Suara Hati Penggemar Berat Nidji: Giring, Nge-band Lagi, dong

Suara Hati Penggemar Berat Nidji: Giring, Nge-band Lagi, dong

Giring, mantan vokalis Nidji (Antoni Halim/Shutterstock.com)

Membaca tulisan panjang Mas Iqbal AR tentang musisi yang terjun ke dunia politik, pikiran saya cuma fokus pada satu orang: Giring. Disusul dengan pertanyaan yang sedikit absurd: mungkinkah suatu saat Giring kembali ke Nidji?

Saya tidak terlalu paham akan dunia perpolitikan. Tidak juga tertarik untuk memahaminya lebih dalam. Males aja gitu. Sebait lagu Iwan Fals sepertinya sudah menancap sangat dalam di hati ini: apakah selamanya politik itu kejam? Adapun saya membaca tuntas artikelnya Mas Iqbal itu bukan untuk memperdalam ilmu politik, melainkan untuk mencari, barangkali ada sedikit informasi yang bisa diambil tentang mantan vokalis Nidji itu. Eh, ternyata nihil.

Pasha sudah nyanyi lagi bareng Ungu, Ahmad Dhani juga sudah fokus mengurus Dewa 19 lagi, malahan kemarin mengadakan konser besar di Medan sampai Pak Jokowi pun hadir. Giring? Halo Mas Giring, nyanyi lagi aja kenapa?

Saya rindu aksi Giring

Ini bukan perkara benci dengan pilihan politiknya. Bukan juga reaksi atas perilakunya belakangan yang menuai pro-kontra. Ini cuma ungkapan rindu semata, melihat Giring nyanyi dengan suara dan jogetan khasnya.

Sebenarnya saya menulis ini dihantui segenap perasaan bimbang. Saya tahu tidak sedikit orang yang sudah ilfil sama Giring. Bahkan mungkin anggota band Nidji sendiri. Namun, perasaan yang mengguncang ini rasanya tak dapat dibendung. Akhirnya muncullah satu pertanyaan lagi: salahkah jika seorang penggemar berat Nidji ini mengharapkan Giring gabung lagi?

Ubay memanglah pilihan yang tepat sebagai vokalis baru Nidji. Ia resmi menggantikan Giring sejak 2019, bahkan pergantian vokalis ini diresmikan oleh Giring sendiri. Suara Ubay juga memiliki ciri khas, tidak kalah dengan sang vokalis lama. Banyak dari penggemar Nidji yang mengaminkan pilihan para personil band fenomenal itu.

Nggak bisa move on

Namun, entah kenapa saya belum bisa move on dari Giring sampai sekarang. Bagi saya, Nidji adalah Giring dan Giring adalah Nidji. Adakah di antara penggemar Nidji yang sama dengan saya?

“Ya nggak mungkin, tho. Masak Ubay terus dipecat gitu aja?”

Barangkali itu pertanyaan yang otomatis mencuat. Jelas tidak mungkin Ubay diberhentikan. Namun, izinkanlah saya menyampaikan sepucuk harapan yang mungkin agak lucu ini: Nidji dengan dua vokalis.

“Bentar, emangnya Giring mau buat nge-band lagi? Atau, memangnya Nidji mau nerima Giring lagi?”

Yaaa namanya juga harapan. Ada kalanya terkabul, ada kalanya tidak. Yang pasti bukan tidak mungkin, Nidji dengan dua vokalis. Mungkin bisa nyanyi bareng-bareng. Atau secara bergantian: satu lagu diisi Ubay, satu lagu lagi vokalisnya Giring. Kurang lebih seperti Dewa 19 gitu.

Ngapain terjun ke politik sih?

Kurang lebih seperti itulah suara hati saya sebagai salah satu fans berat Nidji sejak album pertama mereka diluncurkan. Entah kenapa saya percaya bahwa ada banyak fans Nidji lainnya yang—setidaknya pernah—punya harapan yang sama seperti saya, walaupun mereka sadar bahwa itu hil yang mustahal. Giring sepertinya mantap sekali melangkahkan kakinya ke dunia politik.

Kalau boleh jujur, sebenarnya agak kecewa dengan para vokalis band yang terjun ke dunia politik. Bayangkan, sudah jatuh cinta dengan suara dan gaya khasnya, lantas ditinggal begitu saja hanya demi jabatan semata. Ditinggal pas lagi sayang sayangnya, eaaa.

Hati ini juga bertanya, sebenarnya apa sih, tujuan mereka berpolitik? Mereka sudah kaya, sudah terkenal, punya banyak penggemar, kurang apa lagi gitu loh?

Sudahlah bang Giring, nggak usah banyak alasan. Nyanyi lagi gih. Percaya sama saya. Sampeyan itu lebih keren nge-band dari pada berpolitik.

Penulis: Iwan Pauji
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Wajar Kalau Kita Jadi Nggak Suka Slank karena Kedekatan Mereka dengan Penguasa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version