Selawatan keliling kampung, tradisi unik di Sidosermo Surabaya
Tidak jauh dari pusat Kota Surabaya, terdapat kawasan yang memiliki puluhan pondok pesantren. Tepatnya di Kelurahan Sidosermo, Kecamatan Wonocolo. Warga setempat memiliki tradisi unik yang rutin dilakukan pada bulan Muharam penanggalan Islam atau momen pergantian tahun baru Islam. Tradisi itu bernama Selawat Keliling Kampung. Selawat ini sebagai perlambang rasa syukur warga serta “memagari: kampung dari musibah.
Titik kumpul warga saat proses selawat keliling adalah tempat yang dulunya disebut balai desa (sekarang kantor kelurahan lama). Warga kemudian berkeliling dengan jalan kaki. Di antara mereka ada seseorang yang diberi tugas khusus sebagai muazin. Ini uniknya tradisi Selawat Kampung Keliling di Sidosermo Surabaya.
Saat berkeliling, muazin menjalankan tugasnya ketika rombongan selawat melewati wilayah perbatasan antarkampung. Ketika azan, muazin menghadap kiblat yang juga diikuti oleh peserta selawat. Setidaknya ada 5 perbatasan yang diazani, yakni perbatasan Sidosermo dengan daerah Jagir, Panjang Jiwo, Bendul Merisi, Margerejo, dan Prapen. Prosesi selawat keliling ditutup dengan acara bancakan.
Tidak ada yang tahu persis sejak kapan tradisi Selawat Keliling Kampung dimulai. Namun, cerita turun-temurun menyebutkan, di sekitaran wilayah Ndresmo pernah muncul wabah penyakit. Hasil ijtihad para kiai didapati putusan agar warga “memagari” kampung dengan Selawat Keliling. Sejak saat itu tradisi dilakukan sampai dengan sekarang pada bulan Muharam.
Itulah dua tradisi di Kota Surabaya yang terus bertahan dan diwariskan turun-temurun, namun jarang diketahui oleh warganya sendiri. Tradisi apa lagi yang kira-kira belum kamu ketahui?
Penulis: Suluh Dwi Priambudi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Surabaya Nggak Melulu Berisi Hal-hal Buruk, Ini 5 Hal yang Bisa Dibanggakan dari Kota Pahlawan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.