Sebagai fresh graduate, selain melanjutkan studi, pilihannya tentu berburu lowongan kerja. Mulai detik ini, mereka sedang berdiri di depan “gerbang tuntutan” untuk mandiri secara finansial. Sayangnya, syarat di lowongan kerja sungguh menyusahkan. Bahkan, pada derajat tertentu, menjadi penyumbang angka pengangguran, deh.
Mau cari kerja, tapi lowongan yang tersedia mencantumkan syarat yang bikin sedih. Padahal, para fresh graduate ini harus bergerak cepat. Pasalnya, selain saingan yang sudah pasti banyak, mereka akan menghadapi tuntutan sosial. “Udah lulus kok masih minta duit ke orang tua.” Misalnya kalimat nyinyir dan sok tahu seperti itu.
Bagi fresh graduate yang sudah terlahir kaya, sih, enak. Setidaknya dirinya aman secara finansial. Ada juga yang harus berjibaku menyerobot lowongan kerja dari teman sendiri supaya lepas dari status pengangguran. Selain itu, wirausaha juga pilihan yang menarik. Namun, kita tahu, tidak semua orang punya bakat “jualan” meski sudah bekerja sangat keras.
Bagi para pemburu lowongan kerja, sekali lagi, syarat yang terpampang itu sering menyulitkan. Bahkan saya curiga, tingginya angka pengangguran itu, salah satu sebabnya, adalah syarat-syarat yang tak lagi relate dengan zaman itu. Beberapa di antaranya adalah:
#1 Memiliki pengalaman kerja minimal sekian tahun
Syarat ini musuh bebuyutan para fresh graduate! Kok bisa? Ya logikanya tolong dipakai. Kalau di syarat lowongan kerja dicantumkan sedang mencari lulusan baru, ya tolong jangan pakai syarat pengalaman kerja minimal sekian tahun. Kan kami ini baru mau mulai. Lagian, syaratnya itu juga nggak kompatibel sama, misalnya, pengalaman KKN atau magang.
Kan gampang ya mikirnya, kalau memang mencari yang sudah punya pengalaman, jangan mencantumkan syarat fresh graduate. Kebanyakan dari kami ini memang beneran baru lulus dan ada juga yang nggak pernah sempat untuk bekerja selama kuliah.
#2 Usia maksimal sekian tahun
Usia minimal untuk diterima kerja masih jadi perdebatan. Benarkah mereka yang tak lagi muda itu sudah tidak mempunyai kompetensi? Bagi fresh graduate sendiri, ada lho yang nggak bisa lulus cepat, misalnya empat tahun. Bukan karena malas, tapi kuliah sambil bekerja. Apakah pembuat lowongan kerja itu sudah mempertimbangkan hal ini?
Kalau boleh memberi usul, dahulukan kompetensi, deh. Memang, usia muda itu katanya membuat pekerja jadi mudah “dibentuk” dan “diarahkan”. Namun, jangan salah, banyak anak muda yang akhirnya jadi pengangguran karena kaget dengan dunia kerja lalu menjadi malas.
#3 IPK minimal tiga koma
Menurut saya, ada beberapa lapangan kerja yang bisa menerapkan syarat ini di lowongan kerja. Misalnya untuk tenaga profesional yang kompatibel dengan kuliah yang diampu fresh graduate. Namun, jadi aneh kalau lapangan kerjanya menerima semua jurusan. Kesannya, yang di bawah tiga koma itu tergolong bodoh.
Anggapan macam ini terkesan sangat menghakimi. IPK di bawah tiga koma bukan lantas di mahasiswa itu bodoh. Ada banyak sebab, salah satunya, salah pilih jurusan karena dipaksa orang tua. Eh ternyata ketika bekerja di bidang yang berbeda, dia bisa perform. Kalau syarat IPK ini diterapkan, orang semacam itu auto pengangguran, dong.
Menurut saya, tiga hal di atas adalah para pembunuh masa depan fresh graduate. Syarat lowongan kerja yang merepotkan sudah saatnya ditinggalkan. Jangan sampai, inginnya dapat yang sempurna, eh malah menyumbang angka pengangguran.
Penulis: Mohammad Faiz Attoriq
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Kenapa Skill Requirement di Lowongan Kerja Perusahaan Kadang Nggak Ngotak?