• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Surat Hanoman kepada Sinta

Ervinna Indah Cahyani oleh Ervinna Indah Cahyani
27 April 2020
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Perang telah usai, Sinta. Kerinduanmu kepada Rama sudah waktunya diobati. Kembalinya engkau ke Ayodya bersama Rama, kukira sudah akhir dari semua cerita. Kau merdeka dari cengkeraman Rahwana. Dan, aku, Hanoman, sudah tidak ada keperluan dan kepentingan lagi di Ayodya. Kutinggalkan kota yang ramai itu untuk menyepi di gunung, untuk menjadi petapa.

Lalu kau mengirim surat kepadaku tentang nasibmu setelah perang usai. Aku bergetar ikut marah membaca suratmu, karena kau harus membuktikan kesucian cintamu dengan membakar diri ke api penyucian. Aku lega karena Dewi Agni dan Dewa Brahma menyelamatkanmu dari api. Karena engkau menjadi perempuan yang teraniaya.

Maaf, Sinta. Aku telah keliru. Kukira perang ini sudah selesai dengan menangnya Rama dan dapat memboyongmu kembali. Aku pun merenung. Mempertanyakan untuk apa perang antara pasukan kera dengan pasukan raksasa dari Ngalengka? Kutahu akhirnya Gunawan Wibisana menjadi raja di Ngalengka. Sinta, apakah kau berpikir sama denganku? Bahwa perang ini adalah perang untuk membuktikan siapa yang lebih kuat untuk menaklukkan negara lain?

Lalu aku ini berperang untuk apa dan siapa sebenarnya? Jika yang kuperjuangan, akhirnya disengsarakan. Kurasa perang ini sia-sia saja, Sinta. Aku menyesal ikut perang.

Sinta, Sinta. Kutahu dari suratmu pula, rakyat Rama tidak mempercayaimu, juga kepada rajanya. Bahkan kekasihmu itu lebih mendengarkan kawulanya, daripada engkau orang terkasihnya. Kau pun diantar Laksamana dalam keadaan hamil tua ke hutan lagi. Mereka menganggap bayi yang sedang kau kandung itu sebagai anak haram. Oh, Sinta, apa kau tak ingin menyusulku ke sini saja? Ah, mungkin karena kau hamil, kau tak kuat naik gunung, ya?

Kau juga mengabari bahwa anakmu lahir kembar, Kusa dan Lawa. Resi Walmiki juga akhirnya mengubah Ramayana dan menciptakan nyanyian “Ramachandra”. Sedangkan anak-anakmu menjadi trubadur ulung yang menceritakan tentang kesaktian ayahnya dan kesucian dirimu. Hingga Rama juga tahu bahwa mereka anak-anaknya. Tapi ayahnya terlambat tahu.

Seminggu setelah kau kirim surat, kudengar kau memilih moksa dipeluk Dewi Pertiwi, Sinta. Angslup ke dalam bumi. Mengapa kau tak memilih hidup saja Sinta, demi anak-anakmu? Mendidik mereka agar tidak seperti ayahnya. Daripada mereka harus menjadi yatim saat masih bocah, mereka kehilangan kasih sayang seorang ibu. Mereka hanya korban, Sinta.

Ah, Sinta. Aku juga mempertanyakan kepada pengripta (penulis) Ramayana. Mengapa meletakkan perempuan dalam keadaan terbuang dan diragukan keberadaannya? Apakah pujangga tersebut punya dendam kesumat kepada perempuan? Atau menganggap bahwa kesetiaan itu harus dibuktikan dengan api? Ya, api kesucian.

Dari kisahmu, aku belajar bahwa perang itu hanya sia-sia belaka. Pengorbanan akan darah-darah pengorbanan itu tak pernah ternilai.

Aku masih hidup, Sinta, seusai kisah Ramayana. Hidup hingga cerita Mahabharata. Pujangga Jawa-lah yang menghidupkanku. Hanya saja, aku menolak ikut perang dalam kurusetra antara Pandawa dan Kurawa. Aku sudah kecewa dengan perang antara Rama dan Rahwana. Aku kapok ikut perang, membela salah satu pihak untuk memenangkannya. Jika akhirnya kisahnya sepertimu, Sinta.

Bahkan di Mahabharata aku tahu ada perempuan yang dijadikan taruhan dadu, Sinta. Drupadi namanya. Bahkan pada kekalahan Pandawa, Drupadi dipersembahkan karena harta mereka sudah habis. Ia dipermalukan di balairung perjudian oleh Dursasana, adik Dauryudana. Dursasana ingin menelanjangi Drupadi dengan melucuti pakaiannya. Hanya saja, tiba-tiba kainnya menjadi penutup maha panjang dan berlapis-lapis, hingga Dursasana kewalahan.

Hingga akhirnya Drupadi bersumpah tidak akan keramas sampai darah Dursasana akan dijadikan sampo olehnya. Bima pun yang mewujudkan sumpah Drupadi dengan membunuh Dursasana dan darahnya dipersembahkan ke Drupadi.

Aku curiga, Sinta. Jangan-jangan pengripta Ramayana dan Mahabharata ini saling kenal, sehingga pemikiran mereka hampir mirip dalam memosisikan perempuan? Meski di sini Drupadi lebih beruntung dari engkau. Tapi Drupadi juga tidak bisa menolak ketika dijadikan taruhan, ia tak punya digdaya. Pada akhirnya dia diselamatkan oleh kain yang tak ingin lepas dari empunya.

