Surat untuk Anakku, jika Kelak Kau Seorang Gay ataupun Transgender

Surat untuk Anakku, jika Kelak Kau Seorang Gay ataupun Transgender terminal mojok.co

Surat untuk Anakku, jika Kelak Kau Seorang Gay ataupun Transgender terminal mojok.co

Anakku, baru-baru ini aku menuliskan mengenai pengalaman dan perjalanan seorang transgender. Aku mendengar kisah-kisahnya saat melalui segala kesulitan menjadi transgender hingga bagaimana orang tuanya menerimanya dengan lapang. Namun, aku menangisi pergulatan batin yang mau tak mau harus ia rasakan lantaran hidup di dunia yang kejam, perlakuan-perlakuan dan perkataan jahat yang ia dapatkan dari orang lain yang terus bergulir hingga kini. Bahkan, ketika tulisan itu terbit, banyak sekali komentar nir-kemanusiaan bernada jahat seperti ini.

“Kasihan orang tuanya….”

“Innalillahi tanda-tanda akhir zaman….”

“Sekalian ganti agama aja….”

“Calon pasukan Dajjal!”

Entah apa yang merasuki orang-orang itu hingga hilang kewarasan dan rasa kemanusiaannya. Pun, kau tahu anakku? Saat ada yang berkomentar mengajak untuk menghargai hak-hak orang lain, ada seseorang yang menimpali, “Semoga keluarga Anda ada yang ikut transgender seperti itu.”

Aku hanya bisa tersenyum kala membaca kalimat itu. Aku mulai membayangkan jika kelak aku mempunyai anak seorang gay, transgender, atau apa pun itu. Apakah aku bisa seluar biasa abah dan ibu dari seorang Amar Alfikarーseseorang yang baru saja aku wawancara dan tuliskan perjalanannya di media? Namun, tentu, tak perlulah kau khawatir mengenai hal itu.

Teruntuk anakku yang akan aku sayangi seumur hidup dan matiku. Jika kelak orientasi seksualmu tidak sesuai dengan kehendak orang lain. Jika kelak identitas atau ekspresi gendermu tidak sama dengan jenis kelaminmu, aku hanya ingin kau tahu bahwa tak perlu kau risau soal itu. Tak akan ada yang dapat mengubah fakta bahwa kau adalah anakku, dan aku adalah ibumu. 

Aku tidak ingin menjadi orang yang kau hindari dan takuti dalam hidupmu. Katakanlah kepadaku apa pun itu. Bahwa kau straight, trapesium, segitiga, persegi, belah ketupat atau apa pun itu. Aku tidak peduli. Aku serius. Jika kelak kau berkata padaku bahwa kau gay, tak ada yang dapat mengurangi rasa sayangku padamu. Bahkan, kau mungkin tak perlu repot-repot mengatakannya, seperti orang lain yang tak perlu berkata bahwa ia “straight” sebab kita semua sama.

Anakku, jika kelak orang berlomba-lomba menjelma menjadi Tuhan saat mengetahui identitas gender atau orientasi seksualmu yang tidak selaras dengan keinginan mereka, enyahkanlah. Tuhan tidak butuh diwakilkan melalui komentar jahat seperti itu. Rahmat Tuhan begitu luas, lebih luas dari apa pun yang bisa kau bayangkan. Dan memilikimu adalah salah satu bentuk rahmat Tuhan yang diberikan kepadaku.

Anakku, jika kelak kau berkata kepadaku bahwa kau gay, aku akan memelukmu begitu erat. Aku takkan menyembunyikan identitasmu seperti aib yang ditutup-tutupi. Takkan ada yang dapat mengubah rasa banggaku memilikimu. Kaulah alasanku bersemangat menjalani hidup. Kaulah yang membuatku merasa penting dan berarti. Aku tidak akan memedulikan komentar jahat dari orang-orang kejam di luar sana. Bukan mereka yang ada di kandunganku selama 9 bulan. Bukan mereka yang aku lahirkan hingga mempertaruhkan nyawaku. Bukan mereka yang aku ajari cara berjalan dan berbicara. Bukan mereka yang aku ajari mengeja alif ba ta. Bukan mereka yang menemani hari-hariku saat aku susah maupun senang. Pun bukan mereka yang aku harap berada di sisiku di sisa akhir hidupku. Sama sekali bukan mereka.

Anakku sayang, seperti yang dikatakan Amar Alfikar kala itu, dunia tak selalu sama dengan apa yang kita harapkan. Oleh karena itu, jika kelak kau gay dan ada yang tidak menerimamu, ingatlah bahwa pelukku selalu terbuka kapan pun kau membutuhkannya. Seperti peluk saat kau terjatuh kala belajar melangkah, seperti peluk saat kau sakit dan menangis sepanjang malam, seperti peluk saat kau pulang dari sekolah. Peluk itu akan selalu sama.

Anakku, apa pun yang kelak terjadi padamu, doaku takkan pernah berubah. Aku akan selalu berdoa untuk kesehatanmu, kebahagiaanmu, dan berdoa agar kau dapat menebar kebaikan di mana pun kau berada. Aku tak akan berdoa agar kau menjadi dirimu yang lain. Tak akan berdoa agar kelak kau tumbuh menjadi seperti apa yang diharapkan orang-orang kepadamu. Pintaku kepada-Nya selalu sama, tak akan pernah ada yang berubah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version