Susanti, Sudah Nggak Usah Balik ke Indonesia, kalau Mau Balik, Sehabis Pemilu 2029 Aja

Bukan Mail, Ternyata Karakter Paling Dewasa dalam Serial Upin Ipin Adalah Susanti susanti upin ipin wn malaysia

Bukan Mail, Ternyata Karakter Paling Dewasa dalam Serial Upin Ipin Adalah Susanti (Upin Ipin Fandom)

Ajakan #KaburAjaDulu yang ramai di medsos bikin banyak orang berkelahi. Ada yang pro, jelas ada yang kontra, ada pejabat yang ikutan komen, ada yang bikin analisis. Tapi tiap saya lihat ajakan tersebut, saya justru kepikiran satu orang: Susanti di Upin Ipin.

Susanti adalah tokoh di serial Upin Ipin yang merupakan tokoh asli Indonesia yang pindah dari Jakarta karena urusan pekerjaan orang tuanya. Gadis kecil baik tersebut jadi kawan Mei Mei serta memberi corak dalam serial Upin Ipin. Saya kurang bisa mendeskripsikan dia kelewat detil, tapi yang jelas, Susanti bukan tokoh yang sepele lah.

Nah, pertanyaannya, kenapa saya kepikiran Susanti?

Oh ya jelas saja jawabannya karena keadaan Indonesia sekarang yang karut marut. Saya membayangkan, suatu saat nanti, orang tua Susanti akan kepikiran untuk balik Indonesia. Bagaimanapun, tidak semudah itu mencabut hati seseorang dari tanah kelahirannya. Tapi, untuk sekarang, saya kira nggak perlulah kepikiran untuk balik.

Malahan, saya ingin menyarankan, sebaiknya orang tua Susanti berpikir untuk ganti kewarganegaraan.

Mengorbankan stabilitas jelas tidak worth it

Perlu dipahami, orang tua Susanti pindah ke Malaysia karena urusan pekerjaan itu sesuatu yang keren. Dia jelas bukanlah PNS yang dimutasi karena tidak setuju atas ide atasan yang bodoh. Saya yakin, orang tuanya ini punya jabatan yang mentereng. Kepala cabang lah, minimal.

Dengan asumsi itu saja, harusnya keluarganya paham bahwa balik ke Indonesia, apalagi dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, jelas hal yang bodoh. Kondisi politik negara saat ini amat kacau. Pemerintahannya juga tidak bisa diandalkan sama sekali.

Maksudnya, lihat deh, negara mana yang memotong semua anggaran penting hanya untuk program yang ditakdirkan gagal?

Kalau sudah berkeluarga, stabilitas adalah yang utama. Malaysia memang punya masalah, tapi saya yakin, nggak ada seujung kukunya Indonesia. Kok bisa saya yakin? Lho, hanya negara gagal lah yang punya masalah sama kayak Indonesia di masa sekarang.

Sekangen-kangennya orang tua Susanti pada Indonesia, apakah worth it meninggalkan semua stabilitas ini hanya karena rasa rindu? Well, kalian tahu sendiri jawabannya.

Baca halaman selanjutnya

Keluarga Susanti pasti dianggap tidak nasionalis

Susanti dianggap tidak nasionalis

Ini yang mungkin paling menyedihkan. Saya yakin, Susanti dan orang tuanya, sedang merasa getir karena ucapan salah satu menteri yang sebaiknya tak kita sebut namanya, karena memicu PTSD.

Menteri tersebut bilang bahwa orang yang kepikiran kabur ke luar negeri, tidak nasionalis. Benar, orang tua Susanti tidak kabur, mereka pindah jauh sebelum karut marut ini terjadi. Tapi pastilah mereka merasa kena juga. Sebab, sekalipun sasaran tembak bukan mereka, mereka adalah salah satu orang yang bekerja di luar negeri.

Bayangkan, mereka bekerja jauh dari Tanah Air karena ingin meningkatkan kualitas hidup. Uangnya untuk siapa, ya untuk keluarga di Tanah Air. Kok bisa malah ada menteri ngomong begitu?

Siapa tahu, orang tua Susanti ini anak pertama, dan harus membiayai kuliah adik-adiknya. Atau skenario serupa lah. Eh, kena sikat menteri. Bayangne dadi aku, bolo. Begitulah pasti yang dirasakan bapaknya Susanti.

***

Dilihat dari sisi mana pun, balik ke Indonesia jelas sesuatu yang rugi untuk Susanti dan keluarganya. Negaranya sedang kacau, lapangan kerja dikit, apa-apa mahal, anggaran dipotongi, dianggap tidak nasionalis lagi.

Sudah, stay saja di Kampung Durian Runtuh. Jelas lebih damai. Kalau memang mau balik, silakan setelah 2029. Itu pun kalau presidennya bukan si itu yang kuliah di kampus ruko.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Membayangkan Tokoh Upin Ipin Kuliah di Jogja: Susanti Nongkrong di Bonbin, Ehsan Jadi Anak Amikom

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version