Twins, film-film Taiwan tetaplah tidak begitu dikenal banyak orang.
Bagi saya, mau dari negara mana pun, film menarik akan selalu ada. Saya adalah tipe penonton yang percaya, dalam karya seni (salah satunya adalah film), selalu bisa menawarkan cerita dan estetika yang khas dipengaruhi variabel yang kompleks. Misalnya variabel budaya setempat, norma dan kepercayaan, atau kondisi politik suatu negara. Istilah lainnya adalah sudut pandang. Beda orang saja punya cerita yang berbeda-beda, apalagi negara yang menampung segudang keresahan. Termasuk Taiwan yang bagi saya adalah negara dengan kondisi yang unik. Benar saja, Taiwan punya beberapa film yang layak dicoba, tak kalah dengan negara Asia Timur lainnya. Berikut beberapa rekomendasinya.
#1 You Are The Apple of My Eye
Saya rasa ini adalah film Taiwan yang paling dikenal di Indonesia. Meski termasuk mainstream, saya tetap tak bisa meninggalkannya dari daftar rekomendasi karena memang sebagus itu. Bagi yang belum tau, film komedi romantis satu ini bercerita mengenai Chia-Yi Shen yang merupakan murid teladan dan populer di kelasnya sehingga diperebutkan oleh Ko Ching-teng dan teman-teman segengnya. Secara premis, ceritanya memang tampak seperti kisah romantis pada umumnya. Namun, kekuatan utama film ini terletak dari gaya pengemasannya yang menyenangkan dan berujung pada kisah yang bermakna dan bisa direnungi. Dengan balutan coming of age, kita akan melihat bagaimana sekumpulan anak muda ini menikmati masa muda kemudian beranjak dewasa, termasuk masalah cinta. You Are The Apple of My Eye adalah salah satu film yang berhasil membuat saya baper.
#2 Hear Me
Hear Me merupakan salah satu film romantis dari Taiwan yang perlu kalian coba. Hal menarik dari film ini adalah aspek disabilitas yang disorot sebagai daya tarik dan penggerak cerita. Hear Me adalah film yang mengisahkan kisah manis antara Tian Kuo, seorang pengantar barang, dengan Yang Yang yang tampaknya adalah seorang tunarungu. Sepanjang film, mereka berdua berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat. Oleh karena itulah, film ini terasa unik. Belum lagi isu disabilitas yang diangkat dikemas dengan menyenangkan, jauh dari kesan menye-menye atau mengasihani.
#3 Crouching Tiger, Hidden Dragon
Taiwan juga punya deretan sutradara yang punya pesona akan kemampuan estetikanya, salah satunya Ang Lee. Bagi yang belum tau, Ang Lee adalah sutradara Taiwan yang namanya sudah mentereng di Hollywood dengan filmografi macam Life of Pi, Hulk, dan Brokeback Mountain. Namun, saya sendiri lebih suka karya-karya dalam negerinya. Salah satunya adalah Crouching Tiger, Hidden Dragon, film yang mengantarkannya menyabet penghargaan Oscar sebagai sutradara terbaik. Ang Lee mengemas film wuxia (cerita martial arts khas mandarin) dengan koreografi pertarungan unik dan tampilan visual yang begitu indah.
#4 On Happines Road
Taiwan juga punya film animasi yang luar biasa. On Happines Road adalah film yang menceritakan kisah hidup seorang gadis bernama Chi. Mulai dari kanak-kanak sampai dewasa, Chi mengalami banyak suka dan duka. Chi yang lama tinggal di Amerika Serikat tengah pulang karena kabar kematian nenek kesayangannya. Dalam kepulangannya itulah, ingatan Chi berkelana mengingat waktu yang telah dilaluinya. Mulai dari kehidupan masa anak kecil yang penuh dengan keceriaan, hingga akhirnya tumbuh dewasa ditampar kenyataan.
Sebuah film coming of age yang akan memperlihatkan perjalanan hidup Chi, yang akan turut membuat penontonnya merenungi makna kebahagiaan bersama Chi. Jelas film ini lebih ditujukan buat penonton remaja hingga dewasa meski masih punya visual yang menyenangkan, tapi film ini punya kedalaman pada ceritanya. Dengan tema kehidupan sehari-hari, film ini punya elemen filosofi hidup, potret situasi politik, hingga kesenjangan sosial.
#5 Little Big Woman
Film yang rilis pada 2020 ini bercerita mengenai suatu konflik drama keluarga yang cukup menguras emosional. Bercerita mengenai Lin Shoying yang merupakan single parent dari tiga orang putri, tengah bersiap merayakan ulang tahunnya yang ke 70. Namun, tiba-tiba mereka mendapat kabar suaminya yang sudah lama meninggalkannya telah meninggal dunia. Kabar duka itu akan menjadi tantangan bagi keluarga ini. Pasalnya, mereka akan menghadapi terbukanya beberapa rahasia terdalam keluarga, salah satunya mengenai selingkuhan suami Shoying. Menonton film ini punya after taste yang rumit, membayangkan menghadapi keluarga yang memiliki masa lalu pahit. Akhirnya akan memaksa kita untuk lebih memahami proses memaafkan dan merelakan.
Meski premis film ini setipe dengan sinetron-sinetron yang berkutat pada rahasia keluarga sebagai bagian penghasil kejut, tapi film ini tetap fokus pada kehangatan. Kehangatan yang akan lahir dari interaksi keluarga yang menyenangkan, bukan bergantung pada tetesan air mata semata.
#6 A Brighter Summer Day
Film ini rasanya harus saya masukan dalam rekomendasi, meskipun menikmati film ini tidaklah mudah. Film ini disutradarai oleh Edward Yang, salah satu sutradara terbaik dan berpengaruh yang dimiliki Taiwan sebagai bagian dari The New Taiwanes Cinema. Punya durasi mencapai 4 jam, durasi yang mengintimidasi. Akan tetapi kalau bertahan, ada banyak insight bagus yang bisa didapatkan untuk menilai kondisi fase awal sejarah negara Taiwan. Secara kritik, selain film ini memenangi beberapa penghargaan di festival-festival film, rating di beberapa situs kritik film pun mencapai nilai yang cukup tinggi.
Bagi saya, film ini adalah salah satu acuan untuk melihat potret Taiwan. Film yang memperlihatkan kondisi unik yang dimiliki Taiwan di era 60-an. Menceritakan soal Xiao Si’r, anak muda yang menjalani hari-harinya penuh dengan kekerasan. Saat itu, kondisi Taiwan memang tengah tidak stabil yang meliputi sistem pendidikan yang semrawut, perang antar geng yang melahirkan kekerasan, dan para orang tua yang juga punya banyak masalah dari yang masih berkutat dengan perang politik hingga yang sibuk bekerja demi mengejar kestabilan.
Dalam film ini juga diperlihatkan soal masalah krisis identitas Taiwan seperti bagaimana pop culture Amerika masuk ke kehidupan anak muda. Sementara rumah-rumah di Taiwan adalah bekas pendudukan Jepang, hingga kondisi beberapa generasi tua yang berharap bisa kembali ke Mainland China. Dengan kondisi serba tidak stabil itu, perlahan hal ini mengubah Si’r yang sedang di masa pencarian jati diri.
BACA JUGA Rekomendasi Film Thailand Underrated yang Wajib Ditonton Minimal Sekali Seumur Hidup dan tulisan Muhammad Sabilurrosyad lainnya.