Bagi yang pernah berkunjung ke Kota Kediri, tentu sudah nggak asing lagi mendengar cerita soal Sungai Brantas. Ya, sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo ini—tepatnya dekat jembatan Brawijaya—telah disulap menjadi tempat nongkrong sore yang sangat digemari berbagai kalangan di Kediri. Mulai dari anak-anak, pasangan muda, orang tua, hingga yang nggak punya pasangan pun datang ke sini untuk menikmati pemandangan senja.
Namun siapa sangka, di balik keindahannya, ada beberapa hal di Sungai Brantas yang bikin aktivitas nyore tak lagi nyaman. Apa saja?
Banyak pengamen dan pengemis berlalu-lalang, bikin dompet tak lagi aman
Mungkin kita sudah nggak kaget lagi menjumpai banyaknya pengemis di beberapa lokasi keramaian seperti destinasi wisata religi atau bahkan di perempatan jalan. Saya tahu, kehadiran mereka mengingatkan kita untuk terus bersedekah kepada sesama, tapi ya nggak di semua tempat juga dong mereka hadir. Apalagi kalau sampai muncul di tepian Sungai Brantas.
Sungai Brantas yang seharusnya jadi tempat kita menghirup udara kebebasan, melepas beban yang semakin lama bikin pegel linu, eh, jadi tempat kita bertemu pengemis. Masalahnya, kita nggak selalu menyiapkan uang kecil untuk diberikan pada mereka, tak seperti saat ziarah ke destinasi wisata religi misalnya. Niat hati ingin duduk tenang menikmati suasana senja, jadi merasa tak nyaman karena pengemis yang lalu-lalang. Mana datangnya bergantian. Mau menolak, tapi tak jarang ditungguin sampai dikasih uang.
Sama halnya dengan pengamen yang datang di tengah-tengah obrolan atau bahkan proses perenungan. Sebenernya kalau saya perhatikan, kebanyakan orang memberi uang bukan karena jasa para pengamen yang sudah menghibur. Melainkan karena ingin para pengamen segera berpindah dan pengunjung yang datang bisa melanjutkan obrolan.
Terbukti dari jarak waktu pengamen mulai memetik senar gitar dengan waktu pemberian uang. Baru juga jreeeng, eh, udah disodorin seribuan dengan harapan segera pindah ke orang selanjutnya. Setidaknya itu juga yang saya rasakan.
Semestinya para pengemis dan pengamen ini juga harus memperhatikan situasi dan kondisi orang-orang yang datang ke tepian Sungai Brantas di Kediri, apakah mereka bisa diganggu atau nggak. Selain itu, biar lebih tertib, para pengamen mungkin bisa membuat pertunjukan kecil-kecilan di satu titik. Di sana mereka bisa bernyanyi bergantian. Sehingga nggak akan ada lagi tuh yang lalu-lalang menghalangi pemandangan. Mereka tetap dapat uang, pengunjung juga merasa nyaman. Kan sama-sama enak.
Sales nggak tahu waktu
Mirip sama pengemis dan pengamen pada sebelumnya, namun kali ini bukan minta uang. Saat nyore di Sungai Brantas Kediri, saya kerap bertemu sales yang mondar-mandir sambil mengatakan, “Bisa minta waktunya sebentar, Kak?”
Sejujurnya saya ragu sama mereka. Gimana nggak ragu, sering kali mereka meminta kita untuk mendaftar kartu, aplikasi, sampai buka rekening! Dan saya menyadari bahwa hal itu nggak mungkin sebentar, sebab kita perlu memasukkan nomor KTP, nomor HP, menunggu kode verifikasi, dll. Belum lagi kalau HP yang kita miliki lemot.
Saya pernah nyore bersama teman di tepian Sungai Brantas Kediri ini. Sambil menunggu jajanan datang, saya dan teman saya ngobrol. Tiba-tiba ada seorang sales datang menghampiri kami. Saya pun mempersilakan dia bicara.
Si sales ini kemudian menjelaskan panjang lebar mengenai aplikasi yang dia tawarkan. Dia juga menuntun saya untuk melakukan tahapan yang dia tunjukkan. Karena kasihan, saya pun mengiakan semua ucapannya. Tanpa sadar, sore telah berganti malam dan saya serta teman saya masih terjebak mendengarkan si sales. Akhirnya saya dan teman saya terpaksa mengakhiri percakapan. Tanpa sungkan, si sales berkata, “Nanti jangan lupa ya, Kak, mungkin bisa dilanjutkan di rumah.”
Saya dan teman saya hanya tersenyum kecil. Jauh di lubuk hati, kami sebenarnya pengin memisuh. “Asem! Ndak jadi nyore malah ngeladenin sales. Mana salesnya nggak tau malu pula!” Bukannya nggak mau bantuin, tapi mbok ya tahu waktu lah.
Sejak saat itu, setiap saya pergi nyore ke Sungai Brantas Kediri, saya mempersiapkan banyak alasan kalau tiba-tiba dihampiri sales. Entah bilang memori HP penuh atau pura-pura sudah mendaftar di aplikasi yang dia tawarkan.
Baca halaman selanjutnya
Pedagang dan tukang parkir yang meresahkan