Buat Saya, Surakarta Nggak Seindah Kata Orang. Kotanya Panas, Pengendaranya Ngawur

Surakarta, Kota yang Pandai Mematahkan Harapan Orang (Unsplash)

Surakarta, Kota yang Pandai Mematahkan Harapan Orang (Unsplash)

Bulan ini terhitung saya sudah 2 kali mengunjungi Surakarta. Awalnya, ekspektasi saya cukup tinggi. Namun, harapan dan bayangan saya banyak yang meleset. 

Panas Surakarta sama saja kayak Semarang

Sebelum kalian ngedumel, saya mau jelasin dulu. Jadi, sebelum September 2024 ini, saya belum pernah berkunjung ke Surakarta. Bayangan saya, kota ini sejuk dan segar seperti Magelang. Tapi ternyata saya salah.

Soal panas, buat saya, panasnya Surakarta sama saja kayak Semarang. Bahkan di beberapa momen terasa lebih menyengat. Panasnya Semarang itu menyebar di seluruh tubuh. Sementara itu, panasnya Surakarta itu menusuk sampai ke daging dan tulang.

Sebagai orang Wonosobo yang terbiasa sama hawa dingin, panasnya kota ini sangat menyiksa. Mungkin, pemkot bisa menambah jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) sehingga suhu kota bisa turun. 

Pengendaranya bikin ngelus dada dan garuk-garuk kepala

Nah, selain kaget sama hawa di sini, saya juga kaget dengan para pengendara. Entah kenapa, atau lagi sial saja, saya sering ketemu pengendara yang ugal-ugalan. 

Jujur, kondisi ini bikin saya kaget. Di dalam dalam kepala saya, pengendara di daerah Surakarta, Solo, hingga Jogja itu lebih santun dan santai. Namun, seperti yang lumrah terjadi di tempat lain, pengendara di sini bikin garuk-garuk kepala juga.

Salah satu ciri yang kebetulan sering saya saksikan adalah tidak patuh rambu-rambu. Misalnya, hobi menerobos lampu merah. Ada saja satu atau dua pengendara yang melakukannya.

Satu kejadian lucu terjadi di sebuah lampu merah. Ada mobil yang berhenti di sisi kiri jalan. Padahal, ada tulisan yang bisa terbaca dengan jelas. Bunyinya: “Ke Kiri Jalan Terus”.

Alhasil, banyak pengendara yang kompak membunyikan klakson. Sudah begitu, si pengendara mobil ini tidak bergerak sampai lampu hijau menyala. Aneh sekali.

Tetap punya sisi positif

Yah, seperti kota-kota lain, Surakarta memang tidak sempurna. Namun, aslinya nggak seburuk itu, kok. Masih ada sisi positif yang membuat kota ini jadi menyenangkan.

Contohnya adalah kuliner yang enak dan murah. Misal, harga makanan siap saji di sini lebih murah dibandingkan Semarang. Selain itu, banyak makanan kaki lima dan warung-warung dengan konsep tradisional yang menyajikan makanan enak. Dan tentu saja, harganya murah.

Selain itu, jalanan di sini nggak terlalu bikin bingung. Hanya 2 kali mampir saja, saya sudah bisa menghafal beberapa ruas jalan. Bahkan kalau dipikir-pikir, jalanan di Surakarta lebih mudah dimengerti daripada Wonosobo yang punya banyak jalan satu arah.

Intinya, di derajat tertentu, Surakarta memang menyebalkan. Namun, di banyak sisi, kota ini menawarkan kehidupan yang menyenangkan juga. Ingat, jangan memasang ekspektasi terlalu tinggi.

Penulis: Arzha Ali Rahmat

Editor: Yamadipati Seno 

BACA JUGA Surakarta Sudah Bukan Lagi Tempat yang Ideal untuk Pensiun seperti Jogja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version