Tak Ada yang Lebih Sial dari Ferdian Paleka

Ferdian Paleka

Tak Ada yang Lebih Sial dari Ferdian Paleka

Banyak youtuber dalam negeri membuat konten prank yang melecehkan kemanusian, demi subscriber atau supaya viral meski sesaat, Ferdian Paleka ini yang paling sial.

Pelaku prank demi konten lainnya, salah satunya dilakukan pada ojol dengan cara membatalkan pesanan makanan sampai driver menangis, tak pernah terjerat hukum dan selalu berakhir dengan permintaan maaf.

Apa youtuber berkonten sampah cukup minta maaf seperti itu sudah menjadi takdir yang tak bisa ditolak?

Konten prank berakhir penjara pernah terjadi di Barcelona, Spanyol. Youtuber bernama Kanghua Ren tahun 2017 mengganti krim vanila di biskuit oreo dengan pasta gigi dan memberikannya ke gelandangan. Jika Ferdian memberi prank sampah dengan alasan transpuan adalah sampah masyarakat, Ren melakukan prank dengan alasan gelandangan perlu sikat gigi supaya bersih.

Pengadilan Barcelona tahun 2019 memberi hukuman 15 bulan penjara, denda sebesar $ 22,300 atau sekitar 334,5 juta untuk diberikan kepada korban, dan menutup semua akun sosial media Kanghua Ren selama lima tahun.

Seperti yang sudah terjadi pada Kanghua Ren, perlu proses hukum untuk kasus prank Ferdian supaya jadi semacam efek jera bagi youtuber dalam negeri, jangan kasi kendor!

Ferdian Paleka secara de facto telah menjadi youtuber yang paling dikehendaki untuk dimaki beramai-ramai dan dijebloskan ke penjara. Maki-maki perlu dikurangi, masuk penjara harus gaspol, kenapa begitu?

Sejengkel apapun saya merasa Ferdian itu perlu dikasihani. Bukan diampuni lalu dilupakan kesalahannya loh. Cukup hentikan hujatan dan fokus pada proses hukum. Ferdian sudah cukup menyedihkan tanpa perlu dihujat berlebihan karena empat alasan:

1. Menjadi “public enemy” netizen

Cobaan yang tak terperi penderitaannya di masa sekarang, terutama bagi milenial dan generasi Z yang kesehariannya lekat dengan media sosial, adalah menjadi “public enemy” netizen budiman. Jejak digital itu kejam meski netizen budiman biasanya pelupa karena terbawa perasaan. Contohnya video permintaan maaf Ferdian (tapi bohong) yang bukan untuk kasus prank transpuan tapi diungkit kembali oleh netizen dan membuat sebagian orang tersulut emosi.

2. Dalam pelarian masih berharap nambah follower Instagram

Saat di pelarian sempat-sempatnya posting bakalan menyerahkan diri asal follower di media sosial jumlahnya sama dengan akun yang lama. Sikit jiwi kili yi inik ini, pikir saya waktu itu. Sudah melecehkan orang lain, diburu polisi, dihujat ribuan orang, masih pusing soal follower. Sesuai petuah Plato, bahwa manusia yang hidup (hanya) didorong oleh ephithumia dan atau thumos akan merugikan peradaban, inilah contohnya.

3. Ditangkap polisi ganteng

Tertangkap saat keluar dari Pelabuhan Merak KM 19 Tol Jakarta – Merak. Tapi di tengah ramainya ghibah online nyukur-nyukurin Ferdian terungkap bahwa ada pak polisi ganteng yang terlibat. Gagal fokus lah netizen, ghibahin Ferdian disambi terpana sama pak polisi bernama Gariz Luiz. Ironis gak sih? Di saat lo ngarep tenar dan beneran kejadian eh masih harus berbagi sama orang lain, jauh lebih kece pulak, apes amat kan.

4. Kena bully di penjara

Ada kalanya mereka yang hidupnya pahit lebih realistis dan memahami persoalan. Kelakuan kayak Ferdian memang perlu diberi pelajaran biar keangkuhannya luntur. Saya tidak membenarkan tindakan bully pada Ferdian, hanya berusaha memahami alasan mereka melakukan hal itu. Beberapa orang mungkin berpikir selama Ferdian ditahan perlu dibuat menjadi momen yang berfaedah dan selalu diingat.

Saya berharap hujatan pada Ferdian mereda atau setidaknya tensi netizen yang kemarin-kemarin darting bisa turun. Terutama yang emosi jiwa karena video permintaan maaf tapi bohong, itu bukan buat mbak transpuan loh, jadi ya sudahlah yha~

Kenapa perlu menghentikan hujatan pada Ferdian? Karena unfaedah, gaes. Malah akan memicu orang-orang yang tak kalah menyedihkan dari Ferdian jadi terpicu unjuk gigi membuat pembelaan atau sekedar menyatakan persetujuan nge-prank transpuan.

Kita sudah terlalu banyak menyimak sampah, gak perlu ditambah lagi.

Contohnya youtuber yang bilang transpuan itu manusia yang dilaknat Allah dan kena prank pun gak masalah karena di dalam Islam malah dibunuh. Youtuber yang dari perawakannya terlihat masih bocah itu gagal melihat sisi kemanusiaan dari peristiwa prank transpuan. Menyadari bahwa manusia (apa pun bentuknya) adalah makhluk ciptaan Tuhan saja gagal, kok bisa-bisanya pede banget menyebut orang lain dilaknat. Masalahnya yang ogeb begini banyak, gaes.

Orang-orang seperti Ferdian dan temannya, bocah yang khotbah soal transpuan dilaknat Allah ditemani seseorang yang masih bocah juga manggut-manggut di sebelahnya, gak akan bisa memahami kemarahan khalayak yang merasa nuraninya terusik melihat ada orang yang dilecehkan demi konten YouTube. Sekalipun sudah diberi penjelasan dengan kalimat semacam ini: “HEY youtuber tukang nge-prank, lo pikir lucu nge-prank orang yang gak salah apa-apa sampe nangis kejer demi konten? Jari tengah buat lo, vangke!”

Tertimpa sial memang berat, kita gak akan kuat, biar Ferdian saja. Yang sabar ya, Ferdian!

BACA JUGA Ferdian Paleka dan Pranknya Emang Sampah, Tapi Aparat Main Hakim Sendiri itu Jelas Salah! dan tulisan Aminah Sri Prabasari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version