Susu Murni Nasional, Tetap Bernyanyi Lantang meski Saingan Mengadang

Susu Murni Nasional, Tetap Bernyanyi Lantang meski Saingan Mengadang Terminal Mojok

Susu Murni Nasional, Tetap Bernyanyi Lantang meski Saingan Mengadang (Satelitbm via Wikimedia Commons)

Kemarin sore, ketika saya tengah bersantai di dalam kamar kos, saya mendengar sebuah jingle yang seketika membawa saya ke masa lalu. Jingle itu bernyanyi gini, “Susu Murniii Nasiiional.” Bagi kalian yang familier, pasti kalian membacanya sambil pakai nada khasnya, kan? Hayo ngaku!

Kalau berbicara mengenai Susu Murni Nasional, saya juga mesti menceritakan sedikit kisah hidup saya. Jadi, sejak kecil saya berdomisili di Palembang. Namun, pada saat-saat tertentu, misalnya ketika liburan sekolah, saya dan keluarga sering berlibur ke Jakarta. Maklum, di sana memang ada keluarga yang biasa kami kunjungi. Nah, selama berada di ibu kota, satu hal yang kerap saya beli dan dijadikan oleh-oleh adalah produk dari CV Cita Nasional itu. Sebab, di Palembang nggak ada penjual Susu Murni Nasional. Makanya setiap kali ada kesempatan untuk membelinya, saya jarang sekali melewatkannya.

Saat ini, saya sudah nggak berdomisili lagi di Palembang, melainkan di Depok. Nah, di Kota Belimbing, saya akhirnya kembali berjumpa dengan Susu Murni Nasional. Maka tak heran setiap mendengar jingle susu satu ini, ingatan saya kembali ke masa lalu.

Susu Murni Nasional memang seikonik itu. Produk yang dibuat di Semarang itu seakan memiliki “nyawa” tersendiri yang membuatnya tak pernah mati di hati para penikmatnya. Jika disuruh menjelaskan alasannya secara detail, sejujurnya saya juga kurang mengerti.

Kalau ditengok dari kemasan, produk susu ini jelas tertinggal dibandingkan merek-merek lain. Desainnya nggak kece-kece amat, cuma ada gambar sapi di tengah lingkaran putih, yang kemudian diberi warna sesuai rasa variannya. Contoh, kalau yang kalian beli rasa cokelat, warna kemasannya pun cokelat. Sesimpel itu. Jangan harap ada desain gambar canggih yang akan memanjakan indera visual.

Dari segi rasa, Susu Murni Nasional memang nikmat. Statusnya sebagai susu pasteurisasi membuat rasa manisnya pas dan teksturnya lebih kental. Pokoknya begitu diseruput, hanya kenikmatan yang akan kalian dapatkan.

Kemudian kalau dilihat dari segi harga, nah, di sinilah Susu Murni Nasional berada di peringkat pertama. Bagi yang nggak tahu, produk berukuran 130 ml tersebut bisa kalian dapatkan jika kalian membayar sebesar Rp3.000 per cup. Harga yang sangat murah, kan? Satu-satunya pesaing terberatnya adalah susu botolan Milku produksi Wings Food yang dibanderol Rp3.300, di minimarket terdekat.

Ada satu keuntungan membeli Susu Murni Nasional ini, yakni penjualan dilakukan secara “delivery”. Jadi, penjual susu akan mengayuh sepedanya berkeliling setiap sudut gang, lorong, ataupun perumahan demi mengantarkan produk tersebut langsung ke konsumen. Sementara untuk membeli Milku, kita kan mesti melangkahkan kaki ke minimarket dulu. Jadi, Susu Murni Nasional setidaknya lebih unggul dibanding merek susu lainnya.

Lantas, adakah faktor lain yang membuat Susu Murni Nasional dapat terus bertahan menghadapi kemajuan zaman dan persaingan dengan merek susu lainnya? Bagi saya, jawabannya adalah fakta bahwa produk ini memiliki varian yang beragam. Selain varian susu cup 130 ml, ada pula beberapa varian lain dari Susu Murni Nasional, misalnya mini pack 125 ml, yogurt cup, yogurt botol, prepack 180 ml, serta prepack 500 ml. Semua varian tersebut dibanderol dengan harga beragam, mulai dari Rp2.000 sampai Rp7.000. Pokoknya disesuaikan saja dengan selera dan isi dompet, deh.

Sementara soal rasa susunya, pilihannya pun beragam. Selain rasa yang template kayak cokelat dan stroberi, ada juga rasa nyeleneh kayak jeruk, anggur, hingga mangga. Jarang-jarang kan ada susu rasa anggur?

Kompetitor lain mungkin hadir dengan kemasan dan varian yang lebih spektakuler, tapi tetap saja nggak mampu mengubah kecintaan saya terhadap Susu Murni Nasional. Dengan segenap hati saya sungguh berharap agar susu ini dapat terus bertahan. Jangan sampai nantinya jingle susu yang ikonik itu tak terdengar lagi di jalanan depan kosan saya.

Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kamu yang Disapih Pakai Susu Murni Nasional, Saatnya Berfoya-foya dengan Susu Ini Lagi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version