Saya pikir awalnya media sosial dibuat agar kita tetap bisa terhubung. Kita masih bisa berkomunikasi dengan baik meskipun jarak membentang jauh. Saya senang sekali dengan konsep ini. Yang jauh jadi dekat, meski yang dekat belum tentu tambah dekat.
Media sosial lalu berkembang menjadi tempat untuk saling berbagi. Mulai dari kegiatan sehari-hari, sharing hobi, sampai berbagi kesombongan, termasuk berbagi kemesraan dengan pasangan. Tindakan ini biasa disebut public display of affection (PDA) atau pamer kemesraan di publik, kadang juga terjadi di kehidupan nyata.
Kalau kamu, hei, orang yang pernah hadir di kehidupan saya, yang merasa sudah bahagia dengan pasangan barumu itu. Apa aku harus tahu? Kalau emang bahagia, ya sudah bahagia aja, kenapa harus ditunjukan di sosial media,sih! Mau pamer, hah!
Karena setiap kali saya melihat foto kemesraan di sosial mediamu, yang ada dipikiran saya hanya, “Bukankah dulu saya pun mampu melakukannya, Dik?” Haissh, ramashokk!!!!!
Saya punya keyakinan, nggak semua yang memposting kebahagiaan itu pasti sudah bahagia. Seperti juga dengan kita yang kemarin memposting hari kemerdekaan, apakah hatimu benar-benar sudah merdeka dari bayang-bayang masa lalu bung?!
Begitu juga dengan kemesraan yang dipamerkan di sosial media. Apakah mereka memang benar-benar bahagia? Atau mereka hanya sedang memakai topeng? Ruang tamu nya bersih tapi dapurnya ambyar. Hadeh!
Albright College pernah melakukan penelitian dengan mengevaluasi 93 users Facebook. hasilnya adalah mereka yang puas dengan hubungan asmaranya akan lebih sering update status dan foto bersama pasangannya.
Tetapi penelitian nggak hanya sampai di sini. Ada kemungkinan lain yang berkaitan dengan kepercayaan diri, “Aku menemukan bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah, lebih mungkin untuk menampilkan info atau foto bersama pasangan untuk memamerkan hubungannya. Ini bisa jadi sebuah cara untuk meyakinkan dirinya sendiri dan orang lain bahwa hubungannya baik-baik saja,” kata Gwendolyn.
Pasangan yang suka pamer kemesraan di sosial media cenderung mengisyaratkan bahwa mereka butuh ‘pengakuan’ dari orang lain. Hayoloh, silahkan tanya ke diri sendiri aja hehe.
Nyatanya nggak hanya kemesraan aja yang diumbar, bahkan pertengkaran pun diumbar. Saya bahkan bisa tau teman saya sedang bertengkar dari postingan stories sosial medianya. Kalau beberapa hari yang lalu postinganya mesra dan kini hanya ada emotikon nangis dengan layar gelap sebagai backgroundnya. Fix, ada yang nggak beres. Kadang emotikon sedihnya hanya satu, di lain hari bisa lebih dari satu. kayaknya ini juga menggambarkan sedalam apa ia bertengkar.
Hal lain yang menjadi bukti pendukung adalah foto mesra mereka tiba-tiba dihapus di postingan sosial media. meskipun beberapa hari kemudian diunggah lagi. Mungkin di hari itu sudah baikan lagi.
Dalam tulisan yang berjudul Can You Tell That I’m in a Relationship? Attachment and Relationship Visibility on Facebook yang dipublikasikan dalam Personality and Social Psychology Bulletin. Lydia Emery menyoroti bagaimana pasangan menggambarkan diri mereka kepada orang lain.
Sejumlah pasangan akan mempunyai kecenderungan untuk menutupi ketidaknyamanan mereka soal hubungan yang sebenarnya dengan mengunggah kemesraan di media sosial, “Setiap hari, ketika orang merasa tidak aman atau merasa insecure dengan pasangan mereka, mereka cenderung membuat hubungan mereka lebih terlihat orang lain,” tulis Emery.
Dengan mengunggah dan memamerkan kemesraan di sosial media, mereka akan merasa lebih lega terhadap kecemasan yang terjadi di hubungan mereka. Media sosial digunakan sebagai pereda cemas yang mereka alami.
Saya sendiri pernah mengalami public display of affection (PDA). Saya mengunggah foto-foto mesra bersama pasangan di sosial media, awalnya saya melakukannya sebagai tanda cinta. Halah!
Tetapi, semakin sering saya melakukannya, saya merasa alasan tersebut semakin bias. Apakah benar sebagai tanda cinta? Atau hanya karena nggak mau pacar saya ngambek? Atau cuma sebagai upaya agar orang lain tau kalau hubungan ini baik-baik saja. Meskipun kita semua tau, nggak ada yang selamanya, termasuk dalam hubungan yang baik-baik aja.
Nggak semua kemesraan yang tampil di sosial media itu asli, tapi nggak sedikit juga kalau mereka emang benar-benar bahagia. Membuat kenangan di sosial media boleh-boleh aja. Tapi tolong nggak usah berlebihan juga. NGGAK USAH ALAY! (*)
BACA JUGA Orang Ngapak: Ketika Sebuah Logat Menyimpan Kenangan atau tulisan Chelsea Venda lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.