Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Susahnya Jadi Petani di Indonesia: Refleksi dari Seorang Sarjana Pertanian yang Kini Jadi Petani Muda

Khanif Irsyad Fahmi oleh Khanif Irsyad Fahmi
28 September 2024
A A
7 Istilah Pertanian yang Hanya Diketahui oleh Petani Madura Mojok.co

7 Istilah Pertanian yang Hanya Diketahui oleh Petani Madura (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai seorang sarjana pertanian, saya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi petani. Ilmu dan pengalaman yang saya peroleh selama bertahun-tahun di bangku kuliah seharusnya cukup untuk menjadi bekal menekuni profesi ini. Profesi yang begitu krusial sebagai penjaga ketahanan pangan, penggerak roda ekonomi, dan penopang kehidupan banyak orang di negeri ini.

Namun, kenyataan di lapangan berbeda. Setelah saya terjun langsung sebagai petani, saya menyadari betapa beratnya menjadi petani di Indonesia. Tak hanya sekadar bekerja keras di lahan, menjadi petani di negeri ini butuh mental baja. SAya akan beri sederet alasan kenapa profesi ini begitu berat.

Kalian-kalian yang bilang pemuda nggak mau jadi petani adalah penyebab kemunduran pertanian Indonesia, baiknya baca ini!

Biaya produksi yang mahal, musuh petani paling utama

Sudah menjadi rahasia umum bahwa modal untuk menjadi petani terbilang tinggi. Salah satu komponen biaya terbesar adalah tenaga kerja. Untuk menggunakan jasa buruh tani, petani harus merogoh kocek sekitar Rp100.000 hingga Rp150.000 per hari. Padahal untuk berusaha tani tersebut, dari sebelum tanam sudah membutuhkan tenaga kerja, belum lagi ketika tanaman sudah mulai tumbuh hingga panen. Biasanya biaya tenaga kerja ini jadi pengeluaran yang paling banyak.

Masalah lain adalah pupuk yang langka dan mahal. Untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, biasanya harus menggunakan kartu tani, yang sering kali malah tidak cukup membantu. Stok pupuk bersubsidi terbatas, dan jika terpaksa membeli pupuk nonsubsidi, harganya bisa melonjak hingga dua kali lipat dari harga normal. Ini membuat biaya produksi melonjak, sementara keuntungan belum tentu bisa menutupi semua pengeluaran.

Apalagi jika tanaman terkena hama atau penyakit, maka biaya untuk membeli pestisida, fungisida, dan herbisida menjadi tambahan beban yang tidak ringan.

Harga hasil panen yang tidak menentu

Walaupun petani berhasil merawat tanaman dengan baik dan menghasilkan panen yang melimpah, tidak ada jaminan bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan. Harga hasil panen sangat fluktuatif, tergantung pada mekanisme pasar dan hukum supply-demand. Ketika pasokan di pasar melimpah, harga bisa jatuh drastis, membuat mereka harus menjual rugi panen.

Sebaliknya, ketika permintaan tinggi, harga mungkin melonjak, tetapi petani yang tidak dapat memproduksi cukup akan tetap kehilangan kesempatan mendapatkan untung.

Baca Juga:

Jika Saya Jadi Menteri Pertanian, Berikut Strategi Peningkatan Regenerasi Petani

Jangan Hanya Demo Suarakan Hak Petani, Indonesia Juga Krisis Petani Muda!

Minimnya dukungan pemerintah kepada petani

Anak muda yang ingin terjun ke dunia pertanian harus berpikir ulang karena kurangnya dukungan dari pemerintah. Kebijakan yang seharusnya memfasilitasi petani sering kali tidak berpihak kepada mereka. Akses modal yang sulit, subsidi yang tidak merata, hingga program-program pertanian yang tidak sampai ke petani menjadi masalah tersendiri.

Pemuda-pemuda yang tertarik bertani pun kerap dihadapkan pada tantangan birokrasi yang ruwet, sehingga mereka lebih memilih profesi lain yang lebih menjanjikan dan memiliki akses yang lebih mudah.

Lahan pertanian yang semakin sempit

Salah satu masalah paling krusial yang dihadapi adalah menyempitnya lahan pertanian. Urbanisasi yang pesat dan alih fungsi lahan menjadi kawasan pemukiman serta industri membuat lahan produktif semakin berkurang. Akibatnya, banyak lahan pertanian yang hilang, sehingga ruang gerak petani menjadi terbatas.

Kondisi ini semakin memperkecil peluang bagi petani muda. Jika pun mereka berhasil mendapatkan lahan, sering kali lokasinya tidak strategis—jauh dari sumber air, sulit diakses, atau tanahnya sudah kehilangan kesuburannya. Semua tantangan ini menjadi penghalang besar bagi regenerasi petani di Indonesia.

Perubahan iklim dan ketidakpastian cuaca

Petani selalu bergantung pada cuaca, tetapi dengan adanya perubahan iklim, ketidakpastian cuaca menjadi salah satu tantangan terbesar. Musim hujan dan kemarau yang tidak lagi teratur membuat petani kesulitan dalam menentukan waktu tanam dan panen. Terlalu banyak hujan bisa menyebabkan banjir dan merusak tanaman, sementara musim kemarau yang berkepanjangan dapat mengeringkan sumber air dan membuat lahan menjadi tandus. Kondisi ini menambah tingkat risiko yang harus dihadapi petani setiap musim.

Selain itu, ada gap antara penerapan teknologi dan aplikasi di lapangan. Meskipun ada teknologi yang bisa membantu mengatasi perubahan iklim, banyak petani yang belum dapat memanfaatkannya dengan optimal karena rata-rata petani yang berusia lebih dari 50 tahun. Teknologi yang seharusnya dapat membantu mereka beradaptasi dengan perubahan cuaca, sering kali tidak mampu diterapkan di lapangan.

Menjadi petani, terlebih petani muda di Indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Biaya produksi yang mahal, harga jual yang tidak menentu, kurangnya dukungan pemerintah, lahan yang semakin sempit, dan perubahan iklim yang sulit diprediksi adalah beberapa tantangan besar yang harus dihadapi setiap waktunya. Bagi saya, yang memiliki latar belakang pertanian, menyadari kenyataan ini di lapangan membuat saya lebih menghargai perjuangan mereka.

Namun, meskipun berat, menjadi petani adalah profesi yang mulia dan sangat penting. Generasi muda harus terus didorong untuk melanjutkan profesi ini, karena ketahanan pangan nasional ada di tangan mereka. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan masyarakat, serta adopsi teknologi yang semakin maju, tantangan yang ada bisa diatasi. Selamat Hari Tani Nasional! Jayalah pertanian Indonesia.

Penulis: Khanif Irsyad Fahmi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Petani Indonesia Belum Merdeka, Di Hari Kemerdekaan RI ke 79 Petani Malah Nelangsa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 September 2024 oleh

Tags: masalah petanipetani mudasarjana pertanian
Khanif Irsyad Fahmi

Khanif Irsyad Fahmi

Mahasiswa pertanian yang ingin menjadi petani dan menteri pertanian.

ArtikelTerkait

Jangan Hanya Demo Suarakan Hak Petani, Indonesia Juga Krisis Petani Muda! terminal mojok.co

Jangan Hanya Demo Suarakan Hak Petani, Indonesia Juga Krisis Petani Muda!

16 Februari 2021
Jika Saya Jadi Menteri Pertanian, Berikut Strategi Peningkatan Regenerasi Petani

Jika Saya Jadi Menteri Pertanian, Berikut Strategi Peningkatan Regenerasi Petani

29 September 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.