Susanti dianggap tidak nasionalis
Ini yang mungkin paling menyedihkan. Saya yakin, Susanti dan orang tuanya, sedang merasa getir karena ucapan salah satu menteri yang sebaiknya tak kita sebut namanya, karena memicu PTSD.
Menteri tersebut bilang bahwa orang yang kepikiran kabur ke luar negeri, tidak nasionalis. Benar, orang tua Susanti tidak kabur, mereka pindah jauh sebelum karut marut ini terjadi. Tapi pastilah mereka merasa kena juga. Sebab, sekalipun sasaran tembak bukan mereka, mereka adalah salah satu orang yang bekerja di luar negeri.
Bayangkan, mereka bekerja jauh dari Tanah Air karena ingin meningkatkan kualitas hidup. Uangnya untuk siapa, ya untuk keluarga di Tanah Air. Kok bisa malah ada menteri ngomong begitu?
Siapa tahu, orang tua Susanti ini anak pertama, dan harus membiayai kuliah adik-adiknya. Atau skenario serupa lah. Eh, kena sikat menteri. Bayangne dadi aku, bolo. Begitulah pasti yang dirasakan bapaknya Susanti.
***
Dilihat dari sisi mana pun, balik ke Indonesia jelas sesuatu yang rugi untuk Susanti dan keluarganya. Negaranya sedang kacau, lapangan kerja dikit, apa-apa mahal, anggaran dipotongi, dianggap tidak nasionalis lagi.
Sudah, stay saja di Kampung Durian Runtuh. Jelas lebih damai. Kalau memang mau balik, silakan setelah 2029. Itu pun kalau presidennya bukan si itu yang kuliah di kampus ruko.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Membayangkan Tokoh Upin Ipin Kuliah di Jogja: Susanti Nongkrong di Bonbin, Ehsan Jadi Anak Amikom




