Aku juga tahu, Sinta. Pada akhirnya kalian punya keberanian untuk melindungi harga diri kalian. Engkau dengan memilih moksa daripada menerima Rama kembali yang telah membuangmu. Dan Drupadi dengan sumpahnya ingin menjadikan darah Dursasana untuk mengeramasi rambutnya.

Sinta, Sinta. Jika dalam Ramayana, adik-adik Rahwana harus menjadi korban atas keegoisan sang kakak, kecuali Gunawan Wibisana. Maka di Mahabharata ini anak-anak Pandawa dijadikan korban untuk kemenangan ayah-ayah mereka. Lalu apa gunanya mereka menang dan menikmati singgasana tanpa keturunan? Siapa pewaris tahta mereka selanjutnya?

Aku mengawasi mereka hanya dari gunung tempatku bertapa, Sinta. Menyesali mengapa harus perang menjadi salah satu tujuan pengakuan diri untuk menang?

Pada akhirnya, kita hanyalah wayang yang hanya manut kersane dhalang. Atau manut kersane pujangga yang menulis nama kita dalam kitabnya. Kita sudah digariskan menjalani lakon-lakon kita, Sinta. Atau kita menjadi pujangga saja untuk menuliskan kisah yang kita inginkan, Sinta?

Kau telah dahulu merdeka, di surga sana. Sudah lepas dari belenggu dan pesona Rama. Tunggu saja aku di surga, ya Sinta. Aku masih belum ingin mati sekarang.

BACA JUGA Seandainya Saya Jadi Sinta dalam Kisah Ramayana dan tulisan Ervinna Indah Cahyani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 April 2020 oleh

Tags: hanomanramayanasinta

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Ervinna Indah Cahyani

Ervinna Indah Cahyani

Guru Bahasa Jawa dan pecinta kucing.

ArtikelTerkait

3 Kisah Cinta yang Berakhir Tragis dalam Kisah Ramayana Terminal Mojok.co

3 Kisah Cinta yang Berakhir Tragis dalam Kisah Ramayana

11 April 2022
Surat Rahwana kepada Sinta terminal mojok.co

Surat Rahwana kepada Sinta

20 Juli 2021
Hanoman yang Terpaksa Alih Profesi Jadi Kurir

Hanoman yang Terpaksa Alih Profesi Jadi Kurir

7 Mei 2020
Romantisme Hollywood Memfasilitasi Kecintaan Kita pada Badboy dan Fakboi terminal mojok.co

Seandainya Saya Jadi Sinta dalam Kisah Ramayana

31 Maret 2020
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Tidak Turunnya UKT Adalah Misi Membuat Kampus Kaya, Mahasiswa Sengsara terminal mojok.co

Mahasiswa Kampus Islam Negeri Emang Harus Tabah dan Qanaah Menghadapi Kemenag

Penyebutan Perempuan dalam Masyarakat Jawa dan Makna Filosofis di Baliknya

Penyebutan Perempuan dalam Masyarakat Jawa dan Makna Filosofis di Baliknya

Kalau di Kota Ada Kirim Parsel, di Desa Ada Ater-ater Tipe-tipe Orang saat Menunggu Lebaran Datang Terima kasih kepada Tim Pencari Hilal! Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Bulan Syawal Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Lebaran Buku Turutan Legendaris dan Variasi Buku Belajar Huruf Hijaiyah dari Masa ke Masa Serba-serbi Belajar dan Mengamalkan Surah Alfatihah Pandemi dan Ikhtiar Zakat Menuju Manusia Saleh Sosial Inovasi Produk Mushaf Alquran, Mana yang Jadi Pilihanmu? Tahun 2020 dan Renungan ‘Amul Huzni Ngaji Alhikam dan Kegalauan Nasib Usaha Kita Nggak Takut Hantu, Cuma Pas Bulan Ramadan Doang? Saya Masih Penasaran dengan Sensasi Sahur On The Road Menuai Hikmah Nyanyian Pujian di Masjid Kampung Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Horornya Antrean Panjang di Pesantren Tiap Ramadan Menjadi Bucin Syar'i dengan Syair Kasidah Burdah Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Pandemi Corona Datang, Ngaji Daring Jadi Andalan Tips Buka Bersama Anti Kejang karena Kantong Kering Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Rebutan Nonton Acara Sahur yang Seru-seruan vs Tausiyah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Aduh, Lemah Amat Terlalu Ngeribetin Warung Makan yang Tetap Buka Saat Ramadan Tong Tek: Tradisi Bangunin Sahur yang Dirindukan Kolak: Santapan Legendaris Saat Ramadan

Kolak: Santapan Legendaris Saat Ramadan



Terpopuler Sepekan

Masa Jabatan Kepala Desa 9 Tahun? Nggak Kapok Punya Pimpinan Nggak Becus?
Pojok Tubir

Nggak Usah Berisik, Perpanjangan Masa Jabatan Kades Sudah Benar kok!

oleh Moh. Rofqil Bazikh
6 Februari 2023

Nggak usah kemrecek!

Baca selengkapnya
Dosa Penjual Lumpia Semarang yang Bikin Lumpianya Bau Pesing

Dosa Penjual Lumpia Semarang yang Bikin Lumpianya Bau Pesing

6 Februari 2023
4 Alasan Wajib Pakai Telkomsel meski Cuma Kartu Cadangan Terminal Mojok Farzand01 Shutterstock

Telkomsel, Provider Seluler yang Diskriminatif

4 Februari 2023
7 hotel murah tak jauh dari Tuju Jogja kemiskinan di Jogja

Omong Kosong Peran Universitas dalam Mengentaskan Kemiskinan di Jogja

7 Februari 2023
Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub (Unsplash)

Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub

1 Februari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=p4e22R45FOg

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!