Surat Rindu untuk Sobat Kurir yang Baru Saja Kena PHK

Surat Rindu untuk Sobat Kurir- Kena PHK karena Menggelapkan Uang COD (Pixabay)

Surat Rindu untuk Sobat Kurir- Kena PHK karena Menggelapkan Uang COD (Pixabay)

Dear, Sobat kurir yang belum lama ini kena PHK.

Apa kabarmu di sana, Bang? Saya berdoa, semoga Abang mendapat pekerjaan yang lebih baik daripada pekerjaan kurir yang menguras pikiran, mental, tenaga, dan penuh kerentanan ini.

Sebagai kurir yang lebih junior, saya selalu memanggilmu dengan panggilan “Abang”. Yah, meskipun kamu selalu menolak panggilan itu dengan argumen bahwa di tempat kerja kita nggak ada yang namanya senioritas. Kita semua sama dan sejajar.

Bang, sejujurnya, saya kangen berbagi cerita, tawa, dan emosi ke Abang. Saya coba menelponmu tapi nomor HP-mu udah nggak aktif dan akun WhatsApp-mu juga ceklis satu setelah PHK itu.

Tadi malam, setelah pulang kerja, saya membawa martabak telor spesial kesukaanmu ditambah beban pikiran yang hendak kita santap bersama. Tapi sial, kita belum berjodoh. Kata tetangga, kamu sudah pindah dan nggak tahu ke mana.

Berangkat dari hal itu, saya haqqul yaqin, kita sudah benar-benar lost contact. Saya coba menuliskan surat terbuka ini. Di mana saja Abang berada, semoga bisa membacanya.

Jadi begini, Bang. Setiap kali saya menemukan kabar berita di Twitter tentang hilangnya sebuah paket yang terindikasi dicuri oleh oknum kurir, sejujurnya, saya merasa kesal dengan hal itu. Kekesalan yang dulu muncul kembali, 11 bulan lalu, saat Abang terbukti bersalah karena menggelapkan uang COD lalu diputuskan PHK.

Secara fakta saya bisa menerima itu. Tapi, secara moralitas, saya belum bisa menerimanya sebab Abang adalah tandeman saya saat bekerja yang selalu mengajarkan untuk bekerja jujur, bekerja sesuai SOP (Standard Operating Procedure), dan nilai-nilai kebaikan etos kerja lainnya. 

Saya merasa bangga bisa bekerja sama dengan Abang. Saya juga bangga dengan cara kerja Abang yang sat-set-sat-set. Semua serba gercep–gerak cepat. Tapi, rasa bangga itu hancur begitu saja ketika kasus Abang tersiar.

Saya nggak tahu sama sekali siasat yang Abang lakukan dalam mengakali sistem agar uang COD bisa dipakai untuk urusan pribadi, kemudian baru disetor esok harinya. Setelah selama satu minggu melancarkan aksi, Abang ketahuan gegara ada satu paket yang uang COD-nya lupa disetor.

Saya sangat merasa terpukul saat Abang ketahuan melakukan hal itu. Padahal kita semua tahu, uang COD wajib disetor nggak boleh lewat dari jam 12 malam. Lewat dari jam itu, kurir akan dianggap oleh manajemen terindikasi melakukan fraud atau kecurangan dalam menjalani sistem pengiriman paket COD.

Akibat dari kasus itu, Abang diberhentikan. Kita semua tahu, Abang sudah kehilangan pekerjaan sebagai kurir. Beberapa teman berpendapat, Abang masih beruntung karena masalah ini nggak membuat Abang dijadikan paket lalu dikirim ke penjara oleh perusahaan ekspedisi tempat kita bekerja. 

Atas kasus itu, saya merasa sangat terkena dampak. Banyak teman-teman yang bertanya kepada saya tentang teknis yang Abang lakukan. Saya benar-benar nggak tahu sama sekali dan memberi jawaban ketidaktahuan itu kepada mereka. Tapi saya kira, mereka enggan percaya. Sebab kita berdua pernah mendapat penilaian sebagai tandeman kurir yang paling kompak.

