Sumur Jalatunda: Sumur Keramat di Dieng yang Kabulkan Keinginan

Sumur Jalatunda Sumur Keramat di Dieng yang Kabulkan Keinginan Tertunda Terminal Mojok

Sumur Jalatunda Sumur Keramat di Dieng yang Kabulkan Keinginan Tertunda (Photo Dharma via Wikimedia Commons)

Indonesia memiliki destinasi wisata alam yang melimpah, mulai dari gunung, laut, bukit, hingga dataran tinggi. Salah satu dataran tinggi terkenal yang sering jadi destinasi wisata para wisatawan adalah Dataran Tinggi Dieng. Kalau kalian belum tahu, secara administrasi Dataran Tinggi Dieng terletak di dua kabupaten yang ada di Jawa Tengah, yakni Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Wilayah Dieng yang masuk ke dalam Kabupaten Wonosobo adalah Kecamatan Kejajar, sementara yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur.

Beberapa lokasi wisata di Dieng yang sudah terkenal antara lain Bukit Sikunir, Kawah Sikidang, Telaga Warna, Batu Pandang Ratapan Angin, Museum Kaliasa, Candi Arjuna, hingga Sumur Jalatunda. Khusus untuk Sumur Jalatunda, secara spesifik kita akan membahas sumur keramat satu ini pada artikel kali ini.

Sumur Jalatunda terletak di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Jaraknya sekitar 41 kilometer atau 90 menitan dari Alun-alun Banjarnegara. Lumayan jauh, ygy. Jangan bayangkan sumur ini seperti sumur biasa yang ada di rumah kalian, ya. Sumur satu ini punya diameter sepanjang 90 meter dan kedalaman lebih dari 100 meter! Sumur Jalatunda bahkan disebut-sebut sebagai sumur terbesar di dunia. Fyi, air di dalam Sumur Jalatunda berasal dari air hujan dan mata air di sekitaran sumur.

Jalatunda sendiri berasa dari bahasa Jawa. Kata jala berarti jaring atau jala penghambat, sementara tunda berarti tertunda. Jika diartikan secara harfiah, kata jalatunda berarti jaring penghambat keinginan yang tertunda.

Sumur satu ini memang tak lepas dari cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat. Konon katanya, apabila ada pengunjung yang melempar batu ke Sumur Jalatunda, keinginannya bakal dikabulkan. Ajaib, ya? Modal lempar batu, bisa dapat yang diinginkan. Kalian mau minta apa, hayo? Minta jodoh? Jangan ngelunjak, deh.

Target lemparan ke sumur ini beda-beda. Jika yang melempar batu adalah seorang perempuan, cukup sampai setengah sumur. Tapi jika yang melempar batu adalah laki-laki, harus sampai ke seberang sumur yang ditumbuhi rimbun pohon berwarna ungu di sela-sela batuan sisi seberang. Jika sudah sesuai target, keinginan si pelempar bakal terkabul. Jadi nggak asal lempar kayak melempar wewenang dan tanggung jawab, ygy.

Konon, mitos lempar batu ini berawal dari dua utusan Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan agama Islam di Dieng. Mereka mengambil batu di Sungai Serayu dan melemparkannya ke dalam Sumur Jalatunda. Ternyata terbukti, dakwah mereka berhasil. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas penduduk Dieng yang beragama Islam.

Asal-usul terbentuknya Sumur Jalatunda masih simpang siur. Menurut para ilmuwan, sumur ini terbentuk karena aktivitas vulkanik ribuan tahun lalu. Ada juga yang menyebut celah Sumur Jalatunda terbentuk karena letusan Gunung Prau Purba bersama dengan terbentuknya dataran tinggi Dieng.

Sementara berdasarkan cerita rakyat yang diceritakan secara turun-temurun, Sumur Jalatunda diyakini sebagai tempat jatuhnya senjata Prabu Antaraja saat terjadi Perang Baratayuda. Ada juga yang mengatakan bahwa Sumur Jalatunda terbentuk karena pijakan kaki Bima atau Werkudara yang saat itu marah besar. Bima yang marah menapakkan kakinya ke bumi hingga menghasilkan celah yang lambat laun terisi air. Bekas pijakannya inilah yang akahirnya menjadi Sumur Jalatunda.

Selain asal-usulnya yang masih simpang siur, Sumur Jalatunda disebut-sebut memiliki keterkaitan dengan Laut Selatan yang jadi kediaman Nyi Roro Kidul. Ada beberapa masyarakat yang mengatakan sumur ini menjadi gerbang menuju Sapta Pratala atau bumi lapis ketujuh. Makanya masyarakat sekitar percaya, orang yang hendak datang ke sini harus menjaga sikap dan perilakunya. Selain itu, masyarakat yang datang ke sini harus berhati-hati, jangan sampai terpeleset dan jatuh ke dalam sumur. Ngeri, Gaes!

Di balik benar atau tidaknya mitos tersebut, kembali pada pribadi masing-masing. Intinya, sebagai manusia, kita diberi akal untuk berpikir. Kita juga diperintahkan untuk berusaha keras dalam mewujudkan keinginan dan cita-cita. Jangan karena mitos ini kita semua berangkat ke Sumur Jalatunda, lempar batu, lalu minta ini dan itu, tapi habis itu rebahan sepanjang waktu. Ya podo bae ngapusi, Bosku!

Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Tips Berwisata ke Dieng agar Berkesan dan Nggak Zonk.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version