Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Sumenep Dilanda Kekeringan: 5.000 Liter Air Bersih untuk Pasokan Selama 183 Hari Jelas Nggak Cukup!

Zubairi oleh Zubairi
28 Juli 2023
A A
Sumenep Dilanda Kekeringan: 5.000 Liter Air Bersih untuk Pasokan Selama 183 Hari Jelas Nggak Cukup!

Sumenep Dilanda Kekeringan: 5.000 Liter Air Bersih untuk Pasokan Selama 183 Hari Jelas Nggak Cukup! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kekeringan, adalah salah satu bencana alam yang jelas nggak asing lagi terdengar sangat mengerikan. Dan di Sumenep, kejadian soal kekeringan sudah bukan hal yang baru. Pada tahun-tahun sebelumnya, beberapa desa yang ada di Sumenep memang sudah sering dilanda kekeringan. Baik kering kritis, maupun kering langka. 

Dan pada 2023 ini, mengacu pada SK Bupati, dari 18 kecamatan, ada 51 desa di Sumenep yang terancam mengalami kekeringan. Penjelasannya, 10 di kecamatan daratan, dan sisanya di kecamatan kepulauan. Lebih mencekamnya lagi, mengingat musim kemarau diprediksi lebih lama ketimbang 2022, status siaga darurat bisa mencapai 183 hari, terhitung sejak 1 Juni-31 November 2023. Menyikapi hal ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep akan memberikan dana 98 juta rupiah dari Biaya Tak Terduga untuk droping air bersih ke desa yang mengalami kekeringan, 5.000 liter untuk 100 orang. 

Tentu saja, saya sebagai warga asal Sumenep mendengar bantuan ini ada, jelas bangga dan pastinya merasa terbantu. Tapi, sebagai salah satu warga asal Pasongsongan, yang paling parah terkena kekeringan, saya punya pandangan yang berbeda terkait ini.

Bantuan 5000 Liter untuk 100 orang di Sumenep jelas nggak cukup

Jika 5000 liter untuk 100 orang, paling tidak, per orang akan mendapatkan 50 liter selama 6 bulan. Memang sih, katanya per desa jumlah air bersih yang akan dikirim tergantung jumlah penduduknya. Akan tetapi, mengacu pada takaran air 5000 liter tadi, jelas nggak cukup. Jika warga di salah satu desa ada yang lebih sedikit, apakah akan lebih sedikit pula air yang dikirim? 

Bayangkan, selama kurang lebih 6 bulan dilanda kekeringan, per orang jatahnya dapat 50 liter air. Dua liter misalnya, dalam dua hari jelas nggak cukup memenuhi kebutuhan dapur: memasak, minum dan mencuci piring. Ini adalah contoh paling dasar. Lha, ini ada 183 hari, Pak. Belum lagi air untuk mandi. Nggak mungkin kan pakai air kotor? Apalagi, misalnya kering kritis. Sedih betul membayangkannya. 

Masyarakat Madura itu mayoritas petani

Mayoritas masyarakat di Madura itu petani. Jika 183 hari mengalami kekeringan, 5000 liter amat jelas kalau air itu tidak bisa mencukupi untuk lahan dan tanaman mereka dalam bertani. Lahan butuh air, pun tanamannya. Masak selama 183 hari cuma disuruh minum, makan, cuci piring dan baju. Petani gimana nasibnya?

Nah, pas banget. Ini kan lagi musim tembakau. Saat ini, masyarakat desa di Sumenep rata-rata sedang menanam bibit tembaku dan sudah siap panen. Gimana mau panen tembakau kalau airnya saja nggak ada? 

Bagaimana kalau airnya ditambah?

Saya nggak tahu, apakah anggaran 98 itu cukup saja atau cukup amat untuk tersedianya air 5000 liter. Jika tidak, tentu harus ditambah takaran airnya dengan anggarannya. Demi kemakmuran rakyat, lho. Atau, yang 5000 liter itu bisa dikhususkan saja untuk warga airnya untuk bertani. Itu pun, jika cukup.