Saya yang masih merasa kaget lebih memilih diam. Saya nggak mampu berkata apa-apa kepada Abang, walaupun cuma lewat chat WhatsApp saat mendengar kabar Abang nggak bekerja lagi setelah kena PHK.

Lalu tim audit datang ke tempat kerja kita. Saya adalah orang pertama yang dipanggil untuk menghadap salah satu tim audit yang sudah duduk di depan laptopnya. Seorang teman berbisik kepada saya, “Tenang aja. Gue percaya, kok, kalo lo nggak terlibat. Santai aja, yak.”

Saya menghadapi cukup banyak pertanyaan perihal kasus ini. Mulai dari pertanyaan seputar SOP pengiriman, SOP pickup, SOP setoran uang COD, sampai pertanyaan SOP atribut yang kita pakai saat menjalani pekerjaan. Ternyata, nggak cuma saya doang yang menghadap tim audit. Teman-teman lainnya juga sama, Bang. 

Kita semua mengira sedang tidak dipercaya oleh perusahaan dan rumor yang beredar pada saat itu bahwa tugas tim audit sedang mencari celah kesalahan kita–para kurir. Padahal seorang auditor tugasnya melakukan pemeriksaan agar sistem dalam sebuah departemen berjalan sesuai SOP yang ada. Hasil pemeriksaan dari audit itu akan menjadi laporan objektif yang berguna sebagai evaluasi.

Setelah tiga hari proses pemeriksaan audit, kami semua di-briefing. Tim audit juga turut serta. Semua hasil pemeriksaan disebutkan seolah sedang terjadi momen pembacaan dosa. Kita memang nggak mendapat punishment setelah kasus yang terjadi. Tapi, banyak hal dan pihak–termasuk kurir–yang ditekankan agar SOP bisa berjalan dengan lebih baik lagi.

Kemudian kita semua sepakat untuk memulai lembaran baru. Saya pun demikian. Saya mendapat tandeman baru pengganti Abang. Beruntung tandeman baru saya ini benar-benar anak baru yang secara basic bekerja sebagai ojol. 

Kenapa saya bilang beruntung? Saya jadi bisa mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan prinsip kerja yang pernah Abang tuangkan ke wadah yang kosong, dulu sebelum kena PHK. Syukurlah, selama masa percobaan, tandeman baru saya bisa mengikuti pekerjaan sesuai SOP dengan baik. Sementara kami berdua nggak pernah terjadi konflik yang sifatnya prinsipil. Akur-akur aja.

Setelah Abang kena PHK, beberapa kali saya memulai chat duluan saat Abang update story WhatsApp. Begitupun sebaliknya. Dalam sebuah percakapan via aplikasi itu, saya ingat kalimat yang pernah Abang tulis, “Sorry, ya. Kalo Lo jadi nggak percaya sama Gue. Gue tau, kok, bakal susah dapetinnya lagi.”

Dua minggu terakhir ini, Bang, jauh hari setelah rasa kekesalan saya terhadap kasus Abang yang sudah luntur, malah lagi-lagi kembali muncul. Kami di sini dibikin gegar karena kedapatan seorang oknum kurir dengan sedikit trik untuk mengelabui orang-orang di sekitarnya. Nggak nanggung-nanggung, ada lima paket yang diambil.

Hal yang mendasari kami untuk melihat rekaman CCTV karena ada beberapa status paket yang menggantung cuma sampai di gudang selama tiga hari. Tapi sialnya, oknum kurir yang sedang berusaha jadi pesulap itu, nggak bisa mengelabui sudut pandang CCTV.

Tentu saja kami semua kesal bukan main. Rasanya ingin langsung menciduk dan memecahkan kepala si oknum kurir itu. Tapi kami sadar, masalah ini nggak bisa diselesaikan dengan cara kekerasan.

