Suka Duka yang Saya Rasakan Saat Menjadi Maba UGM: Nggak Ada Perpeloncoan, sih, tapi Tugasnya Seabrek

Suka Duka yang Saya Rasakan Saat Menjadi Maba UGM: Nggak Ada Perpeloncoan, sih, tapi Tugasnya Seabrek

Suka Duka yang Saya Rasakan Saat Menjadi Maba UGM: Nggak Ada Perpeloncoan, sih, tapi Tugasnya Seabrek (Lusia Komala W via Wikimedia Commons)

Maba UGM emang nggak bakalan mengalami perpeloncoan sih selama PPSMB, tapi siap-siap aja ngerjain tugas seabrek. 

Bulan Agustus telah tiba. Bagi kebanyakan orang, Agustus identik dengan bendera dan umbul-umbul yang terpasang di kampung-kampung untuk menyongsong peringatan hari kemerdekaan. Namun bagi Universitas Gadjah Mada (UGM), Agustus adalah momen untuk menyambut para mahasiswa baru (maba).

Rangkaian penyambutan maba UGM diwujudkan dalam Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru (PPSMB). PPSMB ini adalah kegiatan resmi berisi orientasi dan pengenalan lingkungan kampus. PPSMB tahun ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya yang tersusun atas empat tahap.

Pertama, PPSMB Universitas yang berlangsung mulai 31 Juli-1 Agustus 2023. Kedua, PPSMB Fakultas yang diadakan pada 2-3 Agustus 2023. Ketiga, PPSMB Softskills pada 4-5 Agustus 2023. Dan keempat, Action Plan yang rencananya diselenggarakan pada 7-12 Agustus 2023 mendatang.

Saya sendiri sudah merasakan PPSMB pada 2018 silam. Memang, sih, PPSMB yang saya alami sudah terbilang “lawas”. Apalagi selama dua tahun PPSMB diadakan secara online. Bahkan di tahun 2023 ini PPSMB sudah resmi berganti nama, dari yang sebelumnya PPSMB Palapa menjadi PPSMB Pionir.

Tapi, saya kira PPSMB nggak berubah terlalu signifikan dari tahun ke tahun. Jadi, izinkan saya untuk membagikan pengalaman saya menjadi maba UGM yang turut melalui prosesi PPSMB ini.

PPSMB bukan ospek untuk maba UGM

Orientasi ala UGM ini berbeda dengan ospek kampus yang selama ini ditampilkan di sinetron yang sudah telanjur dipercaya masyarakat. Kata “ospek” cenderung identik dengan hal-hal negatif, khususnya soal senioritas. Ospek juga sering dikaitkan sama tugas-tugas aneh, memalukan, dan traumatis. Gara-gara itulah ospek dipandang sebagai prosesi yang alih-alih membahagiakan, justru menakutkan.

Saya inget banget ketika kakak saya baru menjadi maba dan akan menjalani ospek, dia diminta untuk membawa barang-barang yang nggak penting tapi susah ditemukan. Kakak saya diminta membawa uang Rp500 keluaran lama, bola yang dibelah dua untuk dijadikan penutup kepala, sampai—yang paling nggak masuk akal—empeng bayi.

Coba pikirkan, apa hubungannya pengenalan lingkungan sekolah dengan empeng bayi? Tapi tipikal ospek semacam itu nggak akan ditemukan di PPSMB UGM.

Maba UGM nggak bakal disuruh membawa barang-barang aneh di PPSMB. Benda-benda dan penugasan yang wajib dibawa ke kampus, seenggaknya pada zaman saya, berhubungan dengan selebrasi PPSMB, kegiatan perkuliahan, atau pengembangan kapasitas diri.

Tapi penugasannya sulit dan banyak sih, hehehe. Saya dan teman-teman SMA saya ngerjain penugasan PPSMB di perpustakaan kota sampai malam nyatanya cuma bisa menyelesaikan seperempatnya. Berlembar-lembar kertas folio saya habiskan buat mengerjakan penugasan PPSMB. Belum lagi atribut khas PPSMB, pom-pom, yang saya buat kena revisi terus.

Kata co-fasilitator (cofas) gugus saya, pom-pom saya kurang tebal. Seandainya saja beliau tahu kalau saya sampai nglarisin stok rafia di tiga warung dekat rumah dan sampai harus berburu di pasar.

