Assalamualaikum, Mas Kaesang….
Mohon maaf sudah mengganggu matanya membaca tulisan ini (kalau mau baca). Kebetulan saya ada waktu luang untuk menulis surat ini, Mas. Surat ini bukan tuntutan apalagi ancaman. Bukan. Isi surat ini sepenuhnya berisi harapan, terkhusus untuk Mas Kaesang. Saya tergerak untuk menulis surat ini karena kemarin saya baru saja makan pisang buatan Mas Kaesang. Pisang nugget coklat dengan topping oreo. Jujur pisangnya enak. Duh, kok saya jadi curhat, sih. Gini Mas, maksud saya selain karena pisangnya enak, saya juga ingin melihat Mas hidup tidak seperti anak presiden pada umumnya. Mas pasti bertanya, hidup yang seperti apa itu? Ya hidup yang seperti sekarang, Mas. Saya senang melihat Mas tampil sebagai diri Mas sendiri. Gembar-gembor media sosialnya minim unsur politik justru kaya unsur guyonan menarik.
Ketika saya mengatakan tidak hidup seperti anak presiden pada umumnya. Itu juga berarti maksud saya Mas Kaesang tidak perlu ikut-ikutan nyalon. Tidak perlu masuk Parpol deh, Mas. Karena itu tadi, saya ingin melihat Mas dalam bentuk terbaiknya sebagai seorang pebisnis pisang yang bukan tidak mungkin di masa depan bakal dijuluki Bapak Pisang Indonesia. Masa tidak tertarik Mas, dengan status itu?
Saran saya jangan terlalu buru-buru untuk terjun ke dunia politik mengikuti jejak bapak dan kakak Mas Kaesang. Padahal ya, seandainya kakak Mas Kaesang mau lebih mendalami jualan martabaknya. Bukan tidak mungkin Mas Gibran bisa jadi Bapak Martabak Manis Indonesia di masa depan. Tapi apa daya, Mas Gibran sudah kebelet mau jadi Walikota Solo. Apalagi ditambah dengan majunya Mas Bobby di Pilkada. Harapan saya untuk melihat lahirnya legenda baru di dunia kuliner terkhusus anak presiden cuma Mas Kaesang seorang.
Sebelum Mas Kaesang terbersit pikirannya ingin terjun ke dunia politik dan ujungnya nyalon. Saya akan meyakinkan mengapa Mas harus tetap bertahan jualan pisang daripada ikut-ikutan nyalon juga.
Pisang adalah komoditas yang menguntungkan
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), Indonesia di tahun 2016, 2017 dan 2018 mengalami peningkatan produksi pisang. Tahun 2016 Indonesia memproduksi pisang sebanyak 7 juta ton, di tahun 2017 sebanyak 7,16 juta ton dan di tahun 2018 meningkat sebanyak 7,26 juta ton. Sebagai seseorang yang berkecimpung dan populer dengan yang namanya pisang-pisangan. Mas Kaesang seharusnya jeli melihat fakta ini. Mungkin Sang Pisang yang bergerak di bidang makanan bisa memperluas ekspansi jadi produsen pisang yang seutuhnya. Tidak hanya pisang dalam bentuk sudah siap makan tapi juga dalam bentuk siap olah. Mas Kaesang bisa menjadi pemuda yang mempelopori itu. Bukan tidak mungkin di tahun emas 2045, Mas Kaesang sudah bisa mengakomodasi Sang Pisang jadi merek dagang terkemuka di dunia. Jadi, orang luar negeri tidak cuma tau Gojek. Bahwa ternyata Indonesia bisa terkemuka karena pisang.
Umur Mas Kaesang masih belum cukup
Saya hanya mengingatkan jika pun Mas Kaesang mau ikut-ikutan mencalonkan diri di Pilkada 2020 di umur yang sekarang. Umur Mas Kaesang masih belum cukup. Faldo Maldini aja gagal karena umurnya belum cukup. Makanya Mas Kaesang fokus jualan ayam dan pisang aja dulu.
Peluang besar untuk jadi Bapak Pisang Indonesia
Ini yang harus Mas Kaesang ingat. Kalau kata Superman Is Dead, jadilah legenda. Mas Kaesang harus konsisten jualan pisang. Nggak usah macam-macam. Harapan saya jualan pisangnya Mas Kaesang masih tetap ada sampai 2045 tepat di tahun yang dicanangkan sebagai tahun emas. Siapkan diri Mas Kaesang untuk menerima gelar Bapak Pisang Indonesia di tahun 2045. Kuncinya satu, Mas. Fokus jualan aja, urusan politik dinasti jangan dipikirin.
Tiga poin di atas bisa jadi bahan pertimbangan Mas Kaesang untuk tetap fokus jualan daripada ikut-ikutan nyalon. Lagipula sebagai anak presiden, Mas Kaesang tidak wajib ikut terjun ke dunia politik. Tidak ada satu pun Undang-undang yang mewajibkan anak presiden harus terjun ke dunia politik.
Tapi apa daya, Mas. Privilege nama besar bapaknya kadang lebih menggiurkan. Maka dari itu anak-anak presiden sebelumnya rata-rata nyemplung di dunia politik. Tapi saya yakin Mas Kaesang tidak seperti itu. Harapan saya mungkin berlebihan, Mas. Tapi ini bukan harapan yang akan menjerumuskan Mas ke hal-hal yang buruk. Justru sebaliknya, saya ingin Mas Kaesang tetap ngelucu garing sama Chef Arnold dan terus-terusan becanda nggak jelas. Saya juga tidak ingin nanti isi Twitter Mas Kaesang jadi serius. Biasanya becanda nanti malah berubah jadi begaya. Jangan deh, Mas. Seandainya mentok-mentok nanti Mas Kaesang sudah sukses besar sama jualan pisangnya. Mungkin sah-sah saja nanti Mas Kaesang terjun ke dunia politik. Nadiem Makarim bisa jadi contoh. Setidaknya prestasinya sudah tampak sebelum akhirnya mengiyakan tawaran jadi menteri yang notabene adalah jabatan politik.
Jadi, intinya Mas fokus jualan pisang saja. Mas fokus ekspansi jualan pisangnya di semua provinsi. Bahkan kalau bisa seperti pesan saya, jadi produsen pisang yang sebenarnya. Lakukan ekspansi ke luar negeri. Ubah wajah negeri ini dari negara dunia ketiga menjadi negara yang kaya akan pisang. Rebut posisi pertama dari India sebagai penghasil pisang terkaya di dunia. Jika sudah melakukan itu, mungkin tidak ada yang mempermasalahkan Mas Kaesang jika ingin nyemplung ke dunia politik. Intinya jangan buru-buru mumpung bapak masih jadi presiden. Self branding terbaik lahir dari perjuangan Mas Kaesang sendiri. Jangan ikut-ikutan Mas Gibran dan Mas Bobby, deh. Fokus jualan pisang sama ngembangin jualan ayam aja, ya Mas.
Salam sukses untuk Mas Kaesang sekeluarga.
BACA JUGA Jokowi Adalah Bapak untuk Semua: Begitupula Kaesang Pangarep Adalah Anak untuk Semua atau tulisan M. Farid Hermawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.