Baca Juga:

6 Syarat yang Harus Dipenuhi Madura sebelum Bermimpi Menjadi Provinsi Sendiri

Tugu Keris dan Terminal Sumenep Proyek Buang-buang Uang: Sudah Tak Menarik, Kualitasnya Jelek pula

Bukannya nggak mau berterima kasih, tapi 6 bulan bukan waktu yang sebentar. Saran saya, mending 5000 liter itu dikhususkan untuk satu hal saja, misal, pertanian. Untuk air minum, sebaiknya diusahakan lagi dengan air bersih siap minum.

Pokoknya, airnya ditambah saja. Soalnya memang masalahnya udah terlampau gawat.

Saya menemukan berita tentang 10 kecamatan di Sumenep dilanda kekeringan dan warganya terpaksa membeli air Rp70 ribu per jam tiap hari. Bayangkan, desa yang dilanda kekeringan kritis, pas musim tembakau, harus membeli air seharga 70 ribu per jam. Tanpa tembakau, mereka nggak dapat penghasilan. Tapi, kalau menanam tembakau, beli airnya kemahalan. Tanpa menanam pun, udah susah mereka dengan terpaksa membeli air.

Memberikan makanan yang awet untuk warga Sumenep

Memasak makanan nggak luput dari air. Seperti mau bikin kuah, atau memasak nasi jagung yang butuh air hangat untuk penyiramannya. Agar air nggak terlalu boros, tentu sebuah kebanggaan jika misalkan Pemerintah Sumenep memberikan makanan yang awet secara gratis pada warga yang dilanda kekeringan. Bisa setengah bulan sekali, atau gimana baiknya guna pengiritan air, agar nggak sering memasak dan nggak mencuci piring. 

Yah, itulah beberapa harapan saya untuk Pemkab Sumenep khususnya untuk BPBD Kota Sumekar dalam membantu masyarakat desa di Sumenep yang sedang terkena kekeringan. Gimana, Pak, sepakat? 

Penulis: Zubairi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jangan Heran, Orang Madura Memang Harus Demo Apalagi Menyangkut Harga Tembakau

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 Juli 2023 oleh

Tags: bantuan airkekeringansumenep
Zubairi

Zubairi

Pemuda asli Sumenep, Madura yang biasa makan nasi jagung dan gengan kelor.

ArtikelTerkait

Nestapa Tinggal di Desa Montorna Sumenep

Nestapa Tinggal di Desa Montorna Sumenep

18 April 2023
Derita Sopir Taksi di Sumenep: Hidup Segan, Mati Tak Mau

Derita Sopir Taksi di Sumenep: Hidup Segan, Mati Tak Mau

18 Mei 2023
Gaduh Ikon Gunungkidul dan Pembangunan Tugu Tobong Gamping yang Ngadi-ngadi

Gunungkidul Adalah Sebaik-baiknya Kabupaten untuk Tempat KKN

9 Juli 2022
Repotnya Warga Kecamatan Pasongsongan Sumenep ketika Belanja Online, Perlu "Pindah" Kecamatan Dulu Mojok.co

Repotnya Warga Pasongsongan Sumenep ketika Belanja Online, Perlu “Pindah” Kecamatan Dulu

12 Januari 2024
Bertahun-tahun Hidup di Sumenep Madura Bikin Saya Nggak Sadar kalau 3 Kebiasaan Ini Aneh di Mata Orang Jember Mojok.co

Bertahun-tahun Hidup di Sumenep Madura Bikin Saya Nggak Sadar kalau 3 Kebiasaan Ini Ternyata Aneh di Mata Orang Jember

20 Juni 2024
6 Syarat yang Harus Dipenuhi Madura sebelum Bermimpi Menjadi Provinsi Sendiri

6 Syarat yang Harus Dipenuhi Madura sebelum Bermimpi Menjadi Provinsi Sendiri

10 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.