Baca halaman selanjutnya: Nggak ada yang namanya perpeloncoan…

Nggak ada yang namanya perpeloncoan

Tiap momen semester ganjil dimulai, hampir selalu ada berita nggak menyenangkan soal ospek. Biasanya bakal ada berita senioritas dan ospek yang kelewat kejam yang menyebabkan maba babak belur, pingsan, bahkan meninggal dunia. Dampak-dampak negatif ospek itu muncul karena ada perpeloncoan dari senior kepada para junior.

Sementara itu, di PPSMB nggak ada senior yang membentak maba UGM atau membalaskan dendam atas perlakuan seenaknya dari senior mereka dulu. Kepanitiaan PPSMB melewati seleksi yang—menurut mahasiswa yang pernah merasakannya—ketat. Panitia PPSMB ini nantinya bertanggung jawab kepada Direktorat Kemahasiswaan yang menjadi pengawas penyelenggaraan PPSMB.

PPSMB yang saya alami saat menjadi maba UGM dulu, mulai dari PPSMB universitas, fakultas, dan softskills, selalu ditemani oleh cofas yang seru dan ramah. PPSMB bikin saya berangkat dengan hati senang dan pulang kembali ke rumah dengan sukacita.

Ssttt, btw hati-hati ya sama teman seangkatanmu. Kalau belum terlalu kenal, jangan buru-buru ngegibahin kampus, fakultas, atau jurusan. Soalnya kadang ada satu-dua senior yang berpura-pura jadi maba dan bakal “membuka jati diri” mereka di PPSMB. Kalau kamu salah omong kan jadi berabe urusannya.

Kegiatan bermanfaat buat masa kuliah

Seperti yang saya bilang sebelumnya, penugasan PPSMB pasti ada kaitannya dengan dunia perkuliahan. Jujur saja saya benar-benar terbantu dengan penugasan PPSMB untuk bisa survive semasa kuliah.

Salah satu penugasan yang paling memorable adalah saat membuat tulisan semi-ilmiah. Penugasan ini awalnya bikin saya sebagai maba UGM kebingungan. Pasalnya, saya belum tahu cara mengutip dan menyusun daftar pustaka yang benar.

Dari panduan penugasan dan banyaknya coretan dari cofas di tugas yang saya kumpulkan, saya jadi paham gimana caranya membuat tulisan ilmiah yang baik dan benar. Coba kalau nggak ada penugasan kayak gitu. Mungkin masa skripsi saya bakal berlangsung lebih lama karena ada banyak revisi sitasi dan daftar pustaka doang.

Selain itu, untuk menutup rangkaian PPSMB, para maba UGM bakal berpartisipasi dalam Action Plan. Di tahap terakhir ini para maba UGM akan mengimplementasikan nilai-nilai ke-UGM-an yang sudah dipelajari selama PPSMB ke masyarakat. Bisa dibilang ini KKN versi lite dan beta. Jadi, ilmu yang sudah kita dapatkan itu nggak cuma untuk diri sendiri, tapi juga menjadi wujud nyata aksi kita ke masyarakat.

Sebenarnya masih banyak lagi bagian dari PPSMB yang membantu saya bertahan di perkuliahan dan berhasil keluar dengan selamat. Tapi artikel ini bakal jadi mata kuliah 2 SKS karena terlalu banyak yang harus diceritakan.

Membuka lembaran baru sebagai maba UGM berkesan banget

Intinya, momen menapaki lembaran baru sebagai maba UGM itu berkesan banget. Cuma, ada satu hal yang membuat saya agak menyayangkan PPSMB di zaman itu. Selain karena agak capek revisi pom-pom berulang kali, saya sedih juga dengan nasib para pom-pom yang dibuat dengan susah payah itu.

Pada masa itu beredar kabar yang menyebutkan bahwa diduga semua pom-pom dan caping yang sudah selesai dipakai diangkut truk dan dibuang. Semisal dugaan itu benar, seharusnya penggunaan atribut ditinjau kembali karena berpotensi nyampah. Tapi beruntungnya di PPSMB Pionir ini sudah ditemukan pengganti pom-pom, yaitu trikarya.

Setelah semua prosesi PPSMB kelar, saatnya kembali ke realita: belajar sungguh-sungguh karena sesungguhnya nggak hanya masuk UGM yang susah, keluarnya pun sama sulitnya.

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Hal Jadi Mahasiswa UGM Itu Nggak Enak.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version