Surat Cinta Untuk Mbak Awkarin dan Pencari Exposure

awkarin

awkarin

Beberapa waktu yang lalu media sosial dihebohkan dengan kasus skandal video porno V*** Garut kasus salah satu selebgram kebanggan dan yang paling dicintai oleh warga negara +62, siapa lagi kalau bukan mbak Awkarin. Hal ini bermula saat mbak Awkarin dan manajemennya, A-Team berencana menyelenggarakan event di sebuah bar. Namun, kerjasama ini tidak dibayar dengan mata uang yang umum digunakan, melainkan dibayar dengan exposure.

Dalam cuitannya di media sosial berlogo burung, mbak Awkarin menuliskan bahwa ia membutuhkan sebuah tempat untuk menyelenggarakan perayaan ulang tahun A-Team, sebagai gantinya ia menawarkan exposure. Ia akan mempromosikan tempat tersebut dalam instagram pribadi nya maupun talent A-Team yang lain. Banyak netizen yang mempertanyakan bahkan mentertawakan kerja sama yang ditawarkan mbak Awkarin (emang jahat kok, dasar netizen).

Menurut saya, yang dilakukan mbak Awkarin tidak sepenuhnya salah, bahkan, model bisnis yang dilakukan oleh mbak Awkarin, sama seperti yang dilakukan oleh teman-teman mahasiswa panitia event kampus yang mencari dana tambahan melalui usaha paid promote. Secara garis besar, apa yang ditawarkan kedua bentuk usaha ini sama, yakni mendapatkan uang/barang dari mempromosikan barang/jasa. Bedanya hanya terletak di “bayaran” yang ditetapkan oleh masing-masing penyedia jasa promosi tersebut, dalam hal ini mbak Awkarin meminta bayaran berupa tempat event, sedangkan penyedia jasa paid promote meminta bayaran berupa uang.

Toh pada kenyataannya, jasa paid promote maupun endorse masih tinggi peminatnya, hal ini bisa dilihat dari masih banyaknya story hingga postingan panitia event tentang paid promote yang mulai menyiksa mata, maupun masih banyaknya story dari selebgram lain yang promosi obat pemutih, pelangsing, pembesar dan skincare hingga story nya tidak lagi berbentuk garis, tapi titik-titik berbaris kayak anak tk mau masuk kelas.

Hal ini terjadi karena tidak bisa dipungkiri bahwa exposure ataupun promosi dari selebgram ataupun panitia event yang dilakukan secara massal dirasa masih sangat efektif untuk menaikkan angka penjualan brand tersebut. Terkait ketidakseimbangan antara bayaran dengan apa yang diberikan, menurut saya itu sah-sah saja dilakukan oleh penyedia layanan. Toh kita juga sering menjumpai  praktik yang serupa di beberapa tempat, seperti banyak barang yang sebenarnya bernilai murah, dijual mahal oleh penjual karena berbagai alasan.

Bahkan saya pernah menjumpai sebuah kegiatan yang dilaksanakan di sebuah pusat perbelanjaan. Dalam kesepakatannya, pihak pusat perbelanjaan tersebut tidak meminta dana sewa ataupun bagi hasil keuntungan dari kegiatan tersebut, mereka hanya meminta publikasi serta ruang promosi untuk menggaet pengunjung, maklum mereka juga tergolong mall baru waktu itu.

Hasilnya pun tidak mengecewakan, karena nyatanya kerjasama tersebut masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian. Kenapa? Karena mereka merasa bahwa exposure yang diberikan berdampak positif ke mereka dalam hal ini peningkatan jumlah pengunjung.

Namun, sebagai konsumen kita juga punya hak untuk menolak membeli barang tersebut, sama seperti yang dilakukan oleh pemilik bar yang menolak proposal penawaran yang diajukan oleh perwakilan A-Team. Sebagai konsumen/klien, kita berhak menolak sebuah barang atau penawaran yang dirasa tidak menguntungkan bagi diri kita.

Tapi, mbak Awkarin juga ada salahnya dalam kasus ini, nggak peduli meskipun mbak Awkarin itu cewek, ia juga salah!! Karena dalam hal kerja sama seperti ini, sering juga menimbulkan kerugian bagi pemilik usaha. Banyak pengusaha yang merasa jika bayaran yang mereka keluarkan tidak sebanding dengan exposure yang diberikan para selebgram ini. Belum lagi banyaknya kasus dimana belum ada kesepakatan bersama, eh selebgram tersebut sudah mengemis minta barang secara gratis tanpa adanya perjanjian yang jelas, ya sama seperti yang dilakukan mbak Awkarin dan A-team ini lah.

Belum lagi cara mbak Awkarin dalam mencari pengusaha untuk diajak bekerja sama, masa mau menjalin kerja sama seperti ini ajakannya lewat DM Instagram sih, dipikir ngajak cewek kenalan kali. Mbok ya mbak Awkarin atau tim datang langsung  ke tempat yang bersangkutan sekalian berdiskusi mesra gitu lho, kalau nggak ada yang nganterin saya mau kok nganterin mbak nya, tapi jangan naik kuda ya, apalagi naik kudanya nggak pakai baju, nanti masuk angin saya.

Maka dari itu, saran dari saya untuk pengusaha beserta selebgram/influencer/apalah itu namanya, dalam menjalin kerja sama harus ada perjanjian yang jelas walaupun cuma sekedar endorse, kalau perlu ada hitam diatas putih terkait kerja sama yang dijalin, agar tidak ada pihak yang dirugikan di masa depan.

Jadi mbak Awkarin, kalau mau nyari tempat buat kopdar nya A-team, mbok ya cari yang berkelas gitu lho, walaupun berbayar kan nggak masalah, masa beli akun sendiri bisa, tapi sewa cafe buat kopdar nggak mampu. Atau kalau mau keukeh nyari yang dibayar pakai exposure, mungkin angkringan langganan saya mau kerja sama, nanti saya bantu bilang deh ke penjaga nya. (*)

BACA JUGA Anak Indie: Karib dengan Senja dan Kopi Sampai Promag dan Sarimi atau tulisan Nurul Arrijal Fahmi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version