Penyelesaiannya, kami semua duduk bersama. Si oknum disidang secara internal agar kabar ini nggak naik ke para petinggi manajemen. Jika kabarnya sampai ke sana, proses panjang seperti hadirnya tim audit akan terjadi kembali. Bayangan dia akan kena PHK muncul lagi. Sungguh proses yang cukup menyita waktu selama operasional. Udah lelah, Bre~

Si oknum kurir benar mengakui perbuatannya dan dia mau bertanggung jawab untuk segera mengirim paket ke pemesan. Dua paket lagi sudah ada yang dijual. Ya entahlah, penjelasannya seperti apa yang dia berikan kepada pemesan paket. Yang penting status delivery harus selesai. Jangan sampai masih menggantung di gudang lagi.

Betapa brengseknya lagi motivasi dia mencuri lantaran kecanduan judi online. Bangsat betul, kan?! Kami nggak mau lagi bekerja sama dengan si oknum kurir yang satu ini, meskipun dia meminta maaf, tapi keputusan Leader kami mutlak. Di harus keluar dari tempat kerja. 

Lagi-lagi saya mengalami hilangnya rasa ketidakpercayaan terhadap teman kerja. Rasa-rasanya kalimat Abang tentang sulit membangun lagi kepercayaan sangatlah relevan, Bang.

Kehilangan kepercayaan adalah satu hal yang paling krusial dalam hidup. Saya juga pernah juga kehilangan kepercayaan dari seorang teman cewek–saat sedang PDKT–tapi saya ketahuan berbohong gegara sedang main game Clash Of Clan, tapi bilangnya mau tidur. Akibatnya saya mendapat red flag dalam hubungan ini.

Maka dari itu, saya jadi sadar pentingnya menjaga kepercayaan yang sudah terbangun. Baik itu teman, istri, keluarga, perusahaan, dan siapa saja yang menjadi relasi kita. Membangun ulang kepercayaan terhadap orang yang sama nggak akan mudah saat kepercayaan itu sudah hancur. Apalagi perusahaan besar yang punya banyak anak perusahaan. Nama kita auto kena blacklist.

Secara relasi, memang kita akan tetap berkomunikasi dengan baik. Tapi beberapa hal urusan yang dampaknya rentan mengalami kerugian dari salah satu pihak, baik yang dipercaya atau yang memberi kepercayaan akan sulit terlaksana.

Jika saja berita paket-paket hilang, rekaman CCTV aksi si oknum kurir menyebar secara luas ke masyarakat, sehingga terjadinya trust issue yang berdampak menurunya konsumen terhadap perusahaan jasa ekspedisi, kita mau dapat gaji dari mana? Perlu kita ingat, ada upah dalam setiap satu paket yang kita kirim.

Begini, Bang. Rasanya, tuh, pengin mengajak teman-teman kurir seantero negeri Wakanda agar lebih care lagi dan mengingatkan ke teman kurir di kanan-kiri bahwa apapun alasannya, kayak kepepet, butuh uang, dikejar pinjol, candu Dewa Zeus di Olimpus–game judi online, jangan coba-coba buat mengakali paket pesanan konsumen yang berdampak panjang ke banyak orang. Efeknya, nggak cuma ke sesama teman kurir, tapi juga ke kepercayaan masyarakat.

Ta, ta, tapi… Kendala selalu terbentur dengan stigma urusan pribadi masing-masing. Memang sih, Kalau persoalannya tentang keuangan, saya juga sama, Bang. Saya pribadi sedang berusaha mengatur keuangan sedemikian rupa, agar kehidupan terus tersambung lagi sampai gajian bulan depan.

Saya, sih, di sini hepi-hepi aja, Bang. Ngopi ditemani martabak telor yang semalam. Ditambah irama kletek-kletek mesin motor pas lagi dipanasin sebelum berangkat kerja. Sambil mikirin rencana servis yang tertunda berbulan-bulan sampai nggak tahu lagi kapan akan terlaksana. Padahal tahun 2022 udah mau tutupan. Huuuft~

Tabik.

Penulis: Allan Maullana

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Lika-liku Kurir Paket: Paket Banyak, Sambat. Paket Dikit, Bingung

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version