Pada 2012 yang lalu, bapak saya memutuskan untuk membeli mobil baru: Suzuki Futura. Bapak membelinya setelah mendapat info dari pakde saya yang berdomisili di Kebumen. Kebetulan, pakde saya berteman dekat dengan seorang pemilik showroom mobil di sana.
Setelah nego lumayan panjang, akhirnya bapak saya bisa mendapatkan Suzuki Futura tersebut dengan harga Rp52,5 juta. Sejak saat itu hingga sekarang, saya dan keluarga selalu menggunakan mobil tersebut saat bepergian bersama. Sudah sekitar 11 tahun kami menggunakan Suzuki Futura. Ada berbagai suka dan duka yang kami rasakan saat menggunakan mobil yang happening pada 1990-an.
Suka yang kami rasakan bersama Suzuki Futura
Kita mulai dari sukanya dulu, ya. Suzuki Futura itu tergolong mobil dengan ukuran yang luas dan besar. Berkat ukurannya ini, Futura bisa menampung sekitar 10 orang.
Posisi jok belakang yang menyamping memungkinkan untuk diisi oleh empat orang. Ukuran jok tengah pun begitu luas sehingga mampu menampung sekitar empat orang juga. Kalau jok depan si muat cuman buat dua orang saja. Soalnya kalau lebih dari dua ya sudah pasti ditilang.
Sedikit cerita, pernah suatu ketika kakak sepupu saya berangkat ke Jepang pada 2015. Kami mengantarkannya ke Bandara Adi Sucipto Yogyakarta menggunakan mobil ini dengan jumlah penumpang 13 orang. Jangan ditiru ya!
Selain bisa menampung banyak penumpang, mobil ini juga sering digunakan oleh bapak saya untuk belanja kebutuhan toko kelontong ibu saya. Posisi jok tengah dan belakang yang bisa ditekuk membuat Suzuki Futura ini bisa berubah menjadi mobil bak seketika.
Selain itu, bapak saya juga sering menggunakan mobil ini untuk mengangkut tabung gas lpg tiga kilogram kepada para pelanggannya. Saat saya berangkat ke pondok untuk pertama kali, semua perabotan saya masukan ke dalam mobil termasuk kasur springbed. Ya walaupun terkesan agak maksa, tapi, nyatanya kasur tersebut muat saja. Daripada bapak saya menyewa mobil buat membawa kasur ke pondok lebih baik langsung saja masukan mobil sendiri saja. Ngirit, bos!
Duka yang kami rasakan
AC mobil ini kurang dingin. Jadi, memang lebih baik menggunakan AC alami saja, alias kaca mobilnya dibuka. Pernah beberapa kali bapak saya menyalakan AC saat berada di tanjakan, eh ternyata, mengganggu performa Suzuki Futura.
Daripada nggak kuat saat nanjak, bapak mematikan AC. Apalagi kalau parkir mobil ini di bawah terik matahari tanpa atap pasti kalian akan disambut rasa panas yang langsung menyengat. Apalagi jika keadaan macet sudah pasti panas banget.
Selain AC kurang dingin, mobil pabrikan Suzuki satu ini juga tidak dilengkapi dengan audio. Kalian tau kan betapa boring-nya keadaan sopir dan pengendara jika tidak ada musik? Garing banget kaya suasana tegang di sinetron-sinetron. Apalagi kalau bahan obrolan sudah habis.
Padahal musik juga bisa digunakan sebagai sarana untuk menghalau kantuk dan meningkatkan fokus. Memang ada dudukan untuk audio, tapi karena sering bermasalah, akhirnya audio mobil tersebut terpaksa dicopot.
Seiring berjalannya waktu, saya yang beranjak dewasa ini dilatih untuk mengendarai Suzuki Futura. Saat sudah bisa, saya lalu sempat menjajal mobil lain. Salah satunya mobil APV milik pondok saya di Purwokerto.
Setelah saya coba, kok setirnya enteng sekali. Setelah saya telusuri ternyata bukan setir APV yang kelewat enteng, tapi setir mobil Suzuki Futura milik bapak saya yang terlalu berat. Bahkan, dengan jarak tempuh yang dekat terkadang saya sampai ngos-ngosan.
Ya, bagaimanapun duka yang saya rasakan, semua itu tertutup oleh jasa yang telah diberikan Suzuki Futura. Mobil ini sudah setia menemani saya sejak masih duduk di bangku kelas 6 SD hingga semester 8 kuliah. Bapak saya pun masih enggan untuk menjual mobil kesayangannya.
Padahal, saya dan ibu saya sudah segera ingin melakukan pembaharuan dengan membeli mobil baru. Semoga kami bisa membeli mobil baru tanpa menjual mobil lama kami. Amin.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Kenikmatan Menggunakan Honda Beat Generasi Kedua
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.